14

363 83 12
                                    

Sooyoung mengerjapkan matanya beberapa kali tat kala sinar mentari memaksa masuk melalui celah jendela. Mengusik indera penglihatannya yang sedari tadi terpejam. Ia melepas pelukannya dari sang suami dan mengusap matanya beberapa kali kemudian mendongak dan mendapati Jaehyun yang ternyata tidak tidur.

"Oh? Kau sudah bangun?"

Tanya gadis itu seraya mengubah posisinya menjadi duduk. Mengusap lembut kedua sisi pipi Jaehyun dan memberi kecupan di kening sang pria. Keningnya mengernyit begitu melihat sepasang mata suaminya yang tampak sayu.

"Jangan bilang jika kau tak tidur semalam?"

Tanya Sooyoung yang di jawab kedipan mata oleh prianya.

"Kenapa? Apa karena aku?"

Pria itu mengedipkan mata dua kali sebagai jawaban tidak. Dengan segera Sooyoung meraih papan huruf untuk mengajak berbicara suaminya. Ya, tentu saja ini adalah bagian dari terapi Jaehyun.

"Kau ingin aku pulang? Kenapa?"

Tanyanya tidak terima dan kembali menunjuk huruf demi huruf.

"Agar aku bisa tidur di ranjang yang nyaman? Tidak mau. Aku tak bisa tidur jika tak melihatmu."

Sahut Sooyoung sembari mengerucutkan bibirnya. Ia meraih tangan Jaehyun kemudian mengecupnya singkat.

"Tidurlah. Nanti sore ada jadwal terapi. Kau tak boleh kelelahan."

Bibir pria itu tergerak. Tentu Sooyoung tau jika akhir-akhir ini Jaehyun berusaha keras untuk berkomunikasi langsung dengan lisannya. Namun ia terlalu memaksakan diri hingga berakhir dengan emosinya yang meluap.

Dengan tersenyum tipis, Sooyoung mengarahkan telunjuknya di bibir Jaehyun. Mengisyaratkan pria itu untuk berhenti.

"Jangan memaksakan diri sayang. Aku tau seberapa banyak kau ingin bicara denganku. Semuanya butuh waktu. Kau ingat apa yang dikatakan dokter kan? Jika kau terlalu memaksakan diri dan terbawa emosi, itu bisa berdampak buruk pada tekanan darahmu. Aku tak akan kemana-mana. Kau bisa menyimpan kalimat itu untukku nanti."

Ujarnya membuat Jaehyun memejamkan mata sejenak seraya menghembuskan nafas pelan. Sooyoung kembali tersenyum sembari mengusap lembut kening lelakinya. Menghilangkan kerutan di kening pria itu dan menepuk pelan lengan Jaehyun untuk membuatnya terlelap.

-

Sooyoung memasukkan beberapa pakaian bersih milik Jaehyun ke dalam tas. Siang ini ia kembali ke rumah mereka untuk mengambil beberapa pakaian ganti miliknya dan sang suami.

Setelah selesai melakukan tugasnya, ia berjalan menuju pintu rumah dengan menderet koper. Setelah mengunci rumah, ia pun berjalan keluar setelah sebelumnya menutup pintu pagar. Langkah gadis itu terhenti begitu mendapati kehadiran seorang pria paruh baya yang bersandar pada sebuah mobil.

"Ayah.."

Panggil Sooyoung dan dibalas dengan senyum tipis oleh Park Hae Jin, ayah tiri gadis itu.

"Ibumu mencarimu."

"Tidak. Aku tak akan menemui ibu."

"Sooyoung.."

"Apa ayah juga akan memaksaku untuk pulang?"

Tanya gadis itu dengan suaranya yang terdengar bergetar kini. Sementara Hae Jin hanya terdiam pada posisinya.

"Ayah aku mohon. Jangan memintaku melakukan sesuatu yang tak bisa aku lakukan."

"Sebaiknya kau pulang sebentar. Kau bisa bicarakan ini secara langsung dengan ibumu."

"Ayah tau sendiri betapa egoisnya ibu. Ia tak akan mau mendengarkanku. Aku hanya akan berakhir dengan terkurung disana."

"Nak.."

"Aku tak bisa hidup tanpa Jaehyun ayah. Saat ia terbaring koma, rasanya duniaku begitu hancur. Aku tak bisa bernafas dengan baik. Aku tak nafsu makan. Tak peduli berapa banyak aku mengajaknya bicara, yang ia lakukan hanya memejamkan mata. Sekarang Jaehyun sudah membuka matanya. Ia bisa merespon semua yang aku ucapkan walau hanya dengan kedipan mata. Aku sudah cukup puas akan hal itu."

"Sooyoung.."

"Dan suatu saat, Jaehyun akan sembuh. Ia pasti bisa berbicara lagi. Mengajakku bercanda dan berjalan beriringan dengannya. Aku yakin saat itu akan tiba."

Ucap gadis itu pada akhirnya sementara Hae Jin, tak ada yang bisa pria paruh baya itu lakukan. Ia hanya bisa menjadi penengah diantara ibu dan anak itu. Tak bisa memihak salah satu diantaranya karena ia mencintai keduanya.

"Jadi tolong katakan ini pada ibu. Saat dimana ia membawaku secara paksa untuk pulang, itu adalah hari kematianku."

Ujarnya dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Hae Jin yang menghela nafas kasar seraya memijit pelipisnya.

~~~

Dahlah aku males nyumpahin klean 🙃
Gak ngaruh keknya (͡° ͜ʖ ͡°)
Lop u siders 😘
Lop u more non siders 😘😘😘

A Drop of Tears [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang