"Ini enggak kayak yang kamu pikirin, Jun."
Mereka berdua sudah berada di ruang tamu apartemen June. Laki-laki manis itu sedang mencoba jujur tentang apa yang menghimpit hatinya dari kemarin. Tentang perasaan takut ditinggal, merasa dikhianati, diduakan.
"Aku baru tau kalau teman bisa makan berduaan sambil usap-usap kepala gitu."
"Benerin rambutnya doang, Jun, ya Tuhan." jawab Bobby tidak mau kalah. "Lagian juga hanya makan malam. Di kafe. Kalau candle light dinner aku terima kamu mau ngamuk kayak apapun."
"Dua kali kamu abaikan, terus kamu balik kayak enggak ada apa-apa. Kamu ngarepin apaan dari aku? Baik-baik aja?" tangannya masih belum selesai dengan pekerjaan rumahnya melipat beberapa baju yang sudah kering. Ini cara June agar bisa lebih jujur. Karena mungkin kalau ia hanya diam saja tidak sambil melakukan sesuatu, ini akan berakhir dengan Bobby yang tidak paham atas marahnya karena bisa dipastikan tidak akan ada yang keluar dari mulutnya. June seperti dipaksa diam seribu bahasa ketika menatap mata Bobby yang sangat mengintimidasi dirinya.
Bobby lalu mengambil baju-baju yang tengah menarik minat June dengan sedikit hentakan, "ini aku jadi baju aja kali ya biar kamu lihatnya ke aku kalau lagi ngomong?" katanya dengan intonasi kesal, "enggak apa-apa deh, mau dilipat badanku kayak apa juga asal kalau kamu ngomong tuh lihatnya ke aku. Heran."
Lucu, tapi June tidak bisa tertawa kali ini.
"Iya aku salah enggak jujur, maafin. Kamu udah kenal Ciara—"
"Tau. Aku cuma sekedar tau bukan kenal."
"Iya, oke, kamu hanya sekedar tau. Kamu harus kenal karena dia atasanmu mulai hari ini. Ingat?"
June menganggukkan kepalanya mengerti.
"Dia sahabatku, dari zaman kuliah. Dia pindah kesini, kebetulan aku butuh karyawan dan dia cocok dengan kualifikasi yang diberikan kantor pusat. Sampai sini paham, Jun?"
Kan... Ini malah seperti aku yang salah.
June sedikit tidak terima. "Iya, berarti kamu maunya aku enggak komplain. Begitu kan?" semburnya, "iya udah oke, aku salah karena aku komplain. Selesai. Clear. Ketok palu."
June lalu beranjak ke kamarnya, kali ini ia mencoba mencari kesibukan yang lain, karena sepertinya mengemasi barang-barang untuk pindah, kembali hanya menjadi wacana. Apa sekalian saja tidak perlu pindah? Mungkin?
Seperti mampu membaca apa yang ada di kepala kekasihnya itu Bobby lalu mendekat dan kembali berkata, "kita kemasi barang-barangmu dulu. Mumpung besok kamu libur dan rasanya akan lebih tenang kalau kamu mau marah-marah seperti apapun kalau udah tinggal sama aku, Jun."
***
Napas mereka masih saling beradu. Hujan masih sangat lebat. Dinginnya seperti menguar dari sela-sela dinding kamar. Membuat suasana menjadi kian panas dari sebelumnya.
June terkadang sedikit kewalahan meladeni laki-laki yang badannya berangsur lebih kekar dibandingkan biasanya. Suka tidak tahu waktu, dan tempat.
"Akkh—"
Bobby masih betah menggesekkan miliknya dengan milik June. Dengan posisi mereka yang bersebelahan, lengan kirinya yang menjadi bantalan kepala June, dengan tangan kanan yang bebas memilin puting pink yang menjadi favoritnya itu.
Ah, rasa-rasanya semua yang ada di tubuh laki-laki manis itu merupakan favoritnya.
Bibirnya masih terus-terusan menghisap bibir bawah June, bertukar saliva tak ada lelahnya. Lalu beralih pada cuping telinga June menghisap sedikit dan memberikan tanda keunguan dibawah telinga seperti memberitahukan bahwa June adalah miliknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/245603971-288-k802038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FILL ME - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]
FanfictionSebuah cerita cinta sederhana. Dimana yang satu berusaha menjadi yang terbaik, dan yang satu berusaha mati-matian meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. 💙💜 Disclaimer: 🔞 BXB Yaoi Boyslove Yang enggak suka, jangan dibaca ya.