Senyum di wajah Ahmad merekah, hari ini Ahmad bisa pulang lebih awal dari biasanya! Bekerja sebagai seorang guru membuatnya biasa menghabiskan waktu dari pagi hingga sore di sekolah, tetapi hari ini ia diberikan kelonggaran untuk dapat pulang cepat.
Ahmad tersenyum sembari mengendarai mobilnya menuju rumah, arus lalu lintas di Jakarta sedang bersahabat rupanya, kurang dari setengah jam ia telah sampai di rumah. Ia memarkirkan mobil di garasi rumah dan melangkah menuju pintu. Rumah yang dibelinya dari hasil kerja keras ini hanya dihuni oleh dirinya sendiri sejak tiga bulan lalu. Suara bising dari rumah tetangga menarik atensi Ahmad untuk menengok. Ternyata dua orang remaja perempuan tengah sibuk menonton Youtube melalui laptop. Ahmad kenal dengan salah satu dari mereka, namanya Andin, dia adalah anak dari tetangga Ahmad, Bu Reni. Kalau remaja yang duduk di sebelah Andin, Ahmad tidak mengenalnya, mungkin teman Andin. Entahlah, tak penting juga bagi Ahmad memikirkan namanya.
Malam ini Ahmad sudah ada rencana untuk kencan dengan pacarnya yang bernama Selena. Mereka sudah menjalin hubungan sejak lima tahun yang lalu. Ahmad menaruh ponselnya di atas meja dan melepas pakaian yang ia kenakan. Sebuah panggilan telepon masuk, Selena yang menelepon rupanya.
"Babeee, nanti malam sepertinya aku gak bisa."
"Kenapa? Kamu ada rencana lain?"
"Iya, mungkin aku bakalan lembur malam ini. Maaf, ya?"
"Selena, bukannya kamu udah janji untuk mengosongkan waktu kamu malam ini? Kita jarang loh bisa kencan karena kita selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Masa dibatalin, sih?"
"Aku tahu, Ahmad, tapi ini mendadak banget. Kita ganti jadi malam Sabtu aja gimana?"
"Ya udah, malam Sabtu ya."
"Iya, Ahmad. I'm sorry."
"Gak apa-apa. Udah dulu ya, aku mau mandi."
Tanpa menunggu jawaban dari Selena, Ahmad langsung memutus sepihak panggilan telepon tersebut. Rasanya ia kecewa, padahal rencananya malam ini ia mau menghabiskan waktu dan bertukar cerita dengan Selena. Ahmad mengisi daya baterai ponsel dan laptop miliknya tanpa mengecek stop kontaknya terlebih dahulu, lalu mengambil handuk dan melangkah ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Di saat seperti ini, berendam di air hangat adalah pilihan yang tepat.
Kulit tangannya mulai mengeriput, menandakan bahwa ia harus segera menyudahi aktivitas berendam ini. Selesai mandi dirinya langsung memakai pakaian dan menyisir rambutnya. Setelahnya, Ahmad berjalan keluar kamar untuk mencari camilan di kulkas. Namun, asap yang berasal dari ruang tengah membuatnya mengurungkan niat ke dapur. Mata Ahmad membulat saat menyadari bahwa api tengah melahap sebagian dari ruangan tersebut. Buru-buru ia mengambil alat pemadam, tetapi sia-sia. Api bergerak dan menyebar dengan cepat, rumahnya dipenuhi asap. Ahmad mulai kesulitan bernapas dan setelahnya ia tidak dapat mengingat apapun.
📃📃📃
Pemandangan yang ada di hadapan Ahmad membuatnya mengernyitkan dahi. Ini bukan pemandangan Kota Jakarta yang biasa dilihat olehnya. Penataan kota yang bergaya Eropa membuat Ahmad kebingungan.
"Gue ada di mana?" ucapnya bermonolog. Beberapa orang berlalu-lalang di dekatnya, Ahmad berusaha menghampiri dan mengajak mereka berbicara, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang menanggapi. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ahmad berada di sini? Ahmad berkelana ke sana-sini, mencoba mencari seseorang yang dapat menolongnya, tetapi pada akhirnya ia tidak menemukan orang yang bisa membantunya.
"Jiwa yang tersesat." Suara itu begitu keras, membuat Ahmad reflek menutup telinga. Matanya menelusuri sekitar, mencari tahu sumber suara tersebut. Sesosok makhluk hitam berbadan besar rupanya sedang tertawa sembari menatap ke arahnya. Ahmad menelan ludahnya, sialan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Airku [SUMPAH PEMUDA]
Historical Fiction[Dream World] 15+ Jika semesta membawamu kembali untuk melihat sejarah perjuangan bangsamu, lantas perubahan apa yang akan kamu lakukan untuk negeri ini? "Masa depan bangsa ini ada di tanganmu, Lana." 25 Mei 2020 - 28 Oktober 2020