07 || Merindukanmu

170 27 8
                                    

“Karena aku percaya, kamu tidak akan tiba-tiba berubah jika tidak ada sebabnya. Karena pasti ada sesuatu yang membuatmu seperti ini, entah karena aku atau dia.”

—Dari Matahari untuk Richard.

🥀

“Abang!” Syakira yang tadi duduk di samping Riri langsung berlari memeluk Richard ketika pria itu datang. Richard langsung membalas pelukan Syakira, ia khawatir terjadi sesuatu pada adik kesayangannya itu.

“Ira gak kenapa-kenapa kan? Ira baik-baik aja kan?” tanya Richard ingin memastikan. Syakira mengangguk sebagai jawaban.

“Ira kalau mau keluar bilang sama tante Shilla, jangan pergi diem-diem gini, kakak kan jadi khawatir,” ucap Richard.

Pria itu benar-benar khawatir, ia takut adik kesayangannya ini kenapa-kenapa. Ia takut terjadi hal buruk padanya.

Richard menatap Riri yang duduk di kursi rodanya, gadis itu tersenyum tipis ke arahnya.

“Tadi Ira jatuh, terus Ira nangis, saat Ira ketakutan ada Kak Riri datang nyamperin Ira,” jelas Syakira kepada Richard ketika melihat raut wajah kebingungan kakaknya itu.

Ah, Richard hampir saja lupa bahwa Riri sangat menyukai taman, gadis itu bahkan hampir setiap hari ke sini.

Syakira kini menatap Riri lalu berkata, “Terima kasih kak Riri.”

Riri tersenyum.

“Abang, bilang terima kasih,” suruh Syakira kepada Richard.

Laki-laki itu menatap Riri, suasana di antara keduanya menjadi canggung, Richard lalu berkata, “Makasih.”

“Sama-sama.”

“Kak Riri sama kak Richard kok tumben saling diem-dieman?” Syakira kebingungan melihat sikap Richard dan Riri, tidak seperti biasanya, pikirnya.

“Kata bunda, kak Richard sama kak Riri jangan sering-sering berantem, nanti bunda sedih.”

Richard dan Riri hanya tersenyum tipis mendengarnya, mereka rindu sang bunda yang selalu ada untuk mereka.

🥀

“Ghifar!” Langkah Ghifar terhenti ketika Alina memanggilnya, pria itu menengok kebelakang, menatap Alina dengan tajam.

“Kamu kok diem aja kalau ketemu aku?” tanya Alina sambil menunduk ketakutan, tatapan Ghifar begitu menyeramkan menurutnya.

“Terus gue harus ngapain?” Ghifar berjalan mendekat.

“Kenapa gak nyapa aku? Kenapa gak ngabarin aku kalau kamu mau ke sini lagi?” Alina tetap menunduk, gadis itu tak ingin Ghifar melihat dirinya yang sedang menangis.

“Lin, tolong sadar. Di antara kita udah gak ada apa-apa, anggap aja lo gak pernah kenal gue,” ucap Ghifar yang membuat Alina semakin terluka.

“Sekarang kita kembali asing.”

🥀

“Karena keadaan kita udah gak lagi sama, lupakan hubungan kita yang dulu pernah ada.”

Alina meneteskan air matanya, sepanjang langkahnya ia terus mengingat ucapan Ghifar barusan, ia menanti pria itu kembali selama satu tahun lamanya. Namun, pria itu malah seakan-akan lupa akan dirinya. Alina merasa terluka, penantiannya selama ini hanya sia-sia, hatinya hancur ketika Ghifar berkata bahwa lebih baik hubungan mereka sampai di situ saja.

Alina terus bertanya, tak bisakah ia mendapatkan kasih sayang dari orang yang dia cinta?

Kenapa selalu Riri yang menjadi saingan terberat baginya? Melihat Ghifar bersikap manis kepada gadis itu saja sudah membuat dirinya terluka.

“Ri, lo bisa gak sih ngalah walau hanya sekali?” Alina mengusap air matanya, kenapa harus selalu dirinya yang mengalah? Kenapa harus dirinya yang kalah?

Tanpa Alina sadari, seorang wanita menatapnya dari kejauhan, ia merasa sedih ketika melihat Alina terus menangis.

Matahari Untuk RichardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang