[N-4] Sahabat seperti apa?

1K 149 7
                                    

Nara melihat jam di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nara melihat jam di tangannya. Sudah jam 7 lewat 15, artinya ia sudah terlambat. Untung saja, hari ini adalah jadwal Fazri. Jadi... Nara tidak perlu menghabiskan waktu untuk bertengkar dengan Millo, sih kembaran Nillo yang songong itu.

Mengingat sudah seminggu sejak Nara menginap di rumah Nillo malam itu. Hari ini adalah hari ke enam, Nara berusaha menjaga jarak dengan Nillo. Terakhir kali percakapan mereka adalah saat Nillo mengantarkannya pulang, dan disitulah Nara mengucapkan, 'Terimakasih.'

Nara malu, dan minder. Nara rasa ia terlalu banyak mengambil kesempatan atas kepolosan Nillo.

Nillo terlalu baik, untuk berteman dengannya yang serba buruk.

"Nara!" Nara hanya nyengir saat namanya di panggil dengan lantang oleh Fazri, wakil ketua Osis Cendana.

Cukup bersyukur Nara panjatkan setiap Millo ikut lomba, karena dengan begitu Nara bisa mendapatkan hukuman yang lebih ringan. Fazri adalah orang yang paling gampang Nara kibulin.

Fazri berdehem saat melihat Nara yang tersenyum dengan menampilkan deretan giginya. Dan, apa itu? Gigi kelincinya begitu imut.

"Ngapain lo cengengesan gitu?" Kata Fazri setelahnya.

Nara menggeleng. Haduh, hari ini hanya dia sendiri yang terlambat sepertinya. Mungkin bareng geng badboy dari kelas Nillo yaitu, Dion dan dua temannya. Tapi pasti geng yang berisi tiga orang itu lolos, karena kemampuan masuk dan bolos mereka yang sesuka hati.

"Ayo, ikut gue! Halaman belakang masih belum di sapu sama petugas kebersihan karena beliau buru-buru izin anaknya masuk rumah sakit. Berhubung lo terlambat, jadi lo peringan deh tugas Bapak itu. Itung-itung beramal, dan lo dapat pahala." Nara memutar bola mata malas. Fazri dengan kebiasaan ceramahnya.

Lagian, halaman belakang, Serius!? Bentangan halaman yang sangat lebar itu harus Nara sendirian?

Nara langsung melancarkan aksinya, menatap Fazri dengan pandangan memelas meminta di kasihani.

"Gue bantu." Ujar Fazri akhirnya.

Nara ber 'Yes' Ria sembari bertepuk tangan.

"Makasih A'a Fazri." Berhubung Fazri orang Sunda, Nara panggil begitu saja.

Di halaman belakang, Nara sudah memegang sapunya dan memulai pekerjaannya. Begitu juga dengan Fazri, ia harus merelakan waktu berharganya demi teman sekelasnya yang luar biasa membuatnya takjub.

Mereka tidak masuk ke kelas sampai jam istirahat pertama. Tentu saja itu membuat Nara senang.

"Nih."

Nara menangkap sebotol air dingin dari Fazri.

"Makasih A'a."

Fazri tersenyum simpul. Sih Waketos lebih ramah, daripada Ketosnya.

"Nar, tangan lo kenapa? Kok kaya ada luka tersulut api gitu?" Tanya Fazri dengan herannya.

NILLO [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang