Darah sebagai Penyembuh Luka

601 79 1
                                    

Hoseok mendatangi pamannya yang sedang termenung di depan ruang ICU, ia baru saja selesai dengan tangannya yang tadi terkena tembakan.

Sebetulnya Hoseok juga perlu istirahat, tapi ia ingat, adiknya masih belum di ketahui kabarnya bagaimana.

Dengan perlahan, Hoseok mendekati pamannya dan duduk tepat di sebelahnya. Penampilan Yoongi sangat kacau, bajunya bahkan di penuhi darah dan rambutnya juga acak-acakan. Sungguh, bukan pamanya sekali.

" Samchon~" panggil Hoseok.

Yoongi menoleh dan mendapati Hoseok telah duduk di sebelahnya dengan tangan yang di perban.

" Kau mau apa kesini.. harusnya kau istirahat saja.." ucap Yoongi.

Ia tampak khawatir melihat Hoseok, namun Hoseok tersenyum dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Suasana mendadak hening,

" Aku minta maaf untuk 15 tahun yang lalu dan sekarang samchon.." ucap Hoseok.

Yoongi bisa melihat gurat kesedihan pada wajah keponakannya itu. Ia tahu apa yang di rasakan keponakannya. Ia tahu seluruh kejahatan yang di lakukan oleh Do hui dari hasil penyelidikan Ken. Ternyata dia adalah mantan psikiater juga, namun setelah putus dengan kakaknya, wanita itu menghilang, dan menurut keterangan, Do hui juga lah yang membuat kakak iparnya mengamuk saat itu, dia yang membunuh Seok Beom dan juga membuat Hoseok mendekam di penjara.

" Bukan salahmu Hobi.. semua salah wanita iblis itu. Bagaimana bisa ia berniat menghabisi seluruh keluargamu.."ucap Yoongi.

Jika ditanya ia puas atau tidak melihat kematian wanita iblis itu maka ia akan mengatakan TIDAK. cukup menderita kedua keponakannya karena ulahnya, lalu dia mati begitu saja? Yoongi tak terlalu suka hukuman itu.

Klek..

Tak lama pintu terbuka dan menampilkan wajah seorang dokter yang ternyata sahabat Yoongi, Wonho.

Yoongi langsung menanyakan keadaan Jin pada sahabatnya itu. Tapi Wonho masih mengatur bagaimana agar tak terjadi apapun pada sahabatnya setelah mendengar berita yang ia bawa.

" Begini Yoon.. ternyata racun yang Jin dapat membuat beberapa syarafnya rusak. Maka dari itu, Jin lumpuh. Ia tak akan bisa bisa melakukan apapun lagi, dia hanya akan bisa berbaring atau duduk di kursi roda tanpa bisa apa-apa lagi.. tapi meski hanya 10 persen, ia bisa kembali, namun belum tahu berapa lama prosesnya." Jelas Wonho.

Baik Yoongi maupun Hoseok tak bisa berkata apapun. Jin? Kenapa harus dia yang menerima semua ini? Lumpuh bukanlah hal yang mudah di terima, bahkan dalam keadaan mental yang baik sekali pun. Lalu ini? Diatas mental yang terganggu Jin juga harus menerima kenyataan bahwa ia lumpuh?

" Kau bercanda kan?"

Wonho menunduk. Sebagai dokter ia tahu ia harus profesional, tapi ia tak bisa jika harus melihat sahabatnya terpuruk seperti ini.

" Maaf.. sekali lagi maafkan aku. Jin benar-benar mengalami hal itu Yoon.. kau kuatlah.."

.

.

___1 Tahun Kemudian

Sudah setahun lamanya sejak kejadian itu. Semuanya sudah berubah sekarang, tak ada masa lalu yang tersisa. Yang ada hanyalah masa depan yang entah mau di bawa kemana.

Setahun sejak kejadian yang menimpa Jin dan Hoseok, kehidupan Hoseok berubah drastis. Ia bahkan dinyatakan sembuh oleh Namjoon dan Taehyung. Hoseok kembali menjadi sosok Hoseok yang ceria dan penuh kebahagiaan. Hanya saja, Hoseok kini kehilangan keceriaan adiknya secara drastis.

Jin, semenjak dinyatakan lumpuh, ia sudah seperti mayat hidup saja. Tak ada semangat dalam diri Jin sama sekali. Bahkan para pasien sangat menyayangkan hal itu. Bukan hanya pasien, tapi Yoongi, Hoseok, Jungkook, Namjoon, V, Jimin,  dan juga diri Jin sendiri.

Sebenarnya bukan maksud Jin tak menghargai hidupnya, hanya saja ia tak mau jadi beban saudara dan sahabat-sahabatnya. Bayangkan saja, Jin tak bisa melakukan hal kecil sekalipun, mengipasi tubuhnya jika panas, mengelam mulutnya ketika kotor, makan, mandi, bahkan buang air sekalipun. Semuanya tak bisa ia lakukan.

Terlalu menyusahkan dan merepotkan.

Bahkan hal yang paling menjijikan sekalipun harus ia lakukan atas bantuan orang lain dan bukan dirinya sendiri.

Jin muak tentunya, hidupnya kini bergantung pada orang lain, dan itu membuat Jin ingin mati saja.

" Kau melamun saja Jin.. hyung juga ingin melihatmu tersenyum." Ucap Hoseok saat mereka berada di taman rumah Sakit Jiwa Fine kebanggaan Jin.

" Aku tak bisa hyung.. terlalu banyak aku merepotkanmu." Batin Jin.

Jin menatap Hoseok dengan air mata yang menganak di matanya. Sungguh, rasanya ia ingin berteriak ataupun mengumpat, tapi Jin tak bisa melakukan hal sesederhana itu. Kata siapa mengumpat dan berbicara itu mudah? Bahkan Jin tak bisa melakukannya.

Hoseok menderita sama seperti Jin. Ia sangat ingin berkumpul bersama tanpa adanya penghalang entah apapun itu. Tapi, kelumpuhan Jin merupakan visualisasi dari tembok terbesar yang tak bisa di panjat oleh siapapun.

Jin menderita!

Dan sialnya Hoseok tahu itu.

" Kau Membuatku sedih dengan sikapmu Jin.. aku peduli padamu."

" Tapi aku bukan orang yang pantas di pedulikan." Batin Jin

" Kau boleh putus asa dan marah. Tapi, hyung mohon tetaplah bersama hyung. Hyung tak akan tahu apa jadinya hyung saat kau pergi.. hyung mohon.."

Jin hanya bisa mengeluarkan air matanya sebagai wujud dari rasa bersalah dan juga kesedihannya atas perjumpaan yang tak berjalan sesuai dengan yang ia harapkan.

Jin kesal.

Ia kecewa pada hidupnya.

Tapi...

Jin juga tak mau kehilangan lagi hal yang berharga dalam hidupnya.

Tidak. Jin tak mau kehilangan lagi.

"M—m—ma—af..."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Semakin dekat dengan END..
Ayok pantengin terus ya..

Jangan meleng..
Hehehe..

Fine Psychiatric Hospital[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang