16

11.2K 653 27
                                    

Habis manis sepah di buang, apakah layak pepatah itu dikaitkan dengan perilaku Ibnu? Meninggalkan Dewi setelah keinginannya terpenuhi, apakah benar seperti itu?

Sebelum menjatuhkan talak pada Dewi, bukankah ia sudah mengajak wanita itu bicara dari hati ke hati? 

Tidak ada yang salah dengan Dewi, yang salah adalah ketika Ibnu mengabulkan permintaan ibunya. Saat itu. Nada sedang berproses untuk masa depan rumah tangga, dan keputusan Sandra menghentikan langkahnya, bukan asa.

Sudah dua bulan sejak perceraiannya dengan Dewi, Ibnu menempati apartemen yang pertama kali dibeli ketika ia menikahi Nada. Tidak besar, tapi cukup menenangkan.

Tidak ada yang tahu keberadaan Ibnu, setelah menghabiskan kegiatan di kantor. Cukup di sana Ibnu diusik oleh ibunya. Setiap hari Sandra akan mengunjunginya kantornya, membuat keributan karena sebuah kata talak untuk Dewi. Ibnu juga harus menerima hujatan ibunya untuk Sandra.

"Yang pantas kamu ceraikan Nada, bukan Dewi. Wanita itu tidak bisa menyempurnakan rumah tangga kalian!"

Cacian penuh kehinaan, sangat tidak enak didengar.

"Masa tua yang kamu butuhkan anak-anak. Bukan cuma istrimu. Perusahaan juga butuh anak-anak!"

"Nada tidak mandul." itu sudah dikatakan dua kali oleh Ibnu. Harusnya lebih jelas lagi.

"Kamu pikir Ibu percaya? Nada melahirkan? Kamu sudah gila!?"

Sayangnya, Ibnu tidak bisa memperlihatkan foto anaknya. Ada alasan yang kuat untuk itu. 

"Sampai mati aku tidak akan meninggalkan Nada. Sudah cukup, aku melakukan kesalahan." Ibnu tidak stres. Dia sadar dan bisa mengendalikan diri. Sekalipun nanti, Nada tidak menginginkannya lagi. Ia akan berusaha untuk hidup baik-baik saja. Ia punya anak. Akan diberikan hidupnya untuk anak-anak.

"Kembali pada Dewi. Ibu mohon."

Ibnu menggeleng. Kalau main-main, ia akan melafadzkan kata cerai saja, bukan talak tiga.

"Aku tidak bisa."

"Kamu akan mempertahankan wanita mandul itu? Di mana dia sekarang, kamu bahkan tidak tahu! Kamu benar-benar gila Ibnu!"

Emosi ibunya, ditanggapi dengan bijak oleh Ibnu. Laki-laki itu lelah setiap berhadapan dengan ibunya. Hampir setiap hari Sandra merecokinya. 

Bagaimana Ibnu tidak jatuh cinta pada Nada? Berkali-kali ia jatuh pada pesona wanita itu. Lihat saja, bagaimana cara Nada menutupi prahara rumah tangga mereka di hadapan Alfian. Setiap kali Alfian menghubungi Ibnu, mereka akan berbicara santai. Seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa.

Nada pernah mengatakan, dan Ibnu masih mengingat dengan baik. Jika Alfian tidak akan masuk dalam lingkup keluarga mereka yang kurang sehat. Baik keluarga Ibnu maupun Nada. Sekarang, rumah tangganya sedang melalui hal yang sama. Keluarga yang terlihat baik-baik saja, nyatanya jauh dari kata harmonis. Dan Nada tidak akan membiarkan seorang pun menghancurkan masa depan Alfian.

Ibnu memahaminya dengan baik. Setiap ibunya membahas Alfian, laki-laki itu secepat mungkin mengalihkan pembicaraan.

Alfian kecil saat itu ditolak kehadirannya oleh Sandra. Latar belakang anak angkat Ibnu dan Nada dipersoalkan oleh Sandra. Nada tahu dengan detail kenapa Alfian bisa tinggal di panti asuhan. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa kedua orang tuanya dan tidak ada wali yang mau mengasuhnya. Sandra menganggap jika Alfian anak yang lahir di luar nikah, makanya tidak ada wali yang mau menerimanya.

Istri pertama mas IbnuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang