62. Precious Memories

4.2K 507 22
                                    

Kania Farzana

"Sorbet Mangga spesial buat kamu." Dengan wajahnya yang penuh rasa bangga, Tomi nunjukin piring putih berisi sorbet mangga dengan topping irisan kiwi yang bentuknya gak beraturan.

"Ternyata dari tadi pagi, bapak sibuk dipantry buat bikin beginian?" Aku ga heran karena sebelum kita ke GM tadi pagi, dia sibuk mondar mandir di pantry. Tadinya aku pikir dia lagi ngomong sesuatu sama house staff karena saking sibuknya. Berhubung aku lagi dikamar buat nyiapin data data sambil baca baca buku karena dua minggu lagi aku kembali kerja, jadinya aku biarin dia di pantry. Ditemenin sama Mbok Inah yang lagi heboh ngasih instruksi ke Tomi. Gatau kenapa, mungkin takut kalau tangan anak laki laki yang paling dimanja dari kecil itu bakal kegores pisau.

"Aku ga bisa bikin garnish. But I'm sure that it taste good." Tomi duduk disampingku, lantas naruh Sorbet Mangga dimeja pantry yang kita tempati saat ini. Lengkap sama potongan kecil daun mint, yang kalau boleh jujur, aromanya bikin aku mual. Ga tau, kandunganku udah 5 bulan tapi masih suka sensitif sama bau-bauan. Tapi yaa... demi menghargai usaha bapak Tomi yang udah repot-repot, aku dengan senang hati menerimanya. I know, mengharapkan kaum laki laki biar bisa peka itu ga mungkin. Toh yang bakal aku makan itu buahnya, bukan daun mintnya.

"Pake madu aja ya. Ga ada kental manis." Tomi langsung numpahin madu diatas mangga beku yang udah diblender itu tanpa dia kira banyaknya. "Enak gak?" Tanyanya saat aku memasukkan sorbet mangga yang udah dibentuk bulet bulet itu kemulutku. Udah pasti yang dominan itu rasa manisnya ketimbang buahnya. Beruntungnya masih ada rasa asem dari kiwi yang sekarang jadi favoritku.

Aku tersenyum, alasan sebenernya bukan karena rasanya enak. Tapi perhatian Tomi suka bikin aku terharu. Kalau ibu hamil yang lain lagi ngidam, suaminya dengan senang hati nurutin, meski kadang belinya suka ga tau tempat atau waktu. Aku beda. Tiap kali aku pengen makan sesuatu yang lazimnya dipengenin sama ibu hamil, aku dicekokin Tomi sama olahan buah atau salad bikinannya. Sampe kadang aku sendiri lupa sama rasanya jajanan di mall mall yang enak. Dengan alasan tinggi kalori. Baiklah baiklah... aku nikmatin selagi baik buat kesehatan.
"Enak kok enak. Tapi kalau misalkan dikasih kental manis kayaknya lebih enak, mas."

Tomi menundukkan setengah badannya kearahku, ngedeketin mukanya diperutku sambil dia usap usap.
"Kakak, marahin Buna ya. Jangan dibolehin makan makanan yang kalorinya tinggi." Aku memutar bola mata karena sebel. Akhir akhir ini tingkat kepedean dia nambah berkali kali lipat, kayak mau punya anak berapa aja. Iya kali dia sounding anaknya pake manggil dengan sebutan "kakak" coba. Yang satu ini aja belum keluar, udah dipanggil kakak. Berat banget jadi anaknya bapak Tomi.

Tomi beralih menuju kulkas, ngambil botol berisi air putih dingin.
"By the way, Tomski. Kamu tadi jadi general check up ga?" Tanyaku ke Tomi yang lagi numpahin air dari botol ke gelas. Dari seminggu kemarin aku udah maksa-maksa dia buat check up. He seems a bit thin. Tomi sih ga ada keluhan. Tiap kali aku periksa dirumah dengan alat seadanya, ternyata Alhamdulillah ga ada gejala yang aneh aneh kecuali jadi tambah possesive. Meski begitu, tetep aja aku khawatir, karena aku ga bisa meriksa dia dengan lebih spesifik karena masih dirumah. Daripada aku mikir macem macem, aku minta dia buat checkup menyeluruh sekalian di GM. Jadinya tadi barengan sama aku buat therapy yang terakhir.

Tomi kembali duduk disampingku lalu menenggak gelas berisi air putih dalam hitungan detik. Kebiasaan banget ini Tomi minum sambil keburu buru.
"Monthly report tadi ternyata lama. Pas aku baru keluar ruangan direksi, suster Novi langsung ngasih tahu aku kalau therapy kamu udah selesai. Jadi ga sempet."

Aku menatap wajah tampan Tomi secara lamat - lamat. Memasang ekspresi yang jauh lebih tajem daripada sebelumnya, saat aku dapet pasien laki laki yang suka gampangin segala hal.
"Tapi kamu beneran sehat kan? Lengan kamu udah baik baik aja kan? Bilang yaa kalau ada apa apa. Biar aku ga khawatir."

AffiliareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang