10

3.1K 343 274
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.

Selamat Membaca...

Jam dinding yang berdetak saat ini menjadi satu-satunya pengisi suara di dalam kamar paviliun Hinata. Nyatanya kedua insan itu hanya diam bersandar dikepala ranjang mereka. Naruto dengan pikirannya yang masih mempertimbangkan keputusannya memberikan anak untuk Hinata, serta Hinata sendiri yang terdiam memikirkan apakah benar keputusannya untuk meminta anak?

Keduanya menghela nafas berbarengan, membuat kepala mereka menoleh bersamaan. "Kau mengikutiku?" Tuduh Naruto.

"Mana mungkin, Tuan."

"Nyatanya..."

"Nyegerin?" Wajah Naruto datar. Benar-benar gadis aneh. Dimana bagusnya? Benarkan?

Kembali lagi ke posisi awalnya. Naruto enggan menanggapi lebih lanjut keanehan Hinata. "Tuan, ayo kita mulai." Pinta Hinata lagi, kini tubuhnya sudah ia hadapkan pada Naruto. Sedangkan pria kuning itu hanya melirik sebentar lalu kembali memandang ke depan.

Hinata yang sadar jika, seperti ini terus maka tidak akan terjadi pembuahan di rahimnya. Dengan keberanian serta kekesalan yang sudah menggunung, Hinata merangkak ke pangkuan Naruto. Alhasil, kelakuan Hinata itu membuat Naruto terkejut, matanya membola seakan ingin keluar. Tidak menyangka dengan tindakan Hinata.

Gadis dengan tubuh mungil ini menatap mata safir milik Naruto dengan rona merah yang kentara dipipinya. Berkedip-kedip lucu, karena tidak tau harus apalagi setelah ini. Tapi, ia harus tetap berusaha. Mendekatkan wajahnya pada wajah Naruto, sehingga ujung hidung mereka saling bersentuhan.

"Tuan, mari bercinta denganku." Ucap Hinata pelan. Tapi, sialnya terdengar sensual ditelinga Naruto. Safir itu dengan lancang menatap mata bulan yang indah milik Hinata. Bulat sekali. Cantik. Naruto mengakui jika Hinata memang cantik.

"Tuan." Panggil Hinata lagi. Hening, tidak ada jawaban dari Naruto. Hinata menjauhkan wajahnya sedikit. Masih menatap Naruto dengan tatapan memohon. Tak ada jawaban sama sekali membuat Hinata menghela nafas. Gadis itu beranjak lagi kesamping Naruto. Membaringkan tubuh mungilnya disana.

"Ya sudahlah, kalau memang tidak mau. Saya tidak bisa memaksa." Hinata putus asa. Ya, mau dipaksa gimana pun kalau Naruto tidak mau dia bisa apa?

Seperti pantun jawa dari Negara tetangga.
Gulo jowo rasane legi.
Duduh kambil soko kelopo.
Yen, gusti Alloh gak ngizini .
Hinata biso opo?
Wkwkwkwk

Mau dipaksakan pun percuma. Hinata memiringkan tubuhnya membelakangi Naruto. Ia harus bisa menerimanya jika memang Naruto tak bersedia memberikan anak untuknya. Memandangi punggung kecil milik Hinata. Bukannya Naruto tidak mau, hanya saja ia tidak yakin.

"Apa karena Nona Shion?" Tanya Hinata masih dengan membelakangi Naruto, tangannya mencengkram sprei dengan erat. "Bukankah, hak saya dan Nona Shion sama?" Naruto hanya mendengarkan dalam diam, sambil tetap memandangi punggung kecil gadisnya itu.

"Aku hanya ingin anak. Hidup sendirian itu tidak enak, Tuan."

"..."

"Hah, sudahlah. Tuan, bisa kembali ke kamar, Tuan. Maaf sudah meminta hal yang tidak mungkin untuk Tuan kabulkan." Ujar Hinata yang sudah duduk berhadapan dengan Naruto.

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang