P R O L O G U E

1.9K 194 50
                                    

***

Penyesalan.

Itulah kata yang menggambarkan suasana hati Miyeon saat ini.

Perjalanan yang ia habiskan selama delapan jam menuju Jakarta, hanya ia habiskan dengan menangis dan menangis.

Sebuah panggilan yang tidak terduga saat Miyeon baru saja menyelesaikan presentasi di depan kolega-kolega asing itu, sukses membuat Miyeon mati rasa. Tubuhnya seperti tidak memiliki tumpuan lagi saat mendengar sesuatu dari bibir sang penelpon.

"Heejin sakit. Dia koma sejak dua minggu lalu,"

Setelah itu, tidak ada alasan lagi untuk Miyeon tetap berada di sini. Persetan dengan pekerjaannya! Dia harus kembali menemui putrinya dan harus melihat putrinya itu kembali membuka mata.

"Heejin ...,"

Hanya itu lirihan kecil yang keluar dari bibir tipisnya. Datang dengan keadaan kacau, semakin kacau ketika melihat seorang remaja usia tujuh belas tahun itu tengah berbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Semua alat bantu jantung dengan setia menemani gadis itu, yang mengeluarkan irama lemah sesuai kondisi jantungnya.

Miyeon masih berada diposisinya. Mencoba menyangkal bahwa yang dilihatnya saat ini hanyalah khayalan atau bahkan gadis di depan itu bukan putrinya. Miyeon masih berharap, sementara harapan itu harus pupus ketika sebuah suara muncul dari belakang.

"Aku menemukan Heejin pingsan di kamarnya dua minggu lalu. Tanpa tau penyebabnya apa,"

Miyeon masih mendengar suara parau milik mantan suaminya tanpa berniat berbalik untuk sekedar menatapnya.

"Kata dokter, Heejin mengalami trauma berat. Cedera kepala yang dialaminya, membuat dia tidak sadarkan diri seperti ini."

Kedua tangan Miyeon mengepal dengan menarik nafas dalam. Usai mendengar penjelasan mantan suaminya, kini Miyeon menyadari suatu hal terkait penyebab Heejin seperti ini.

"Pernah kamu bertanya pada Heejin tentang kondisinya?"

Jaehyun melirik Miyeon dengan penuh tanya. Wanita itu masih kokoh untuk tidak menatapnya.

"Selama lima tahun kamu menjaga Heejin, perna kamu mau memberi perhatian untuk dia?"

Perlahan rahang Jaehyung mengeras karena merasa Miyeon mulai menuduhnya seakan ialah penyebab semua ini.

"Jangan buat kita bertengkar lagi di depan Heejin, Miyeon!" Pria itu dengan paksa membalikan wanita itu untuk menghadap dirinya. Menatap matanya penuh emosi.

"Seharusnya sejak dulu aku tetap berusaha agar Heejin tetap bersamaku. Aku menyesal membiarkan kamu menjaga dia, yang nyatanya enggak sama sekali kamu jaga!" tuduhan itu secara terang-terangan membuat mata Jaehyun semakin berkilat tajam.

"Jaga ucapan kamu!" sengitnya dengan suara tertahan. "Jika bukan kamu yang memulainya lebih dulu, Heejin enggak akan terpuruk seperti ini."

Jaehyun mendenguskan nafas kesal, "Dia selalu menunggu kamu untuk pulang. Selalu menunggu kamu mengangkat panggilannya. Dan lihat sendiri? Bagaimana respon kamu? Kamu hanya mengabaikan anakmu sendiri dan lebih mementingakan pekerjaan bodoh itu!" tandas Jaehyun penuh penekakan.

"Kamu memang enggak pernah berubah. Selalu mementingkan keegoisanmu daripada putrimu sendiri." Sambung Jaehyun dibalas dengan decihan sinis Miyeon.

"Berkacalah Jaehyun. Kau pikir dengan membawa masa lalu, aku bisa berhenti menyalahkanmu? Kau tetap bersalah akan hal ini."

"Kau memang egois, Miyeon!"

Pertengkaran hebat itu semakin menjadi jika tidak suara pintu menginterupsi mereka. Seseorang berpenampilan menawan namun terlihat lelah, menjadi perhatian keduanya. Miyeon masih memasang wajah dinginnya, saat istri Jaehyun itu mendekat ke arah mereka.

"Bisa untuk tidak bertengkar di hadapan anak kalian?" pintanya dengan dingin.

Jiho hanya menatap Jaehyun sebentar sebelum pandangannya beralih pada Miyeon yang tidak sudi untuk membalas tatapannya.

"Miyeon aku bersyukur kamu datang ke mari," katanya dengan datar. "Di kondisinya seperti ini, Heejin sangat butuh kehadiran kamu. Selama ini dia mengalami masa sulit yang aku dan Jaehyun tidak mengerti. Heejin hanya ingin perhatian dari kamu, dan seharusnya kamu datang lebih awal sebelum ini terjadi."

Miyeon menahan segala emosinya yang terpendam sementara Jiho menyipitkan mata dengan tajam.

"Benar kata Jaehyun, kamu egois. Kamu egois untuk memilih diri kamu sendiri dari pada anak kamu."

"Jiho—" Jaehyun menahan istrinya untuk tidak melanjutkan ucapannya.

"Kamu penyebab anak kamu seperti ini, Miyeon."

***

Coming soon!

Hi, Bye! Mama  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang