Sooyoung berjalan memasuki pekarangan rumah berlantai tiga itu. Dengan langkah gontai ia menuju ruang tengah. Membuat pasangan suami istri yang tengah menikmati waktu santai mereka dengan menonton tayangan televisi itu pun menoleh. Mereka lantas bangkit dan berjalan mendekat.
"Sooyoung."
"Bu.."
Tangis Sooyoung kembali pecah dan menghambur ke dalam pelukan Min Young. Membuat wanita paruh baya itu beralih menatap sang suami dengan raut wajah bingungnya. Hae Jin menghela nafas pelan dan mendekat. Memeluk putri tiri dan istrinya itu dari belakang seraya mengusap lembut puncak kepala gadis yang masih tenggelam dalam isak tangisnya.
Sementata itu di lain tempat, suara pintu yang di buka dengan kasar membuat Yoona yang baru saja keluar dari kamar mandi pun terlonjak kaget. Mengernyitkan keningnya begitu melihat kedatangan anak bungsunya yang terlihat menahan amarah.
"Sungchan, ada apa?"
Mengabaikan pertanyaan sang ibu, lelaki jangkung itu memilih berjalan melewati Yoona hingga kini ia berada tepat di samping ranjang.
"Kakak pikir kakak terlihat keren? Mengakhiri hubungan kakak dan kak Sooyoung begitu saja dengan alasan untuk kebahagiaannya?"
"Hei.."
Yoona meraih tangan anaknya dan berusaha menariknya agar menjauh. Namun lelaki bertubuh bongsor itu menepis genggaman tangan sang ibu.
"Kakak pikir sudah melakukan hal yang benar? Tidak! Tindakan kakak sangat ceroboh dan bodoh!"
"Sungchan, jangan berbicara seperti itu dengan kakakmu. Itu tidak sopan."
"Kakak sendiri yang saat itu dengan bangganya mengatakan bahwa kakak bisa membahagiakannya. Sekarang kemana kepercayaan diri itu pergi?"
"Jung Sungchan!"
"Aku pikir kakak sangat mencintainya. Lalu mengapa kau bertindak seperti pengecut?"
PLAKK
Sebuah tamparan keras melayang tepat di pipi kanan pria itu. Menghasilkan warna kemerahan di wajahnya.
"Sudah cukup. Ibu tak bisa membiarkan kau berkata lebih buruk lagi dari ini. Apa kau tak melihat bahwa kakakmu juga menderita? Ini bukan keputusan yang mudah baginya."
Ujar wanita paruh baya itu dengan sepasang matanya yang memerah. Sunchan mengalihkan pandangannya menatap Jaehyun yang tampak berusaha menahan tangisnya. Lelaki itu tersenyum miring dan menghela nafas pelan.
"Menderita.. Jika ia memang menderita, mengapa ia harus membuat pilihan itu?"
"Jung Sungchan, apa tamparan ibu belum cukup?"
"Karena keputusan bodoh yang kak Jaehyun buat, kak Sooyoung hampir mengakhiri hidupnya."
Kalimat yang lelaki jangkung itu lontarkan membuat Yoona terperangah. Sama halnya dengan Jaehyun yang kembali membuka matanya dan menatap Sungchan tak percaya.
"Jika saja aku tak mengikutinya, jika saja aku tak ada disana saat itu. Kakak akan menyesali keputusan kakak seumur hidup."
Lelaki itu menjeda sejenak kalimatnya. Menarik nafas panjang sebelum ia kembali berucap.
"Aku pikir kakak adalah orang yang paling mengerti. Bagaimana hancurnya kak Sooyoung saat ini."
Ucapnya sebelum bergegas meninggalkan Yoona yang larut dalam pikirannya serta Jaehyun yang kembali menumpahkan tangis dalam diamnya.
-
Hae Jin membuka perlahan pintu ruangan yang merupakan kamar Sooyoung dahulunya. Mempersilahkan putri semata wayangnya itu untuk masuk.
"Semuanya tetap sama."
Ujar Sooyoung seraya mengedarkan pandangan. Pria paruh baya itu pun tersenyum simpul dan mengusap pelan puncak kepala anaknya.
"Ibumu selalu memerintahkan para pelayan untuk membersihkan kamarmu. Jadi tentu saja tempat ini masih tertata rapi."
Sahutnya dan membawa masuk koper milik Sooyoung kemudian meletakkannya di dekat lemari.
"Ayah akan meminta bibi Choi untuk membantu membereskan barang-barangmu."
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Tak banyak yang aku bawa."
"Baiklah. Panggil ayah dan ibu jika kau butuh sesuatu."
Ujar Hae Jin sebelum berjalan keluar dari ruangan. Terdengar helaan nafas pelan milik Sooyoung sebelum gadis itu kembali melangkah. Menarik dan membuka gorden kamar yang memperlihatkan langsung suasana taman luas rumahnya.
Sooyoung berbalik dan berjalan menuju ranjang. Duduk di salah satu sisi dan pandangannya beralih pada bingkai foto yang terletak di atas nakas. Seketika tenggorokannya terasa tercekat. Itu adalah foto dirinya dan Jaehyun yang mereka ambil saat perayaan seratus hari hubungan keduanya.
Dengan tangan bergetar, Sooyoung meraih bingkai tersebut. Memandangnya cukup lama dengan sepasang matanya yang memanas.
"Jaehyun.."
Tangisnya kembali pecah. Ia meletakkan bingkai itu di depan dada dan mendekapnya begitu erat. Pertama kali dalam hidupnya, Sooyoung merasa benar-benar hancur hingga ia tak yakin apakah hidupnya akan membaik seiring berjalannya waktu.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
A Drop of Tears [END]
Fanfiction{FANFICTION} Pada sang waktu yang melebur dalam kelamnya sunyi. Saat keadaan memaksa untuk sebuah ketenangan hati. Dalam buliran bening yang mengalir di tiap kata yang telah terpatri. Kita jatuh sekali lagi. Pada lembah kelabu yang menyiksa diri.