1.

6.3K 455 263
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto.
.
.
.
Selamat Membaca...

.
.
.

Mata safir biru itu menatap tajam pada gadis didepannya. Tatapan itu seakan menghunus masuk kedalam mata bulan milik sang gadis. Wajah dingin dan datar itu sungguh menakutkan bagi sang gadis.

Jemari mungilnya saling bertaut satu sama lain. Seakan menghantarkan rasa saling menguatkan. Gadis ini menelan ludahnya gugup, rasanya ada yang mengganjal ditenggorokkannya.

Pria yang masih setia menatapnya dengan tajam nan dingin ini kini bersedekap membuat gadis cantik ini semakin merasa terintimidasi. Matanya ia larikan kesembarang arah, yang terpenting tidak bertabrakan dengan tatapan safir milik pria itu.

"Aku sudah memenuhi wasiat terakhir ibumu." Suara berat itu masuk kedalam telinga sang gadis dengan sangat tegas.

"Jangan harap pernikahan ini seperti pernikahan lainnya." Ujar pria itu lagi dengan dingin dan datar. Sang gadis dengan keberanian yang sangat tipis ini pun akhirnya menatap pada sang pria.

"Saya mengerti, Tuan." Ujar sang gadis dengan menundukkan kepalanya.

Sang Pria nampak acuh pada sang gadis. Safir birunya memindai penampilan gadis yang berstatus istrinya ini. Tau, jika sang Tuan memindai dirinya, sang gadis menjadi salah tingkah dalam duduknya. Tubuhnya bergerak-gerak tak nyaman.

"Jangan tidur di kamarku." Pria itu berkata lagi. Gadis ini hanya mengangguk saja, dalam hatinya merasa lega. Siapa juga yang mau sekamar dengan pria yang tidak dikenalnya, walau pria itu adalah suaminya.

"Ibu akan menunjukkan kamarmu. Dan juga, jangan pernah membawa perasaan dalam pernikahan ini. Jangan memakai margaku." Ujar pria itu lagi. Gadis ini mengeryit, seraya bertanya dalam hatinya. Mengapa dirinya tidak boleh memakai marga suaminya?

"Karena kau tak pantas dengan marga itu."

"Oh...ternyata itu alasannya. Okey." Ujar gadis ini dalam hati.

"Baik, Tuan. Saya mengerti."

Suara gesekkan sepatu high heels yang beradu dengan lantai membuat mereka berdua memalingkan wajah menatap kedatangan dua wanita berbeda generasi.

"Hyuga... Kau ikut denganku. Akan aku tunjukkan dimana kamarmu." Ujar seorang wanita berambut merah. Dia adalah Ibu dari suaminya atau dengan kata lain, Beliau adalah Ibu mertuanya.

"Baik, Nyonya."

Khusina memutar badannya dengan segera, Hinata berdiri dari duduknya dan mengikuti Khusina. Agak kesulitan karena ia membawa koper besar. Sedangkan wanita berambut pirang pucat itu mendekat pada suaminya, bergelayut manja pada lengan suaminya. Sang suami mengusak lembut pucuk kepala gadis itu.

Mungkin mereka sepasang kekasih.

Ah, itu bukan urusannya. Hinata berjalan melewati lorong yang indah. Di setiap temboknya terdapat lukisan yang sangat enak dipandang mata. Tak lama, Khusina menghentikan langkahnya, mau tak mau Hinata pun ikut menghentikan langkahnya.

"Paviliun ini adalah tempatmu. Jangan berharap kau akan masuk kedalam keluarga Namikaze. Kuharap kau sadar akan siapa dirimu Hyuga, sehingga kau sadar kau tak pantas seatap dengan kami."

Hinata hanya mengangguk saja. Toh, gang dikatakan Ibu mertuanya benar adanya. Dirinya harus sadar diri.

"Bersihkan dan tata sendiri tempat ini. Jangan sekali-kali berani meminta maid membantumu. Karena kau juga bagian dari mereka." Khusina berlalu setelah mengatakan itu. Meninggalkan Hinata sendiri ditempat yang berdebu.

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang