8

2.1K 338 115
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.
Selamat Membaca...

Naruto menatap wajah Shion yang tidur disampingnya. Kelopak mata itu masih tertutup rapat. Belum ada tanda-tanda sang empu akan bangun. Selama satu bulan ini, Naruto begitu bahagia bisa mereguk indahnya pernikahan bersama Shion. Wanita yang selama tiga tahun menemani dirinya kini akan menemani dirinya seumur hidup.

Membelai pelan wajah sang istri kedua. Wajah itu terasa sangat halus sekali, tidak heran juga karena Shion rutin merawat wajah juga tubuhnya.

"Aku harap kau tidak mengecewakan aku." Ujar Naruto lirih, mengusap pelan pipi halus itu.

Mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Tangan kanannya terangkat dan bertengger dikeningnya. Pikirannya saat ini masih saja berkutat tentang sahabat-sahabatnya. Shikamaru sudah bisa menerima penjelasan yang ia utarakan. Lelaki berambut layaknya nanas itu mengerti jika pernikahannya dengan Hinata adalah sesuatu hal yang tidak sengaja. Ibu Hinata, mendiang Hyuga Hikari yang saat itu secara tidak sengaja menemukan dokumen penting milik Namiuzu corp yang tidak sengaja dibuang oleh Shion saat wanita itu marah karena diabaikan oleh Naruto. Wanita paruh baya itu memang bekerja sebagai office girl di Namiuzu corp. Karena Naruto tidak mau berhutang budi pada siapapun maka, pria itu menawarkan satu permintaan yang akan dia kabulkan. Apapun itu.

Tanpa sungkan, Hikari mengucapkan permintaannya pada Bosnya itu. "Nikahi putriku." Permintaan yang terlalu berat untuk sebuah ketidak sengajaan.

Naruto sempat menolak namun, perkataan Hikari yang tajam langsung menancap dihati Naruto mau tak mau Naruto mengabulkan permintaan wanita tua itu.

Kalian mau tau? Perkataan apa yang diucapkan Hikari? Sini aku beritahu... "Seorang lelaki sejati tidak akan menarik lagi ucapannya. Jika tutur kata seorang lelaki tidak bisa di pegang maka, bagaimana dengan kaum wanita? Yang mana selalu berlindung dalam naungan lelakinya. Tidak apa jika menolak. Sudah membuktikan, betapa Anda sangat tidak bisa memegang omongan Anda tuan." Ujar Hikari panjang lebar, santai tapi benar-benar menusuk hati Naruto. Apa dirinya sedang diejek oleh seorang wanita tua yang juga bawahannya?

Akhirnya Naruto menyetujui permintaan Hikari. "Maafkan saya Tuan. Saya tidak tau lagi harus menitipkan putriku pada siapa." Ujaran Hikari itu menimbulkan kernyitan di dahi sang atasan yang tidak mengerti arti dari ucapan Hikari.
.
.
.

"Sudah hampir setengah tahun aku menikah dengan Tuan Naruto tapi tidak sama sekali kami berinteraksi. Ah, aku harus bagaimana? Menggodanya? Hey...! Aku mana bisa menggoda lelaki." Maki Hinata pada dirinya sendiri. Hinata mengacak kasar rambutnya. Berjalan mondar-mandir di dalam Paviliunnya, dengan kuku yg digigiti juga. "Berpikir Hinata. Kau kan pintar." Monolog Hinata sendiri.

Sebuah ide masuk kedalam otak anehnya. Kepala bersurai indigo itu miring ke kanan lalu ke kiri juga alis yang menyatu dan dahi mengeryit. "Apa cara itu bisa?"

"Sepertinya akan sulit." Masih bermonolog ria. Hinata duduk di sofa hitam didalam paviliunnya. "Dicoba saja dulu kali ya? Toh, dia suamiku. Meminta anak bukankah hal yang wajar?"

"Tapi... Masa iya, aku tiba-tiba langsung minta anak?"

Hinata mengacak-ngacak surainya, serta kakinya menendang-nendang udara tak beraturan. Hingga tubuh mungil itu berbaring di sofa.

"Aneh tidak ya?" Gadis itu bangun, lalu duduk. Berdehem pelan untuk menetralkan suaranya. "Ekhem... Tuan, bisakah aku minta anak darimu?" Ujar Hinata, tak lama alisnya menyatu. Sangat terdengar aneh.

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang