17

2.2K 332 221
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.
Selamat Membaca...

Mito Namikaze tersenyum mendengar laporan dari anak buahnya. Selama ia pergi ke Paris, ternyata hubungan Naruto dan Hinata semakin mengalami kemajuan. Mito rasa, ia tidak perlu lagi terlalu ikut campur urusan mereka. Biar tangan Tuhanlah yang akan bertindak, ia yang hanya manusia biasa hanya bisa berdoa dan berharap apa yang menjadi keinginannya tercapai.

"Hentikan semua pengintaian terhadap Hinata." Perintah Mito pada Asuma, asisten yang ia percaya selama ini.

"Baik, Nyonya besar." Asuma membungkuk dan berjalan mundur menuju pintu ruangan Mito Namikaze.

Wanita renta ini masih saja tersenyum, ia akan melakukan apapun untuk mempertahankan Hinata sebagai bagian dari keluarga Namikaze. Walau ia tau jika, Hinata hamil maka akan banyak konflik terjadi. Dirinya sudah menyiapkan senjata untuk menghadapi situasi itu.

"Aku terlanjur jatuh cinta padamu, Hinata. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan gadis seperti dirimu." Monolog Mito pada dirinya sendiri.

"Terimakasih Hikari..." Kelopak mata yang sudah dikelilingi kerutan samar itu terpejam, menikmati goyangan pada kursi goyang yang ia duduk dan ayunkan pelan.
.
.
.

Naruto dan Shion tak saling bertegur sapa. Bukan, bukan karena sedang bertengkar atau semacamnya. Hanya saja, Naruto memang tak banyak bicara. Biasanya dirinya dan Shion akan bicara jika wanita itu membuka suara.

"Naruto-kun, kau selalu ke paviliun Hinata?" Tanya Shion pada suaminya yang sedang bersiap ke kantor. Pertanyaan istri keduanya itu menghentikan gerakan tangannya yang sedang memakai dasi.

" Ya..." Jawabnya singkat seraya melanjutkan kembali aktifitasnya memakai dasi.

"Sexs?" Kini gerakan itu benar-benar terhenti. Safirnya menatap lekat pada Shion.

"Bercinta, bukan sexs Shion."

"Sama saja, intinya berhubungan intim kan?"

"..."

"Kau... Mau berhubungan intim dengan gadis macam dia?"

"Maksudmu?"

"Tidak, hanya saja dia berbeda jauh denganku. Hyuga itu tidak merawat tubuhnya seperti diriku. Kau...tidak jijik gitu?"

Naruto memasang wajah datar, bahkan jika dibandingkan dengan Shion, tubuh Hinata jauh lebih baik. Kulit yang terawat alami, hingga bau tubuh wanita pertamanya itu khas di indera penciumannya.

"Tidak dan yang terpenting hanya aku seorang yang memiliki tubuhnya." Shion terperanjat mendengar pembelaan suaminya untuk Hinata. Apa suaminya sedang menyindir dirinya yang memang sudah tidak segel saat mereka melakukan sexs pertama kali? Naruto menghela nafas, ia sadar jika ucapannya mungkin akan disalah artikan oleh Shion tapi, memang kenyataannya seperti itu. Dirinyalah satu-satunya pria yang menikmati tubuh mungil istri pertamanya itu. Tanpa sadar Naruto tersenyum samar.

"Mulai besok, biarkan Hinata yang mengurus semua kebutuhanku. Aku ingin diurus oleh istriku, jika kau tidak bisa mengurusku, biarkan Hinata yang mengurus segala kebutuhanku. Aku berangkat dulu." Naruto mengecup sekilas kening Shion sebelum pergi meninggalkan kamar mereka.

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang