"Ce..rai.."
Sahut pria itu setelah ia terdiam lama. Sooyoung perlahan menjauhkan wajahnya. Tatapannya begitu kosong hingga tanpa ia sadari buliran bening itu mengalir begitu saja dari pelupuk matanya. Sooyoung menggeleng pelan sembari menggigit bibir bawahnya. Membiarkan tetesan bening itu mengalir membasahi wajahnya.
"Tidak mau."
Sahutnya sementara Jaehyun menghela nafas pelan dan memejamkan mata sejenak.
"Aku tak mau bercerai denganmu."
"Soo-"
"Kenapa? Kenapa kita harus bercerai? Jika ini karena ibuku, sebaiknya lupakan. Aku akan membujuknya sayang. Aku bisa membujuk ibuku. Bagaimana pun caranya, aku akan membujuknya."
Lanjut gadis itu namun tak ada respon dari sang suami. Ia hanya menatap dalam pada manik mata istrinya. Membuat Sooyoung merasakan sesak yang teramat dalam.
"Bukankah kau ingin hidup bersamaku untuk waktu yang lama? Itu yang kau katakan padaku saat kau melamarku!"
Ujarnya dengan isak tangis yang tak mampu lagi terbendung. Dengan susah payah, Jaehyun menggerakkan jemarinya. Meraih tangan sang istri yang melepaskan genggamannya. Sooyoung kembali mendongak menatap pria itu dengan sepasang matanya yang memerah. Tangisnya semakin menjadi begitu menyadari tatapan sendu suaminya. Ia kembali bangkit dan menghambur memeluk Jaehyun, menumpahkan tangisnya di dada bidang sang suami.
"Tidak Jaehyun. Jangan berpisah dariku. Aku tak mau dan aku bahkan tak bisa membayangkan hal itu."
Ucap Sooyoung tepat di telinga Jaehyun sembari mengeratkan pelukannya. Sementara pria itu hanya bisa memejamkan mata dan menghela nafas panjang. Membiarkan buliran bening itu mengalir dari sudut matanya.
Di lain tempat, Min Young tak henti-hentinya berdecak kesal sembari menatap layar ponsel. Sejak kemarin anak semata wayangnya itu mengabaikan panggilan serta belasan pesan darinya.
Wanita paruh baya itu berjalan mondar mandir di kamar membuat Hae Jin yang sedari tadi fokus dengan laptop di hadapannya pun menoleh. Ia melepas kacamata yang menggantung di hidungnya dan berjalan mendekat.
"Sayang, kau kenapa?"
"Aku tak bisa membiarkan hal ini terus berlanjut. Bahkan Sooyoung berani mengabaikan telfon dariku. Hal yang tak pernah ia lakukan selama ini."
"Min Young.."
"Apakah Yoona tak mau melepaskan anakku? Harusnya aku tak berbicara dengan wanita itu. Harusnya aku langsung saja membuatkan surat cerai untuk mereka."
"Sooyoung sudah dewasa. Ia tau apa yang harus ia lakukan."
"Tidak. Kau tak cukup mengenal anakku. Ia sangat keras kepala."
"15 tahun menjadi ayah tirinya cukup untuk membuatku memahami bagaimana Sooyoung. Jangan memaksanya terlalu keras. Itu hanya akan membuatnya meninggalkanmu."
"Tapi-"
"Sekarang tenangkan dirimu. Biarkan anak kita memilih jalan apa yang akan ia tempuh untuk hidupnya sendiri."
Min Young menghela nafas kasar seraya menyampirkan rambutnya. Sementara sang suami tersenyum tipis dan menarik wanita paruh baya itu ke dalam pelukannya.
"Aku hanya ingin anakku hidup lebih bahagia."
"Aku mengerti. Kau sama sekali tak bermaksud buruk. Karena orang tua hanya menginginkan yang terbaik untuk anak mereka."
Sahut Hae Jin melayangkan kecupan singkat di kening istrinya.
-
Hari demi hari telah berganti. Selama itu pula Sooyoung tetap melakukan tugasnya sebagai seorang istri walau sering kali mendapat penolakan dari Jaehyun. Berulang kali pria itu selalu membahas mengenai perceraian, namun Sooyoung lebih memilih bungkam. Bersikap seolah ia tak mendengar apa yang sang suami ucapkan. Dering ponsel milik Sooyoung membuatnya tersadar dari lamunan. Ia meraih benda persegi yang terletak di atas nakas dan menarik nafas panjang sebelum menjawab panggilan.
"Ayah.."
Panggil Sooyoung begitu menerima panggilan telfon dari ayah tirinya.
"Bagaimana kabarmu?"
"Apa ibu menyuruh ayah menelfonku?"
"Putri kecilku sudah semakin dewasa. Ia bahkan selalu menaruh curiga."
Sooyoung menggigit bibir bawahnya dan tersenyum kikuk.
"Bagaimana keadaan Jaehyun?"
"Ia semakin membaik dan mengalami banyak perkembangan pesat."
"Syukurlah."
Sahut pria paruh baya itu dari seberang sana. Sementara Sooyoung kembali tersenyum dan mengangguk pelan.
"Sooyoung.."
"Hm?"
"Jangan membenci ibumu terlalu banyak. Ia hanya sangat menyayangimu."
"Aku tau."
"Dan jangan terlalu dipikirkan dengan ucapannya. Ayah akan mencoba untuk membujuk ibumu. Kau hanya perlu melakukan apapun yang menurutmu benar."
Gadis itu kembali tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
"Ayah.."
"Ya?"
"Aku mencintai ayah. Sangat."
Hae Jin, dengan ponsel yang masih menempel di telinganya itu pun tersenyum dan mengangguk pelan.
"Ayah tau. Ayah juga sangat mencintaimu."
Ujarnya sebelum sambungan di antara keduanya terputus. Sooyoung meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Mengalihkan pandangannya pada Jaehyun yang tampak damai dalam tidurnya. Gadis itu kembali menghela nafas pelan seraya mengusap lembut punggung tangan sang suami.
"Sampai kapan kau akan mendiamiku seperti ini?"
Ujar Sooyoung terdengar putus asa.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
A Drop of Tears [END]
Fanfic{FANFICTION} Pada sang waktu yang melebur dalam kelamnya sunyi. Saat keadaan memaksa untuk sebuah ketenangan hati. Dalam buliran bening yang mengalir di tiap kata yang telah terpatri. Kita jatuh sekali lagi. Pada lembah kelabu yang menyiksa diri.