15

2.7K 356 225
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.
Selamat Membaca...

Suasana hening, diantara sejoli itu masih menutup rapat mulut mereka. Naruto masih memandang Hinata lekat. Entah, rasanya sangat menyenangkan melihat mata bulan milik Hinata yang ternyata sangat indah.

Hinata sendiri hanya menunduk malu saat Naruto tak hentinya menatap matanya. Seperti anak perawan yang sedang berkencan. Wajahnya tak hentinya merona.

"Pulanglah... Dan tunggu aku di paviliunmu." Naruto membuka suara, jemarinya mengusap lembut punggung tangan Hinata. Mengangguk sebagai jawaban, lalu beranjak dari duduknya. Oh...tubuhnya serasa ringan sekali, bahkan kakinya masih bergetar pelan. Efek ciuman mereka sangat kentara pada Hinata.

Naruto yang melihat kaki Hinata sedikit bergetar itu terkekeh geli. "Bisa jalan?"

"Maksud Anda?"

"Kakimu..." Ujar Naruto menunjuk kaki Hinata dengan dagunya. Wajah Hinata memerah, ternyata suaminya tau jika kakinya bergetar. Naruto menarik Hinata mendekat, kembali tubuh mereka saling melekat.

"Bisa jalan?" Ulang Naruto kembali. Hinata tidak menjawab, ia malah terfokus pada bibir Naruto yang bergerak itu. Mengapa bibir suaminya selalu menarik atensi matanya. Wajah Naruto mendekat, otomatis mata Hinata memejam.

"Aaaww..." Rintih Hinata saat merasakan jitakan sayang pada kepalanya.

"Berharap kucium lagi? Mesum sekali." Ejek Naruto. Hinata terkikik, ya... Dirinya mengakui jika memang ia ingin sekali dicium oleh Naruto lagi.

Jemari Hinata merambat pelan, dari dada Naruto, merambat naik lagi menuju bibir pria itu. Naruto terpaku, ia merasakan gelenyar aneh saat tangan Hinata meraba dadanya hingga merambah bibirnya. Jika saja tidak gengsi, ia akan memejamkan matanya, seraya menikmati rabaan sang istri.

"Mengapa bibir yang jarang sekali tersenyum ini, bisa membuatku ketagihan?" Naruto yang mendengar suara lirih Hinata itu merinding. Bulu kuduk Naruto seakan mengerti ketulusan dari ucapan Hinata.

"Sekali, dua kali, tiga kali... Tidak cukup, saya ingin berkali-kali, Tuan."

"Ck...sialan..." Umpat Naruto pelan, menyambar bibir manis Hinata yang baru saja membuat bulu kuduknya berdiri. Melumat tak sabar bibir manis itu. Hinata yang memang sudah ketagihan hanya memejamkan matanya saja, menikmati pagutan liar suaminya. Membiarkan suami pirangnya menjajah lebih dalam mulutnya, ia suka.

Mendorong tubuh Hinata pelan menuju ruangan istirahat pribadinya. Sepertinya, Hinata tidak perlu menunggu di paviliunnya. Saat ini Naruto benar-benar terselimuti gairah. Istri pertamanya sangat bisa membuat naik birahinya. Sejak kapan? Entah... Mungkin karena memang Naruto lah satu-satunya yang menjamah tubuh istri pertamanya.

Membuka pintu ruangan dengan tergesa. Naruto melepaskan sendiri jas yang ia kenakan. Lalu kembali meraba tubuh mungil milik sang istri. Tangan itu merayap menuju gundukan milik Hinata dibalik kaos. Hinata? Jangan tanya, wanita itu bersorak dalam hati. Ia berhasil menggoda suaminya. Tersenyum menang saat Naruto kembali mengulum bibirnya dengan semangat.

Berhasil. Sorak batin Hinata.

Menjatuhkan tubuh mungil itu ke ranjang yang lumayan besar. Safirnya dengan jelas melihat nafas sang istri yang berkejaran. Menindih tubuh itu. Tidak, menindih juga. Naruto hanya mengukung Hinata saja, dengan lengan sebagai penopang tubuhnya.

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang