[N-18] Confess

870 114 10
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Beberapa menit berlalu sesuai dengan alarm yang di atur dari ponsel setiap waktunya. Setiap deringan alarm itu lah Nara terbangun dan memeras air kompresan baru untuk Nillo. Sementara Nillo sendiri masih tidur dengan tak nyenyak.

Tak sedikit Nillo bangun untuk sekedar merengek memanggil Bundanya, mengeluh pusing, dan yang paling mengejutkan melirihkan nama Nara beberapa kali.

Nara bingung, haruskah ia menghubungi keluarga Nillo agar menjemput anak ini? Tapi... Nara takut kalau keluarga Nillo memandang Nara buruk karena sudah lancang menginap di Apartemen milik anak mereka.

Setelah selesai meletakkan handuk kompres yang baru, Nara merapikan selimut yang menutupi tubuh Nillo. Tangannya mengusap pipi Nillo lembut seraya menjatuhkan kepalanya di dada cowok itu. Bukan mencari kesempatan, Nara sedang merenungkan kesalahannya pada cowok ini.

Baru saja Nara ingin melanjutkan tidurnya kembali, suara bel mengacaukannya. Ketika melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul 12 malam, Nara terheran siapa yang bertamu di Apartemen Nillo semalam ini.

Nara hendak berdiri untuk membukakan pintu, tapi sebuah suara menghentikan pergerakannya.

"Ngapain lo disini?"

Nara membeku saat melihat Millo berdiri menjulang tinggi di hadapannya seraya menatap tajam Nara.

"Eungg... Gue---"

Belum sempat Nara berbicara, tubuhnya sedikit tergeser karena terdorong oleh Millo. "Nillo kenapa?" Tanya Millo sembari berjongkok menghadap kembarannya.

"Dia demam, jadi gak bisa pulang." Kata Nara.

Nara memperhatikan Millo yang menghela nafas, lalu menatap kembarannya. Hingga akhirnya tatapan itu berubah tajam saat menatap Nara.

"Lo kok bisa ada disini?" Tanya Millo mengintimidasi.

"Gu--uue..."

"Nar, lo serius sama dia? Kalo cuma mau main-main tolong jangan. Kembaran gue gak kaya cowok lain, Nar."

Nara terkejut Tiba-tiba saja Millo berbicara seperti itu.

"Mill, lo gak perlu tahu perasaan gue sebelum kembaran lo paham semuanya. Gak guna juga gue bacot sana-sini tentang perasaan gue, kalo orang yang bersangkutan aja gak peka." Jawab Nara kesal.

Entah mengapa ia selalu emosi jika Orang-orang menanyakan keseriusannya pada Nillo.

Sekarang Nara berpikir, percuma saja ia berbicara panjang lebar pada orang kalo Nillo saja belum paham. Nara ingin Nillo paham dahulu, hingga ia tak merasa terpojokkan nantinya.

"Dia masih polos. Gue takut lo bawa pengaruh buruk ke dia." Ucapan jujur Millo membuat hati Nara sakit.

Gadis itu tertawa sinis. "Lo sepemikiran dengan semua orang yang melihat gue dan Nillo." Nara memalingkan muka saat matanya terasa panas dan berkaca.

NILLO [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang