Dengan telaten, Sooyoung mengelap wajah Jaehyun menggunakan sapu tangan. Membantu mencukur rambut halus yang tumbuh di dagu kekasihnya. Sementara Jaehyun, sedari tadi ia lebih memilih memejamkan matanya walau semua orang tau jika pria itu tidak sedang tidur.
Semenjak menyadari ada yang salah dengan tubuhnya, tampak jelas gurat kemarahan dari tatapan pria itu. Emosinya yang meledak-meledak walau ia tak bisa menggambarkannya dengan tindakan. Tentu hal itu sangat disadari oleh Sooyoung. Ia yang mendampinginya selama berjam-jam tanpa tertidur sedikit pun karena prianya itu menghabiskan malam dengan mengumpat dalam hati.
Setelah melakukan pekerjaannya, Sooyoung kembali terduduk di samping ranjang. Meraih jemari Jaehyun dan membantunya memotong kuku lelakinya yang sudah memanjang.
"Jaehyun, apakah aku sudah pernah mengatakan ini padamu?"
Suara lembut Sooyoung yang memasuki indera pendengarannya membuat Jaehyun perlahan membuka mata. Ia melirik sang kekasih melalui ekor matanya. Gadis itu tengah tersenyum sembari melanjutkan kegiatannya.
"Telapak tanganmu sangat besar. Kuku-kuku jarimu sangat lentik. Aku menyukainya."
Gadis itu menjeda sejenak kegiatannya dan mengangkat wajahnya menatap Jaehyun.
"Kau selalu menggenggam tanganku lebih dulu. Dengan telapak tanganmu yang besar dan juga kokoh. Telapak tanganmu yang hangat dan melindungiku dari apapun. Perlakuan sederhana darimu yang selalu aku sukai."
Mendengar ucapan Sooyoung, sepasang mata pria itu mulai berair. Bersamaan dengan buliran bening yang siap terjatuh dari pelupuk matanya. Sooyoung menggerakkan tangannya. Memijat lembut kening pria itu yang berkerut. Jaehyun memejamkan mata dan terisak walau dengan isakannya yang nyaris tak terlihat.
"Sekarang, biarkan aku yang menggenggam tanganmu lebih dulu. Ijinkan aku bertukar peran denganmu untuk sementara. Hanya sementara, hingga semuanya kembali seperti semula. Aku akan melindungimu dari apapun yang dapat membuatmu terluka. Karena cinta adalah suatu hal tentang menerima dan memberi bukan? Maka biarkan aku yang memberi untuk kali ini."
Perlahan Jaehyun kembali membuka mata. Hanya untuk mendapati Sooyoung yang kini berada tepat di hadapannya dan memberi tatapan yang meneduhkan. Ia mengusap ujung mata sang kekasih, menghapus buliran bening yang membasahi wajah tampan prianya.
"Jaehyun, ayo kita melewati ini bersama. Aku akan membantumu. Kau akan sembuh dan saat itu kita akan menikah. Memiliki banyak anak seperti keinginanmu. Aku akan berhenti dari pekerjaanku dan mengabdikan hidupku menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anak kita nanti."
Sepasang mata pria itu kembali berair. Sooyoung tau jika kekasihnya merasa terharu mendengar ucapannya. Mungkin ini terdengar sedikit berlebihan. Namun Jaehyun akan menangis tiap kali Sooyoung mengucapkan kalimat manis seperti yang baru saja terjadi. Karena baginya, momen seperti ini adalah hal yang jarang sekali ia dapatkan. Gadisnya itu terlalu kaku dan enggan untuk mengungkapkan rasa cintanya secara berlebihan.
Sooyoung meraih sebuah benda dari dalam saku cardigan yang ia kenakan. Memperlihatkannya pada Jaehyun dengan senyum yang mengembang. Perlahan ia membuka kotak tersebut dan memperlihatkan sepasang cincin pernikahan mereka.
"Lihat? Cincinnya di desain dengan cantik. Sesuai dengan permintaanmu."
Ucap gadis itu seraya mengenakan cincin miliknya di jari manis dan kembali memperlihatkannya pada Jaehyun.
"Cantik kan?"
Pamernya sementara Jaehyun hanya menanggapi dengan memejamkan matanya sejenak. Sooyoung kembali tersenyum dan meraih jemari Jaehyun kemudian memasangkan cincin milik pria itu. Mengangkat tangannya dan memperlihatkan kedua jari manis mereka yang mengenakan cincin pernikahan.
"Dengan ini, kita sudah resmi menikah. Aku tak bisa menunggu empat hari lagi. Itu terlalu lama."
Jaehyun memandangnya tak suka. Ia tau jika pria itu ingin protes walau ia tak bisa. Karena baginya, pernikahan tak bisa dikatakan sebagai pernikahan jika tak ada ikrar janji suci. Sooyoung tersenyum menggoda sembari mendekatkan wajahnya.
"Kenapa? Kau tak suka? Tak perlu ada pengucapan janji suci. Yang terpenting kita saling mencintai. Bukankah itu sudah cukup?"
Sooyoung tersenyum dan melayangkan kecupan singkat di kening lelakinya. Perlahan senyum lebarnya memudar berganti dengan senyuman tipis.
"Aku sudah menghubungi semua pihak untuk membatalkan acara kita."
Sooyoung menjeda sejenak kalimatnya namun tak lama gadis itu menggeleng cepat sembari mengecup cukup lama punggung tangan Jaehyun.
"Kita bisa melakukannya lagi nanti. Sejujurnya aku tak terlalu suka perayaan yang megah. Nanti, ayo kita rayakan dengan lebih sederhana. Hanya mengundang teman dan kerabat dekat. Bagaimana? Kau setuju kan?"
Ucapnya lagi yang hanya Jaehyun balas dengan memejamkan mata setelah tak merespon untuk beberapa saat. Gadis itu kembali tersenyum dan memeluk tubuh sang kekasih sembari berbisik.
"Aku mencintaimu Jung Jaehyun. Selamanya akan begitu."
~~~
Siders, panuan (͡° ͜ʖ ͡°)
Agak serius agak becanda sayang
( ˘ ³˘)❤
KAMU SEDANG MEMBACA
A Drop of Tears [END]
Fanfiction{FANFICTION} Pada sang waktu yang melebur dalam kelamnya sunyi. Saat keadaan memaksa untuk sebuah ketenangan hati. Dalam buliran bening yang mengalir di tiap kata yang telah terpatri. Kita jatuh sekali lagi. Pada lembah kelabu yang menyiksa diri.