08 || Kepergian

138 22 6
                                    

“Karena berpisah denganmu adalah salah satu hal yang tak pernah aku inginkan.”

—Matahari.

🥀

“Abang kok luka?” Syakira menatap luka yang berada di tangan dan kaki Richard.

“Darah! Ada darah!” Syakira terkejut ketika melihat Richard terluka cukup parah. Sebelum ke sini, Richard sempat jatuh dari motornya karena terlalu terburu-buru.

Melihat adik kecilnya menangis, Richard langsung mengusap air matanya lalu berkata, “Adik manis, jangan nangis, kakak gak kenapa-kenapa kok.”

Riri yang melihat itu langsung menghampiri keduanya, gadis itu langsung bergerak cepat untuk mengobati luka Richard, membuat Syakira menghentikan tangisannya.

“Aw.”

Richard meringis ketika Riri menyentuh lukanya, membuat gadis itu tertawa kecil melihat Richard meringis kesakitan.

“Pelan-pelan dong!” Protes Richard membuat Riri langsung mengerucutkan bibirnya.

“Ini udah pelan-pelan, kamu nya aja yang lemah,” ucapnya yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Richard.

“Lemah? Lo pikir siapa yang nolongin lo pas lo diculik?” tanyanya membuat kini giliran Riri yang menatapnya dengan tajam.

“Ghifar. Kamu terlambat kan? Kamu datang di saat Ghifar dan aku sudah berusaha kabur dari dua orang pria berbadan besar itu.”

Richard terdiam.

Sekarang ia benar-benar ingat siapa pria yang membuat Riri bahagia sekali ketika melihatnya. Dia Ghifar Afgani, pria yang ia temui saat itu.

“Kamu kan harus fokus ngurus Alina kan ya? Sampai aku sempat bertanya-tanya, apa hubungan kalian lebih dari teman biasa?”

🥀


“Bagas, kamu harus tanggung jawab!” Tegas seorang wanita kepada Bagas yang berada di hadapannya.

“Iya aku akan tanggung jawab, tapi tolong sekarang kamu pergi dari sini!” ucap Bagas meminta wanita di hadapannya ini segera pergi dari rumahnya.

“Kenapa? Kamu takut istri kamu mengetahui hubungan rahasia kita? Aku ini juga hamil anak kamu!”

Bagas terdiam, ia bingung harus melakukan apa sekarang. Ia takut istrinya terbangun dari tidurnya dan mendengar apa yang dirinya dan wanita di hadapannya ini bicarakan.

“Maksudnya apa?”

Bagas terkejut ketika melihat sang istri menghampiri dirinya dan wanita di hadapannya itu.

“Kamu selingkuh? Sama temenku sendiri?” Citra—istri Bagas menatap Dinda—temannya yang menunduk merasa bersalah.

“Aku gak nyangka kamu bakal setega ini sama aku!” Citra meninggalkan mereka berdua, pergi menjauh dari rumahnya, hal ini tak pernah ia sangka akan terjadi, kenapa suaminya tega berselingkuh dengan temannya sendiri?

“Tunggu Citra! Kamu sedang hamil!” Bagas berteriak, pria itu mengejar Citra yang terus berlari menjauh. Namun, sayangnya ia kehilangan jejak sang istri, ia tak ingin kehilangan Citra dan calon anaknya dan Citra begitu saja.

Bagas menatap sebuah kalung yang berada di tangannya, kalung ini dulunya sangat ingin ia berikan kepada anaknya dan Citra, tapi keberadaan mereka saja ia tak tau di mana.

Ia sudah berusaha mencari kemana-mana. Namun, ia tak menemukan Citra di mana-mana. Bagas kini menatap foto dirinya dan Alina, ia bertanya-tanya sampai kapan ia bisa bersikap seolah-olah tak peduli dengan putrinya sendiri?

Rasa bencinya kepada Dinda, membuatnya selalu bersikap dingin kepada Alina. Padahal, Alina juga putrinya.

Tanpa Bagas sadari, dari kejauhan Alina menatapnya. Dulu ia tak sengaja mendengar dari teman baik ayahnya, bagaimana ayahnya bisa kehilangan istri yang sangat dicintainya.

Matahari Untuk RichardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang