[N-9] Gue cantik?

799 109 2
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Lo sama Alga, ya!" Tunjuk sih ketua kelas IPS- lima, Jordi.

"Serah lu!" Jawab Nara pasrah.

Mau di tolak bagaimana pun, Teman-temannya akan tetap memaksa.

"Kaya ga ikhlas banget sih jawaban lo, bukannya gue jelek-jelek banget." Kata Alga kesal. Sih ketua basket yang sialnya cowok tenar kesayangan teman sekelas mereka.

"Lagian, lo gak pernah berpartisipasi dari kelas sepuluh. Apa salahnya coba." Sambung Lea, sih Bendahara kelas.

"Iya njirr, gue mau." Jawab Nara kesal.

Setelah bicara, gadis itu menidurkan kepalanya di meja sembari menatap kearah tiang bendera di luar sana.

"Okghey. Nanti Kita deh yang nyiapin semuanya, lo tinggal terima aja." Jawab Lea kesenangan.

Akhirnya, tugas mereka rampung. Jadi kelas mereka tidak akan mendapat denda lagi jika tidak mengikuti salah satu perlombaan.

Bel istirahat berbunyi, Nara pun langsung ngacir keluar kelas. Ia sudah janjian dengan Nillo untuk makan bersama di Taman belakang sekolah.

"Kenapa cemberut?" Tanya Nillo sembari membukakan kotak bekal untuk Nara. Khusus buatan Nillo.

Nara yang sejak tadi mengerucutkan bibirnya, kini menatap Nillo seakan sudah siap untuk mengadu.

1, 2---

"Gue di suruh pasangan sama Alga untuk lomba Prince dan Princess antar kelas nanti."

"Terus masalahnya?"

"Gue males repot Nillo... Lagian tuh Alga sering mepetin gue."

"Maksudnya?" Kini Nillo menatap Nara.

"Dia kan udah nembak gue dua kali, udah di tolak juga tapi mepet terus. Kesel gue, ngapa mesti dia coba pasangannya, mending sama Fazri aja kemana-mana." Gerutu Nara sembari mengambil kotak bekal untuknya. Sayangnya, Fazri adalah panitia, dan panitia dilarang ikut perlombaan.

Beberapa detik berlalu, Nillo menatap Nara dalam entah berartikan apa. Ada perasaan panas di hatinya, apalagi di tambah Nara menyebut nama Fazri yang katanya lebih mending, makin panas saja rasanya.

"Kamu udah nerima tawarannya?"

Nara mengangguk lesu. "Gue gak ada pilihan lain."

Detik itu juga, Nillo meremas sendok di genggamannya erat.

"Makan dulu, Nar." Masih dengan nada lembut seperti biasanya, tapi kali ini jelas ada sedikit perbedaan. Kelihatan seperti ada unsur kekesalan disana.

Akhirnya, mereka makan dengan saling diam. Tapi tangan Nillo tak pernah absen untuk membagi potongan ayam buatannya untuk Nara.

NILLO [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang