Prolog

4.5K 448 221
                                    

Matahari pagi bersinar dengan cerahnya. Pancaran kehangatannya seolah mampu menembus ke hati sehingga ikut menghangat. Disamping sebuah rumah kayu antik, terlihat seorang anak laki-laki yang sedang menjemur tumpukan kain yang banyak. Sebanyak tugas yang baca.

Ah, benar-benar hari yang indah. Membuat siapapun lupa sejenak perasaan dikejar deadline.

Haha...

Ehem. Maaf Narator baper.

Kembali pada sang anak laki-laki, tanpa disadarinya terdapat empat pasang mata yang sedang mengintai kegiatannya menjemur kain.

"Meow? (Kamu yakin kalau ini rumahnya?)" tanya makhluk berbulu krem-coklat sambil menggerakkan cakarnya demi membenarkan letak kacamata orennya.

"Meowu! (Tentu saja! Aku sudah tanya sama preman garong di gang sana!)" jawab makhluk berbulu oren bercorak tutul hitam dengan bangga.

"Meowo? (Kenapa kita ada di sini?)" tanya makhluk berbulu abu gelap-putih dengan mukanya yang mengingatkan akan emoji OwO.

"Meow! (Cepatlah ... aku sudah lapar...,)" ucap makhluk paling gembul berbulu biru abu-abu dengan mata mengantuk serta perut keroncongan.

Makhluk berkacamata oren tertawa jahat, "Meowehehehe! (Lihat saja manusia! Sebentar lagi kamu akan menjadi babuku!)"

Dengan itu, semua makhluk pun menyeringai sehingga membuat gigi taring yang sangat runcing milik mereka terlihat jelas.

Makhluk berbulu lebat yang memakai kacamata oren tadi mengambil posisi sebagai pemimpin penyerangan lalu berteriak lantang.

"Meow! (Serang!)"

Otomatis kesemua pasukannya pun mengikuti komandonya.

"Meowoar! (Aing maung!)"

"Meowo? (Kita lagi apa?)"

"Meow... (Mager ah...)"

Teriakan yang berasal dari empat makhluk tersebut membuat sang anak laki-laki terkejut bukan main. Secara spontan ia berbalik dan menemukan empat kucing bulat yang melesat cepat ke arahnya sambil menatap bar-bar.

"Meow! (Berlututlah kepadaku wahai manusia!)"

"Meowoar! (Aing maung!)"

"Meowo! (Hellow!)"

"Meooow.... (Daging....)"

Melihat pemandangan bagaikan satwa buas di alam liar tidak serta-merta membuatnya takut. Malah sang anak laki-laki itu tersenyum lebar sambil berjongkok menanti kedatangan kucing-kucing bulat tersebut.

"Wah! Kucing siapa ini? Kayak bakpao."

Gasp!!!

"Mi-miau? (Ba-bakpao?)" kucing berkacamata oren menghentikan lariannya dan menatap ngeri manusia didepannya, ia kemudian mengeong panjang sebagai tanda peringatan untuk teman-temannya.

"Meooooooow! (Lari!)"

Dan dengan begitu, kesemua kucing pun balik kanan memutar arah dan kembali berlari.

"Meow?! (Kenapa kita harus lari?!)" tanya kucing yang paling gembul heran sekaligus kaget dengan perubahan rencana yang mendadak, mata mengantuknya kini terbuka lebar.

Kucing berkacamata oren menjawab, "Meow meong nyaw?! (Kalian nggak lihat dia barusan mau makan kita?!)"

"Meow?! (Apa?!)" jerit kucing gembul dan kucing tutul serentak.

"Meow?! (Apa?!)" kucing kecil ikut berteriak meskipun tidak memahami apapun.

"Meowuuuu! (Aing tobat jadi maung!)" kucing tutul menangis menyesali dosa-dosanya.

Meow Attack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang