Sooyoung berlari memasuki gedung rumah sakit begitu taxi yang ia tumpangi berhenti tepat di depan pintu masuk. Mengabaikan beberapa teguran pihak rumah sakit yang melarangnya berlari.
Hingga langkah gadis itu membawanya di ambang pintu ruangan. Terdapat beberapa orang dokter dan perawat yang mengelilingi tiap sisi ranjang dimana kekasihnya terbaring disana. Sooyoung menelan salivanya dan dengan langkah berat ia memberanikan diri untuk mendekat.
"I..ibu.. Ada apa?"
Tanya gadis itu menatap nanar pada Yoona yang kini memeluknya erat.
"Jaehyun sadar."
Sooyoung terdiam mematung. Belum mampu mencerna dengan baik ucapan wanita paruh baya yang tengah menangis haru dari balik punggungnya.
"Anakku sadar. Tuhan mendengar doa kita."
Ucapnya sekali lagi sementara Sooyoung perlahan melepas pelukannya. Menatap Yoona beberapa saat, berusaha memastikan jika ia tak salah dengar. Kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya menatap para dokter yang kini menyingkir. Seketika Sooyoung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan tat kala melihat pria yang sangat ia rindukan itu kini membuka matanya.
Perlahan namun pasti, Sooyoung melangkah mendekat. Menggenggam lembut telapak tangan Jaehyun. Dengan pergerakan mata yang lemah, Jaehyun memandang sang kekasih dengan tatapan sayunya. Ada rasa sesak yang menghujam dada pria itu begitu melihat sosok yang selama ini susah payah ia jaga, kini tengah menangis karenanya.
"Aku sangat merindukanmu, bodoh!"
Pekik Sooyoung dan menghambur ke dalam pelukan Jaehyun. Menangis tersedu-sedu sementara pria itu memejamkan matanya sejenak. Membiarkan buliran bening mengalir dari sudut matanya.
Sooyoung semakin mempererat pelukannya. Biarkan gadis itu dalam posisi seperti ini sedikit lebih lama. Ia benar-benar tak ingin terpisah jauh dari Jaehyunnya. Hingga salah seorang dokter yang menginterupsi membuat gadis itu perlahan melepas pelukannya.
"Ada yang ingin saya sampaikan. Bisakah kita berbincang di luar?"
Sooyoung dan Yoona saling bertukar pandang hingga keduanya mengangguk setuju. Gadis itu kembali berbalik dan tersenyum menatap Jaehyun yang sejak tadi setia menatapnya. Ia membelai lembut rambut Jaehyun dan mengecup singkat keningnya. Membuat pria itu kembali memejamkan matanya sejenak.
Tanpa perlu mengungkapkannya, Sooyoung cukup paham jika Jaehyun menyukai apa yang baru saja ia lakukan. Ya, prianya itu selalu menyukainya tiap kali Sooyoung mengecup keningnya.
Sooyoung melangkah menjauh. Menyusul sang dokter dan Yoona yang telah lebih dulu keluar dari ruangan. Senyum yang baru saja terukir di bibir Sooyoung kini perlahan memudar begitu melihat raut masam dari beberapa orang dihadapannya. Ia tau sesuatu yang tidak baik baru saja terjadi.
"Setelah melihat kondisi tuan Jung pasca tersadar dari komanya, beliau mengalami kelumpulan di hampir seluruh anggota tubuhnya. Kami menyebut ini dengan istilah locked in syndrome."
Sooyoung menelan salivanya, menarik nafas panjang dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. Sementara Yoona nyaris ambruk jika saja Sungchan tak menopang sang ibu.
"Tidak mungkin. Locked in syndrome?"
"Istilah lainnya adalah stroke berat. Hal ini terjadi sebagai efek dari cedera pada bagian kepala yang dialami tuan Jung akibat kecelakaan yang menimpanya hingga mengakibatkan kerusakan pada batang otak. Kondisi ini jarang terjadi akibat cedera kepala, namun bukan berarti menjadi hal yang mustahil terjadi."
(Note : aku bikin ini berdasarkan browsing di beberapa situs. Kalo ada yang paham dan ada kesalahan dalam penjelasannya, mohon di koreksi.)
"Jadi maksud anda anakku cacat?"
"Bu.."
"Jangan bercanda! Anakku baik-baik saja. Kau tak melihatnya? Ia bahkan menangis karena terlalu senang melihat kedatangan calon istrinya!"
"Bu, pelankan suara ibu. Kakak bisa mendengarnya."
"Pada kasus ini, pasien memang mengalami kelumpuhan. Tetapi hal itu tak mempengaruhi pada kemampuan dan kesadarannya dalam berfikir. Mereka hanya tak mampu menggerakkan anggota tubuh mereka selain mata. Karena itulah disebut sebagai locked in syndrome. Keadaan dimana pasien terjebak dalam tubuhnya sendiri."
"Apa.. Dia.. Tidak. Apa Jaehyunku bisa diobati? Ia bisa sembuh kan?"
Kini Sooyoung mulai bersuara. Tatapannya yang kosong namun ia terlihat sedikit tenang. Tidak. Gadis itu tak lagi menangis. Menangis pun tak akan mengubah segalanya. Ia hanya perlu mencari ketenangan dan berharap banyak pada pria berjas putih dihadapannya. Sang dokter menghela nafas pendek seraya membenarkan letak kacamatanya.
"Tentu bisa. Karena ini bukan kasus mati otak. Dengan melakukan terapi, tuan Jung memiliki kemungkinan untuk sembuh. Namun hal ini akan memakan cukup banyak waktu dan menguji kesabaran mereka yang merawatnya."
"Maka itu sudah cukup."
Sooyoung tersenyum tipis membuat dokter dihadapannya memandangnya takjub. Sama halnya dengan Yoona dan Sungchan yang kini menatapnya heran. Dari mana datangnya kepercayaan diri gadis itu?
"Apa langkah pertama yang harus kami lakukan?"
"Pertama, ini bukanlah hal yang mudah untuk diterima oleh tuan Jung. Beliau pasti akan merasa tertekan karena tak bisa melakukan apapun. Bahkan ia tak bisa berkomunikasi dengan mudah. Mungkin saat ini beliau sudah mulai merasakannya."
Sooyoung mengalihkan pandangannya. Menatap nanar pada pintu ruangan yang tertutup rapat.
"Lalu, apa selanjutnya?"
Kini Yoona kembali bersuara.
"Komunikasi, mungkin hal ini adalah ujian utama. Keluarga akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan pasien karena yang bisa ia lakukan hanyalah mengerjapkan mata. Sementara pasien, akan semakin dibuat tertekan karena ia merasa tak ada yang mampu mengerti akan keinginannya. Jadi, tugas keluarga adalah agar lebih bersabar lagi dalam mengajaknya berinteraksi."
Tukas sang dokter membuat Yoona tak mampu lagi membendung tangisnya. Sooyoung, gadis itu hanya diam di posisinya. Berusaha menopang beban tubuhnya yang terasa lemas. Ia tak ingin lagi terlihat lemah. Setidaknya ia harus menjadi kekuatan bagi Jaehyun.
"Bu, bolehkan hanya aku yang menemaninya malam ini?"
Tanya Sooyoung dengan tatapannya yang memohon. Disela tangisnya, Yoona mengangguk memberi ijin.
~~~
Up jam segini dan begadang karna besok masih hari minggu ehee 😆
Siders, jerawatan !
Becanda sayang 🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
A Drop of Tears [END]
Fanfiction{FANFICTION} Pada sang waktu yang melebur dalam kelamnya sunyi. Saat keadaan memaksa untuk sebuah ketenangan hati. Dalam buliran bening yang mengalir di tiap kata yang telah terpatri. Kita jatuh sekali lagi. Pada lembah kelabu yang menyiksa diri.