III

131 26 0
                                    

Johanna baru saja hendak membaca bagian cerita berikutnya ketika Dewantoro dengan sengaja menyikut lengannya. Perempuan itu berdecak, melirih ke arah adiknya dengan dahi saling bertautan.

"Apa?!" tanya Johanna dengan ketus, merasa kesal karena adiknya mengganggu kegiatan membacanya. Padahal, ia sudah sampai pada bagian dimana Detektif Takizawa yang mulai 'melunak' pada rekan kerjanya dalam kasus pembunuhan yang sedang mereka tangani. Sejak awal, ia sudah mengantisipasi bagaimana hebatnya Takizawa dan Takako Otomichi jika keduanya berhasil mengesampingkan urusan personal mereka dalam pekerjaan.

Dan semangat bacanya untuk melanjutkan kisah seru dua detektif itu harus terganggu oleh sikutan adiknya.

"Itu ..."

"Itu apa?"

"Penumpangnya dari tadi kok diem semua? Udah dua jam, lho, Mbak."

"Biarin aja kenapa, sih, Wan?" Johanna membenarkan posisi duduknya supaya lebih nyaman kemudian kembali membuka novelnya. "Emangnya kalau mereka diem aja terus kenapa?"

"Siapa tahu mereka ... hantu?"

"Ngaco," tukas Johanna sambil mendengus. "Mereka itu diem aja mungkin karena capek atau nyuri kesempatan buat tidur sebentar karena paginya langsung kerja. Coba sekarang kamu pikir, kalau kamu besok langsung ke kampus buat ngurusin persiapan ospek tanpa mampir ke kontrakan dulu, apa nggak mau nyolong-nyolong tidur dulu di kereta? Lumayan, lho, tidur enam jam lebih."

Dewantoro mengerucutkan bibir, karena apa yang diucapkan oleh kakaknya itu sudah sempat ia pikirkan sebelumnya.

"Tapi-"

Tiba-tiba saja, seorang pria berjalan melewati Dewantoro menuju ke salah satu toilet yang ada di gerbong.

"Tuh." Johanna menunjuk ke arah pria yang baru saja melewati adiknya itu dengan nada agak mengejek. "Jangan mikir kalau ini cerita horor kaya yang kamu baca di sosmed, deh. Daripada mikirin kaya gitu, mending kamu tidur aja. Nanti kalau aku mau makan, baru aku bangunin biar pesennya bareng sekalian."

Dewantoro masih terlihat tidak yakin, tetapi Johanna tidak peduli. Terserah adiknya mau berpikir seperti apa, yang penting novel yang ia baca harus selesai sebelum mereka tiba di Yogyakarta.

Dan melihat kakaknya yang sudah menenggelamkan diri dalam novel, Dewantoro tidak mempunyai pilihan lain selain tidur, seperti yang disarankan Johanna.





Sepuluh menit kemudian, ketika Dewantoro sudah pergi entah kemana lewat mimpi, pria yang tadi dilihat oleh Winarso bersaudara kembali melewati keduanya dari arah toilet. Tanpa sadar, Johanna sedikit melirik ke arah penumpang itu, diam-diam berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau apa yang ia lihat benar-benar penumpang kereta seperti dirinya maupun Dewantoro.

The Last DutyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang