Berdamai dengan Masa Lalu

638 79 2
                                    

" Jin ada di gudang. Dia mengirimi aku pesan. Kalian.. tolong jaga di depan gudang ya. Jangan masuk ataupun bicara, biarkan dia keluar sendiri. Itu cara dia melindungi hatinya dari serangan." Pesan Yoongi.

Ketiga pemuda itu mengangguk dan bergegas melaksanakan apa yang di perintahkan direktur mereka itu.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Semalaman, Jin mengurung diri di gudang, dan teman-temannya yang diutus untuk menjaga di depan pintu masih di sana. Bahkan mereka tidur di lantai karena itu. Beruntung pada pagi harinya, Jin sudah membangunkan mereka dan keluar dari gudang, meski dengan wajah sembab yang menyeramkan.

" Hyung.. bangunlah. Kenapa tidur disini?" tanya Jin sambil mencoba membangunkan temannya yang tidur macam kebo ini.

Namjoon menggeliat pelan sebelum bangun menegakkan tubuhnya. Ya.. walaupun ia masih menutup matanya.

Sebenarnya Jin terkejut kala melihat ada temannya yang tertidur di depan gudang, bahkan tanpa alas sama sekali.

Wajah mereka terlihat sangat lelah. Dan Jin tentu merasa bersalah akan hal itu. Mereka pasti mengkhawatirkannya yang tiba-tiba berlari sambil menangis histeris kemarin.

" Kau sudah baikan Jin?" Tanya Taehyung yang baru bangun.

" Aku baik. Jangan khawatir."

Jin tentu tak ingin membuat teman-temannya khawatir lagi, karena ia yang sebenarnya masih merasa ketakutan.

Jungkook mendekati Jin dan merangkulnya.

" Badanmu hangat. Apa kau menangis semalaman?"kini giliran Jungkook yang bicara. Jin tak bisa berbohong kalau perihal ini. Panas tubuh kan susah di sembunyikan.

" Ya. Aku menangis hyung. Tapi karena menangis itu aku jauh lebih baik." Ucap Jin.

Meyakinkan kalau ia baik-baik saja adalah andalannya. Bukan kah ia ahlinya dalam berdusta dan berakting.

Tapi kali ini rasanya mereka mulai curiga pada perkataan Jin.

" Yasudah kita pulang ke asrama. Aku yakin Jimin sudah menunggu dan memasak makanan yang enak." Ajak Namjoon.

Sebagai yang tertua ia harus tahu situasi. Hal yang tepat di bicarakan sekarang adalah hal ringan yang tak mengganggu Jin. Yah.. meski ia sendiri pun penasaran.

.

.

Ternyata saran untuk segera kembali ke asrama adalah saran yang lumayan bagus, di sana sudah ada Yoongi yang menunggu kedatangan Jin kembali. Dari raut wajahnya, ia tampak sangat cemas pada keadaan keponakaannya itu.

Berbeda dengan Yoongi yang tampak cemas, Jin sudah kembali ke mood nya walau masih dengan wajah yang sembab.

" Kita makan setelah kalian bicara. Kurasa direktur sangat ingin berbicara denganmu." Namjoon menepuk bahu Jin dan sedikit mendorongnya ke arah Yoongi sebelum mengajak yang lain pergi ke kamar masing-masing. Mereka tahu, Jin butuh waktu dengan keluarganya.

Ragu, Jin duduk di sofa yang kebetulan bersebelahan dengan Yoongi. Namun, alih-alih menjaga jaraknya, Yoongi malah duduk tepat di sebelah Jin, bahkan kedua sisi kaki mereka saling bersentuhan.

Yoongi payah dalam memulai percakapan bersama keponakannya ini. Rasanya ia amat takut membuat Jin tersinggung.

Ekhem..

" Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Yoongi.

" Baik samchon.. jangan terlalu khawatir."

Jin menunjukkan senyuman palsu lagi pada Yoongi. Melihat senyuman itu, Yoongi malah mengingat kembali apa yang terjadi kemarin.

Tanpa banyak bicara, Yoongi malah memeluk keponakannya dan menepuk kepala Jin. Sekedar memberinya ketenangan. Karena Yoongi tahu kalau Jin masih tertekan, bahkan tangan Jin pun masih bergetar.

" Kuharap kau mau melihat Hoseok Jin.. kalian perlu mengobati luka kalian masing-masing." Ucap Yoongi tanpa melepaskan pelukannya.

" Aku bukan tak mau melihatnya samchon.. hanya saja aku takut ia kembali berulah karena aku di dekatnya."

Ya, Jin bukan takut pada Hoseok yang membunuh orangtua mereka, tapi ia hanya takut dengan melihatnya Hoseok akan kembali terpancing dan merusak dirinya seperti 15 tahun yang lalu.

" Dia selalu menanyakan keadaanmu.. dia merindukanmu dengan segenap jiwanya. Tapi, Hoseok hanya mengingat senyumanmu." Jelas Yoongi.

" Maksud samchon?"

" Dia hanya tahu kau anak yang banyak tersenyum Jin. Mari sembuhkan luka kalian. Aku mau, kau menghampirinya dan menyapanya dengan senyuman andalanmu. Aku hanya ingin tahu." Ucap Yoongi.

Sebetulnya ia tahu konsekuensi dari apa yang ia minta, tapi ia tak bisa membayangkan jika ia tak menyembuhkan luka keduanya maka keduanya pun akan hancur. Dan ia tak mau keluarganya yang tersisa ini hancur nantinya.

Jin melepaskan pelukan mereka dan menatap pamannya itu. Ia hanya ingin tahu apa yang dibicarakan pamannya ini sungguhan atau hanya omong kosong belaka.

Tapi, ia hanya bisa menemukan kesungguhan di sana. Tak ada omong kosong atau apapun bentuk dari meremehkan. Semuanya tampak tulus.

" Kau yakin, aku hanya tak mau ia tertekan lagi." Ucap Jin.

Yoongi mengusak kepala Jin.
" Kalian tertekan. Jangan lupakan fakta bahwa kau yang paling terluka disini. Kau bahkan lupa caranya menyayangi dirimu sendiri dan hidup bersama penyesalan yang bukan milikmu seumur hidup."

Seperti biasa, pamannya ini memang sarkas jika bicara.

" Ingat Jin, kalian sama-sama lemah. Dan jika kalian ingin kuat, maka kalian harus menguatkan satu sama lainnya." Nasihat Yoongi.

Jin tampak berpikir sejenak. Ia bahkan meluruskan jemari tangannya yang ia biarkan keram dari tadi. Hal yang tak biasa, Jin memperdulikan hal lain selain senyuman topengnya.

" Aku akan coba. Tapi, tolong bimbing aku." Ucap Jin.

Yoongi terseyum mendengar itu. Akhirnya, babak pertama pengobatan kedua keponakannya akan di mulai.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Hal yang tak pernah Ryuu lakukan akan Ryuu lakukan di tokoh ini.
.
.
Kesempatan bertahan hidup tanpa memikirkan orang lain.
.
.
Ryuu cuma bisa berharap, chapter selanjutnya akan di lancarkan.
.
.
Happy Reading..
♥️

Fine Psychiatric Hospital[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang