Tiga bulan berlalu, tapi hubungan Richard dan Riri belum ada kepastian, bahkan sekedar melihatnya pun Richard tidak mau, sudah berkali-kali ia mengajak pria itu berbicara tapi Richard selalu menolaknya. Kini Riri berada di koridor sekolah, tak sedikit pasang mata yang menatapnya sinis.
“Eh, lo tau gak? Katanya ibunya si Riri itu pembunuh!”
“Iya gue juga denger, katanya dia yang udah buat bundanya Richard kecelakaan.”
“Dan yang paling parahnya dia ngelakuin itu karena pengen jadi istri satu-satunya ayahnya Richard.”
Riri meneteskan air matanya, ia sudah sering mendengarnya, keadaannya kini tidak baik-baik saja. Ia hampir saja ingin menyerah.
“Seharusnya kak Raga gak nyelametin orang kayak lo, dia sampai tertabrak mobil gara-gara nyelametin lo.” Riri seketika gemetar ketika mendengar itu, satu-satunya orang yang tau betul kejadian itu hanyalah Disa—mantan pacar Raga. Riri jadi teringat kembali saat-saat bersama Raga yang selalu menjaga dirinya, yang selalu memperlakukan dirinya seperti adik kandung pria itu, karena Raga kehilangan adik kandungnya karena sebuah kecelakaan. Dan karena Raga meninggal setelah menyelamatkan dirinya, tante Fira jadi membencinya, dan berusaha untuk melukainya, seperti saat wanita itu menculiknya dan berusaha untuk membunuhnya.
“Kak Aga, Riri jadi pengen nyusul kak Aga aja,” lirihnya.
Riri berteriak memanggil Raga yang berjalan kearahnya, kini gadis itu sedang berada di taman, karena bosan sendirian ia meminta Raga—kakak angkatnya untuk menemaninya, tentu saja Raga akan menuruti permintaan adiknya itu.
“Kak Aga! Riri kangen!” Riri memeluk Raga erat.
“Kakak juga kangen kamu, tumben nih minta ditemenin,” ucap Raga.
Pria itu menatap mata Riri, sepertinya adiknya itu habis menangis. Sadar bahwa Raga mengetahui bahwa dirinya habis menangis, Riri langsung menjelaskannya.
“Tadi papa marah-marah lagi,” jelas Riri.
“Sabar ya, Riri jangan sedih terus, kan ada kak Aga. Kakak juga sedih karena bunda sama ayah sibuk terus sama pekerjaan mereka, tapi kak Aga jadi gak terlalu sedih karena ketemu sama Riri,” ucapnya yang langsung membuat Riri tersenyum kembali.
“Riri sayang kak Aga! Sayang banget!”
Lamunan Riri buyar ketika melihat Richard berjalan menuju ke taman sekolah, ini kesempatannya, ia harus berbicara kepada Richard. Riri memutar ban kursi rodanya sekuat tenaga, berusaha mengejar Richard yang berjalan dengan cepat.
“Richrad! Riri mau bicara!” teriak Riri namun diabaikan oleh Richard.
“Richard, Riri mohon.” Richard masih tidak mau menatap Riri.
“Richard, tolong dengerin Riri,” lirihnya.
Mendengar lirihan gadis itu Richard langsung berbalik arah dan menatapnya, Riri yang melihat itu langsung memutar ban kursi rodanya sekuat tenaga agar semakin dekat dengan Richard.
“Apa lagi yang mau lo jelasin? Gue gak mau lihat lo lagi!” teriak Richard.
Riri mengerti, Richard benar-benar membencinya.
“Riri tau kalau Richard benci Riri kok, benci aja Riri sepuasnya, kalau dengan membenci Riri bisa bikin Richard maafin bunda, Riri ikhlas walaupun hubungan kita harus kandas,” ucapnya.
“Riri cuma mau minta maaf, Riri juga gak pernah menyangka akan semua ini, Riri juga sama-sama terluka kayak Richard,” lirihnya.
Richard mendengus sebal, pria itu kemudian berlari menjauhi Riri, ingin menyeberangi jalan. Namun, tiba-tiba sebuah mobil melaju ke arahnya tanpa ia sadari, melihat itu Riri dengan cepat memutar ban kursi rodanya, kemudian mendorong Richard untuk menepi. Ia sekarang mengerti alasan Raga lebih memilih untuk menyelamatkannya.
Brak!
“Riri!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Untuk Richard
Ficção Adolescente[Sudah Terbit, tersedia di Shopee @laskar_books] Ini kisah tentang mereka dan luka yang mereka rasa, tentang Richard yang sangat terluka ketika mengetahui fakta bahwa ayahnya memiliki perempuan lain selain bundanya. Ini juga tentang Riri yang selalu...