Episode 22

1K 38 0
                                    

_
_
_

"Kakak ...!" Teriak Ratu dari dalam kamar mandi, saat tidak menemukan handuk. Rayn yang mendengar teriakkan itu, sontak membuatnya terbangun dari tidurnya. Dengan sedikit terhuyung-huyung, Rayn berjalan menuju kamar mandi.

"Ada apa sayang?" tanya Rayn dengan suara melek, sembari mengetuk pintu.

"Handuknya mana? Kok gak ada!" jawab Ratu dengan suara yang cukup keras.

"Bentar, kakak ambilin dulu," jawab Rayn sembari mengambil handuk yang ada di meja dekat  pintu kamar mandi.

"Ini handuknya," ucap Rayn sembari mengetuk kembali pintu.

"Ulurkan saja handuknya," jawab Ratu seraya membuka sedikit pintu. Rayn pun mengulurkan tangannya ke dalam, sesuai dengan perintah Ratu, dan Ratu pun mengambil handuk yang ada di tangan Rayn. Beberapa menit kemudian, Ratu keluar dengan handuk yang melingkar di dadanya.

"Kakak sengaja ya! Ngasih handuk kek gini sama Ratu?" tanya Ratu yang tidak nyaman memakai handuk seperti itu.

"Emang kenapa?" tanya Rayn. "Lagipun sayang cantik kek gitu," tambah Rayn yang semakin membuat Ratu jengkel. Ratu pun memanyunkan bibirnya, sembari menatap Rayn dengan tatapan marah.

"Kakak mau mandi dulu," ucap Rayn bangun dari kasur, lalu berjalan menghampiri Ratu dan mencium puncak kening Ratu, sembelum masuk ke dalam kamar mandi.

"Dasar otak mesum!" ujar Ratu menatap Rayn dengan tatapan sinis.

Setelah selesai mengganti baju dengan baju kemeja putih yang sedikit kebesaran, dan celana levis pendek. Ratu pun mengeluarkan barang-barangnya di koper, tiba-tiba Ratu merasa ada air yang menitik di lehernya. Ratu memegang lehernya, lalu sedikit mendongakkan kepalanya dan melihat Rayn yang sudah selesai mandi.

"Kak Ray," ucap Ratu yang lansung berdiri dan sedikit berjalan mundur. Saat Rayn berjalan menghampirinya, hingga membuat Ratu terpojok ke dinding. Rayn pun meletakkan sebelah tangannya ke dinding, Ratu pun berniat akan kabur. Dengan sigap Rayn mengunci pergerakan Ratu, yang membuat Ratu tidak bisa bergerak. Ratu memanyunkan bibirnya, saat Rayn mengunci pergerakannya. Ratu pun memejamkan kedua matanya, saat Rayn akan berniat mencium Ratu.

Tok ... tok ... tok!

Rayn menghela nafasnya sedikit kasar, saat lagi-lagi Rayn gagal mencium Ratu.

"Siapa?" tanya Rayn dengan suara dingin.

"Saya tuan. Sarapan sudah siap," ucap Dilla gugup.

"Sebentar lagi saya akan turun," jawab Rayn dengan suara yang tetap dingin.

"Iya tuan," jawab Dilla seraya pergi dari hadapan pintu kamar Rayn.

"Siapa sih wanita itu?" ketus Dilla seraya berjalan turun tangga. Sementara Ratu tersenyum kecil, saat Rayn menatap wajah Ratu.

Cup!

Dengan sigap Rayn mencium bibir Ratu, dan lansung melum*tnya. Kali ini tidak boleh gagal lagi mencium Ratu, itulah yang ada dalam pikiran Rayn. Ratu hanya bisa pasrah, dari pada melihat kemarahan Rayn, walau sebenarnya dia juga menikmati ciuman itu.

*****

Sementara itu Kelvin dan Difo baru saja kembali dari luar, dengan pakaian yang sudah rapi. Sedangkan Rayn dan Ratu baru saja turun dari tangga. Sesekali Rayn tersenyum seraya menatap wajah istrinya yang tampak malu, Ratu hanya menusukkan kepalanya sembari mengikuti Rayn dari belakang.

"Kalian dari mana?" tanya Rayn heran. Saat melihat Difo dan Kelvin, yang sudah rapi pagi-pagi.

"Kita dari makam ayah dan ibu, kak," jawab Kelvin tersenyum.

"Kenapa kalian tidak mengajakku?" tanya Rayn yang tampak kecewa.

"Apa perlu ku jawab?" jawab Kelvin yang balik bertanya, seraya menatap Ratu.

"Tidak usah," jawab Rayn yang sudah paham maksud Kelvin.

"Ayo kita sarapan bareng? Habis ini kalian boleh pergi kemana saja," ajak Rayn seraya merangkul bahu Ratu dan berjalan mendahului Difo dan Kelvin.

"Enak ya kalau punya istri," ucap Difo yang tampak iri dengan Rayn.

"Makannya dicari. Jangan cuma nulis Novel aja!" jawab Kelvin sembari berjalan mendahului Difo.

"Idih, kayak kamu aja yang udah punya pacar!" ketus Difo sembari berjalan mengikuti Kelvin.

Sementara itu, Dilla yang berada di dapur, menatap sinis ke arah Ratu. Saat Rayn yang begitu romantis menyuapi Ratu makanan di meja makanan, Dilla saat ini benar-benar termakan api cemburu. Dan berniat akan memberi pelajaran pada gadis yang sudah sah menjadi istrinya, Rayn.

"Yang jomblo nyimak," ucap Kelvin tiba-tiba, yang membuat Difo jadi keselek makanan.

"Uhuk ... uhuk!" Difo langsung meminum air yang ada di depannya, hingga habis tak bersisa.

"Maksud dari perkataanmu tadi, apa?" tanya Difo setelah selesai meminum air. "Kau nyindir aku? Emangnya kau punya pacar gitu?" gerutu Difo yang tiada henti seraya menatap tajam ke arah Kelvin.

"Kau bisa diam gak? Ini meja makan!" bentak Kelvin seraya menyubat mulut Difo dengan roti.

Ratu dan Rayn hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, saat melihat kelakuan adik-kakak ini, yang kayak Tom dan Jerry,  yang tidak pernah akur saat bersama. Namun, jika berpisah mereka akan saling merindukan satu sama lain.

Tak sampai di situ mereka berdebat, saat Kelvin akan pergi. Difo pun merengek untuk ikut dengan Kelvin, sebaliknya Kelvin malah menyuruh Difo untuk pergi sendiri.

"Aku ikut denganmu!"

"Kau kan sudah dewasa. Masak iya ikut aku terus!" jawab Kelvin yang tidak ingin membawa Difo.

"Kelvin!" rengek Difo dengan memasang tampang imutnya.

"Baiklah-baiklah. Asalkan, jangan susahin aku," jawab Kelvin yang akhirnya mengalah juga. Kelemahan Kelvin adalah, ketika dia tidak bisa melihat ekspresi wajah imutnya Difo.

"Nah gitu dong,"  ucap Difo senang seraya merangkul bahu Kelvin.

"Jadi iri aku tengoknya," ucap Ratu tiba-tiba, yang sontak membuat Rayn mengalihkan pandangannya ke arah Ratu.

"Iri kenapa?" tanya Rayn.

"Iri tengok kak Difo yang punya kakak sebaik kak Kelvin," jawab Ratu yang tampak sedih.

"Udah, gak usah iri," jawab Rayn seraya mengacak-acak rambut Ratu.

"Kak, besok kalau kita buat anak. Kita bikin tiga ya kak. Satu perempuan, dua laki-laki," ucap Ratu yang sontak membuat Rayn kaget. Rayn belum kepikiran soal anak, sebaliknya Ratu sudah berfikir untuk memiliki anak tiga.

"Iya-iya," jawab Rayn mengaguk pelan.

****

Bersambung...

My Husband Is A Boss MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang