Episode 18

1K 41 0
                                    


*****

Saat ini Rayn dan Kelvin yang tinggal dalam ruang rawat, sementara sudah kembali pulang bersama dengan Difo.

"Kelvin!" panggil Rayn yang tampak serius.

"Iya kak?" jawab Kelvin mengalihkan tatapannya kepada Rayn, hingga membuat dua insan itu saling bertatapan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Aku ingat pas kau gedong aku, kau baik-baik saja. Eh, ternyata kau malah koma dua minggu." Rayn penasaran dengan yang terjadi dua minggu lalu.

"Saat kakak pergi menyelamatkan Ratu. Aku berusaha menghentikan Yondri. Namun, ternyata Yondri lebih hebat dari yang aku kira. Tiba-tiba aku dengar suara Ratu minta tolong. Aku pikir kakak dalam masalah. Akhirnya aku lepaskan Yondri dari genggamanku, yang sedikit lagi aku bisa membunuhnya!" jawab Kelvin sembari menggegam erat tangannya.

"Maafkan aku!" ucap Rayn sedikit merasa bersalah sembari menyentuh tangan Kelvin.

"Tidak masalah, kak. Aku masih punya kesempatan untuk membunuhnya," jawab Kelvin tersemyum.

"Sayangnya  Yondri dan keluarganya sudah pergi. Aku juga tidak tau keberadaan mereka ada dimana. Hah ..., padahal aku memiliki banyak pertanyaan padanya," ucap Rayn yang tampak kecewa.

"Jangan terlalu kecewa, suatu hari kita bakal bertemu dengannya. Sampai kapan dia bisa bersembunyi dari kita," jawab Kelvin tersemyum.

"Cepatlah sembuh kalau begitu.  Kita cari dia bersama-sama," ucap Rayn sembari mengarahkan sebuah kempalan tangan ke hadapan Kelvin.

"Ya," jawab Kelvin tersemyum sembari membalas kempalan itu, hingga membuat tangan mereka saling beradu.

Semenjak hari itu, Ratu tidak pernah lagi di ganggu oleh teman-teman sekolahnya. Ratu kembali menjalani hari-harinya seperti anak-anak lain. Meskipun begitu, Ratu masih belum memiliki seorang teman. Awalnya Ratu begitu senang, ketika bisa berteman dengan Keyla. Namun, akhirnya Ratu tau. Jika Keyla meminta maaf tidak tulus dari hati, dia baik kepada Ratu, hanya untuk menjebak Ratu masuk ke dalam perangkap. Semenjak hari itu juga, Ratu lebih memilih untuk tidak mempercayai siapapun. Bagi Ratu, keluarganya saat ini sudah cukup membuat hari-harinya bahagia.

*****

Rayn sedang berada di kantornya saat ini, sesekali Rayn mengalihkan pandangannya dari layar laptop, kepada Ratu yang sedang sibuk belajar di sebuah meja, yang sudah khusus dibuatkan Rayn untuk Ratu. Rayn pun memgambil laptonya, lalu berjalan menghampiri Ratu yang tepat berada di depan mejanya. Rayn sengaja membuat meja belajar Ratu di depan meja Rayn, agar Rayn dapat memadangi Ratu selalu.

"Sibuk amat," ucap Rayn duduk di samping Ratu.

"Jangan ganggu Ratu belajar. Ratu harus dapat peringkat satu saat ujian kelulusan nanti," jawab Ratu yang tampa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Siapa juga yang mau ganggu. Kakak juga lagi sibuk," ujar Rayn sembari membuka layar laptopnya. Tak ada yang berbicara setelah itu, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Tok ... tok ... tok!
Seseorang mengetuk pintu dari luar.
 
"Masuk!" ucap Rayn.

Ceklek!

Difo pun membuka pintu dan berjalan ke arah Rayn dan Ratu dengan membawa sebuah dokumen di tangannya, Difo saat ini bekerja sebagai Serektaris Rayn sekaligus supir pribadi. Semenjak kejadian Syela, Rayn tidak lagi mempercayai siapapun. Lagipun Difo sudah seperti adiknya sendiri, tidak mungkin Difo mengkhianati Rayn seperti yang dilakukan Syela. Kalau tidak ingin nasibnya sama seperti Syela, mati tampa jejak.

Setelah selesai menandangi tangan dokumen itu, Rayn kembali memberikan kepada Difo. Saat itu juga Difo memberikan sebuah kotak kecil, yang bisa Author pastikan kalau itu adalah kotak cincin.

Saat Difo sudah pergi, tiba-tiba hidung Ratu mengeluarkan darah, karna terlalu keras belajar.

"Tu hidung kenapa disumbat?" tanya Rayn yang heran saat melihat Ratu menyubat hidungnya pakai tisu.

"Biasa mimisan kak," jawab Ratu sedikit mendongakkan kepalanya.

"Kenapa sayang ingin dapat peringkat satu?" tanya Rayn yang khawatir dengan keadaan Ratu.

"Ratu pernah berjanji pada ayah,  jika lulus nanti, Ratu harus dapat peringkat satu. Ratu harus nepati janji itu pada ayah," jawab Ratu tersenyum.

"Hah ...." Rayn menghela nafasnya sembari membelai kepala Ratu. "Jangan terlalu dipaksakan, jika tidak mampu."

"Ratu mengerti kak," jawab Ratu tersenyum seraya mengaguk pelan. Rayn menatap Ratu begitu lama, hingga membuat Ratu salting alias salah tingkah. Rayn sepertinya berniat akan mencium Ratu, tiba-tiba Kelvin datang mengganggu yang membuat Rayn gagal mencium Ratu.

"Kak!" panggil Kelvin yang sontak membuat sepasang suami istri itu kaget bukan kepalang.

"Maaf kak," jawab Kelvin yang berniat akan pergi kembali.

"Vin!" panggil Rayn dengan suara dingin.

"Mampus aku!" batin Kelvin saat akan membuka pintu, dengan terpaksa Kelvin berjalan menghampiri Rayn dengan jantung yang berpacu dengan sangat cepat.

"Tenang Kelvin!" batin Kelvin saat sudah berada di depan Rayn. Sementara Ratu berpura-pura fokus dengan bukunya, walau wajahnya sudah memerah, karna menahan malu.

"Lain kali kalau mau masuk ketuk dulu!" ketus Rayn yang begitu jengkel, namun berusaha menahannya.

"Aku sudah mengentuk pintunya," ucap Kelvin yang tampak gugup. Mendengar ucapan Kelvin, membuat Rayn kehabisan kata-kata.

"Kenapa kau ke sini?" tanya Rayn mengalihkan topik, seraya melonggarkan sedikit dasinya. Rayn saat ini benar-benar merasa gerah dan kesal kepada Kelvin, karna mengganggunnnya untuk mencium Ratu. Rayn ingin sekali menojok, memukul, menedang Kelvin.

"Aku baru saja menemukan ini," jawab Rayn sembari memberikan sebuah flesdis atau bisa disebut sebuah memori yang menyimpan berbagai data.

"Kakak periksa sendiri," tambah Kelvin setelah memberikan itu, Raynn lansung mengerutkan keningnya sembari mengambil memori itu.

"Kau boleh pergi," ucap Rayn.
Kelvin pun sedikit menudukkan kepalanya sebelum berlalu pergi meninggalkan ruangan Rayn.

"Lelahnya," ucap Ratu sembari menyadarkan punggungnya ke kursi.

"Bagaimana kita pulang aja?" ajak Rayn.

"Emang perkerjaan kakak sudah selesai?" tanya Ratu.

"Kakak ini kan Bos. Jadi, kakak bisa pulang kapan saja," jawab Rayn tersemyum.

"Ohw," jawab Ratu singkat.

"Yok kita pulang, kakak udah lapar ni."

"Kakak lapar? Bagaimana kalau kita pergi makan ke tempat Ratu dan Ayah biasa makan?" tanya Ratu yang langsung semangat dengar kata makanan.

"Ok," jawab Rayn tersemyum sembari menutup laptopnya, lalu mengambil jasnya yang tergantung. Sedangkan Ratu langsung memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, lalu berjalan mengikuti Rayn dengan menyadang tasnya di belakang.

"Difo, kau bisa pulang lebih awal. Aku dan Ratu mau pergi dulu," ucap Rayn kepada Difo.

"Baik pak," jawab Difo menudukkan kepalanya. Jika di kantor, Difo harus memanggil Rayn dengan sebutan, Bapak. Jika di luar kantor, Difo memanggil Rayn dengan sebutan, Kakak.

Bersambung...

My Husband Is A Boss MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang