"Mobil yang dikendarai kak Jaehyun menabrak trotoar dan terbalik. Ia saat ini sudah dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Ibu memintaku untuk menjemput kakak."
Tiga kalimat yang Sungchan ucapkan berhasil membuat tenggorokan Sooyoung tercekat. Selama perjalanan menuju rumah sakit, tak ada yang gadis itu pikirkan selain berharap mobil yang ia naiki akan segera sampai di tujuan. Sooyoung meremas kuat ujung piama yang ia kenakan dengan menggigit bibir bawahnya. Air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya, berusaha untuk tak menumpahkan tangisnya lagi.
Begitu mobil terhenti, Sooyoung segera membuka pintu mobil dan berlari menuju lobi rumah sakit. Meja resepsionis adalah tujuan utamanya. Setelah bertanya lebih lanjut kini ia berada di depan pintu ruang operasi. Dengan tatapannya yang kosong, Sooyoung melangkah gontai. Langkahnya yang begitu lemah dengan segala pemikiran yang mengusik ketenangannya.
"Kau datang."
Ucap Yoona, ibu Jaehyun sembari memeluk calon menantunya itu dan menangis terisak. Sementara gadis itu hanya terdiam dengan tatapan kosongnya. Perlahan, Sooyoung melepas pelukan wanita paruh baya itu dan menatapnya menuntut penjelasan.
"I..ibu.. Jaehyun, ba-bagaimana dengannya?"
"Dokter sedang mengusahakan yang terbaik."
Sahut Yoona memandang hampa pada pintu ruang operasi yang terasa begitu sunyi.
"Duduklah. Kau pasti sangat terkejut."
Yoona menuntun langkah Sooyoung dan mendudukkan gadis itu di kursi yang telah disediakan.
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Berdasarkan pernyataan detektif dan saksi di tempat kejadian, ada sebuah truk yang melintas melawan arus. Jaehyun berusaha menghindarinya. Namun karena kondisi jalanan yang licin karena air hujan, ban mobil jadi tergelincir."
Sooyoung menghela nafas panjang begitu mendengar penuturan Yoona. Ia mengusap kasar wajahnya dan berusaha mengatur deru nafasnya yang tak beraturan.
Lama tiga orang itu menunggu dalam keheningan. Jam demi jam mereka lewati dengan kegelisahan yang memuncak. Hingga pintu ruangan yang dibuka dengan menampakkan seorang dokter yang mengenakan baju khasnya membuat ketiganya segera bangkit dan berjalan menghampiri.
"Dokter, bagaimana keadaan anakku?"
"Terjadi pendarahan yang cukup parah di kepalanya. Untuk saat ini, tuan Jung akan berada di ruang perawatan intensif untuk kami pantau keadaannya."
"Apa ia akan baik-baik saja?"
Tanya Sooyoung mengambil langkah mendekat. Sang dokter memandangnya sekilas sebelum beralih menatap Yoona.
"Ia adalah calon istrinya."
Ujar wanita paruh baya itu sembari merangkul Sooyoung. Sang dokter mengangguk mengerti seraya membenarkan letak kacamatanya.
"Kondisi tuan Jung masih tidak stabil. Kami tak bisa menjamin apapun untuk saat ini. Tapi kami akan berusaha melakukan yang terbaik."
Sahut pria itu sebelum membungkuk dan melangkah kembali memasuki ruang operasi.
Sooyoung seketika berlutut. Sepasang kakinya terasa lemah dan tak mampu menopang beban tubuhnya. Tangis yang susah payah ia tahan, akhirnya terdengar juga.
"Kak, kau tak apa?"
Tanya Sungchan yang kini menyamakan posisinya dengan Sooyoung. Gadis itu hanya mengangguk pelan seraya mencengkram kuat lengan Sungchan.
-
Pintu ruangan terbuka menampakkan Sooyoung dengan gaun protektif serta masker yang ia kenakan. Kedua tangannya mengepal kuat begitu mendapati pria yang baru beberapa jam yang lalu mengatakan bahwa ia mencintainya, kini terbaring lemah dengan peralatan medis yang terpasang di tubuhnya.
Dengan bersusah payah, Sooyoung mengambil langkah mendekat. Duduk dan menggenggam kuat tangan pria itu.
"Apa yang kau lakukan disini hm? Bukankah kau bilang akan pulang ke rumah? Ini bukan rumahmu."
Ucapnya pada Jaehyun seakan pria itu akan menjawab ucapannya. Sooyoung mendongak, berusaha agar buliran bening itu tak terjatuh. Ia kembali menatap wajah damai itu. Di matanya, Jaehyun tak terlihat sakit. Pria itu hanya terlihat sedang tertidur. Hanya saja luka di beberapa bagian wajahnya membuatnya kembali bersedih.
"Apa yang terjadi dengan wajah tampan yang selalu kau banggakan? Dua minggu lagi kita menikah. Bagaimana bisa kau membiarkan wajahmu terluka? Kau pasti kesakitan kan?"
Sooyoung membelai lembut wajah pria itu dan mengecup singkat punggung tangannya.
"Bangunlah. Bangun dan bicaralah denganku. Aku sudah merindukan suaramu."
Buliran bening yang susah payah ia tahan pada akhirnya jatuh juga. Sooyoung membenamkan wajahnya di punggung tangan Jaehyun dan menangis sejadinya. Rasa takut yang teramat dalam begitu menghantuinya kini.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
A Drop of Tears [END]
Fanfiction{FANFICTION} Pada sang waktu yang melebur dalam kelamnya sunyi. Saat keadaan memaksa untuk sebuah ketenangan hati. Dalam buliran bening yang mengalir di tiap kata yang telah terpatri. Kita jatuh sekali lagi. Pada lembah kelabu yang menyiksa diri.