Anak Lelaki yang Menderita

839 103 3
                                    

Jin terlalu serius dalam lamunannya, ia bahkan tak menyadari jika sebetulnya jam istirahat telah datang. Kantin yang semula sepi kini ramai bagai gula yang di kerumuni semut.

Di lorong masuk ke area kantin, Yoongi melihat jika keponakannya tengah termenung dengan serius.

Melihat sinyal yang buruk pada lamunan Jin, Yoongi pun memutuskan menghampiri keponakannya itu. Tak lucu kan jika ia membiarkan Jin terus seperti itu.

Dengan membawa nampan makannya, Yoongi duduk di bangku yang sama dengan Jin. Tapi anak itu tak menyadari keberadaan Yoongi, terpaksalah Yoongi sedikit menggebrak meja dengan sumpit yang awalanya ia gunakan untuk makan itu.

Jin terkejut dan langsung melotot ketika ia melihat paman kejamnya berada tepat di hadapannya.

" Apa samchon gila?! Aku bisa mati tahu!!" Gerutu Jin.

Yoongi hanya menatap Jin sekilas kemudian menyuapkan makanannya tanpa peduli.
" Kau mati saja!! Pasien gila sepertimu hanya menyusahkan saja!!"

Jin mengumpat pelan. Andai saja bukan pamannya, sudah Jin banting sekarang orang berumur tua ini.

" Kau mengumpat itu lebih baik. Daripada kau diam melamun saja." Ucap Yoongi.

" Diamlah orangtua!"

Yoongi diam. Percuma marah, ia terlalu menyayangi keponakan kurang ajarnya itu.

" Jadi, apa yang membuatmu melamun?"

Mendengar pertanyaan itu, Jin seperti diberi kesempatan emas saja.
" Apa ada yang salah dengan senyumanku?" Tanya Jin.

Yoongi hanya diam, namun ia tampak berpikir juga.

" Senyumanmu bagiku memuakkan."

" Mwo!! Bukankah aku tampan?!" Protes Jin.

" Sshh.. kau lupa? Aku adalah doktermu!! Mana bisa menyembunyikan hal itu dariku?!" Ucap Yoongi.

Benar juga. Yoongi adalah orang yang paling tahu apa yang ada di benak Jin tanpa bertanya. Mana mungkin topengnya bisa berpengaruh pada Yoongi?

" Sudahlah.. bersikap saja seperti seorang pasien. Kau tak akan bahagia jika terus menderita dalam hatimu" tutur Yoongi.

Apa-apaan dengan obrolan ini? Jin sangat tak nyaman ketika topengnya terbuka. Apalagi jika tepat pada sasarannya.

" Jangan ikut campur samchon.. kau tak tahu apapun."

Jin menatap Yoongi sengit. Namun Yoongi hanya santai saja, sudah biasa baginya jika disikapi macam begini oleh keponakan banyak dramanya ini.

" Aku sangat tahu jika kau lupa. Dan.. oh ya.. 2 minggu lagi Hoseok akan kembali. Walaupun dengan penampilan berbeda, aku tahu kau akan menahan diri lagi."

Mendengar ucapan dari pamannya yang amat mengganggunya, ia pun pergi tanpa bicara lagi pada pamannya. Persetan dengan amukannya nanti, ia ingin pergi saja.

.

.

Di lain sisi, Hoseok sedang menatap keluar jendela jeruji besinya. Tepat 2 minggu lagi, Hoseok akan keluar dari penjara bodoh ini.

" Adikku yang baik.. kita akan bertemu sebentar lagi~" gumamnya.

Ia terseyum puas, baginya ini adalah kado terbesar. Bertemu dengan adik kecil yang amat disayanginya membuat Hoseok sangat bahagia. Luar dan dalamnya.

Tunggulah..

Aku akan memelukmu dengan erat adikku..

Tunggulah..

.

.

" Eomma.. Appa.. dia kembali.. hyung kembali.." jin bergumam sambil menatap foto keluarganya 15 tahun yang lalu.

Mimpi buruk yang datang silih berganti pada 15 tahunnya sangat menyiksanya. Namun, apa ini? Kenyataan pahit lagi?

Omong kosong..

" Pada sebuah dongeng, hanya ada satu orang yang bahagia, dan satu orang yang terluka Jin..

Ibu memberimu tugas untuk membuat hyungmu kembali seperti semula..

Lakukan. Ibu suka kau yang penurut. Ibu sangat suka."

Kata-kata itu. Kata-kata terakhir dari ibunya. Dan Jin, Jin selalu terjebak dalam kegelapan karena hal itu.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Ada yang penasaran???
Ryuu tanya loh~

Wkwkwk..

Stay tune buat tahu ya..
See you♥️♥️♥️

Fine Psychiatric Hospital[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang