Chapter 4

23.9K 1.7K 37
                                    

Nunggu ga?
Zaza masih uts, juga tiba-tiba gatau mau ngelanjutin cerita ini gimana :-(
Apalagi yang vote dikit banget :'(
Yang komen zaza baca makasoh buat dukungannya temen2 maaf zaza ga bales satu2.

*****
"Sekarang adalah giliranku" Max membawa Mika kedalam gendongannya, lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu.

Max berjalan ke arah sayap kiri rumahnya dengan Ellena yang mengikuti dibelakangnya.

Mereka terus berjalan hingga sampai di depan ruangan berpintu kaca yang merupakan laboratorium tempat Max biasanya menghabiskan waktu. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai peralatan dan sebuah brangkar yang terletak di tengah ruangan. Lampu yang tepat berada diatas ranjang menyorot memancarkan cahaya temaram.

Max dan Ellena berjalan memasuki ruangan dan meletakkan Mika di atas brangkar. Max dan Ellena mengganti bajunya dengan baju yang steril dari kuman (gatau namanya yang sering dipake di ICU).

Max mempersiapkan alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan. Mencucinya kemudian mensterilkannya agar tidak ada kuman yang menempel.

Ellena berdiri disamping brangkar Mika dan menatapnya lekat. Matanya memancarkan ketulusan dan keinginan yang kuat.

"Dia akan menjadi milikku kan Max? " Ellena bertanya pada Max tanpa menatap pada Max, yang ia lihat hanya wajah mungil Mika yang terlelap.

"Tentu. Dia akan menjadi milik kita, sesuai dengan apa yang kau inginkan. Aku berjanji padamu dia akan menjadi milikmu apapun yang terjadi" janji Max sembari menangkup jemari Ellena dengan tangannya.

"Kita mulai sekarang" Max berucap dan membawa peralatan yang telah disiapkan dengan troli.

Ellena menganggukkan kepala dan menangkupkan kedua tangannya didepan dada. Berdo'a agar semuanya lancar dan keinginannya terpenuhi.

"Tuhan... Kumohon sekali ini saja kabulkan keinginanku. Kau telah mengujiku dengan banyak kesakitan dan aku tak pernah mengeluh. Namun kali ini dengan sangat dan sangat aku memohon kabulkan satu permintaanku dan aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini"

Max yang melihat istrinya berdo'a ikut menangkupkan tangannya dan memejamkan matanya. Ia hanya ingin memohon pada Tuhan untuk mengabulkan do'a istri yabg sangat dicintainya itu. Sudah cukup ia melihat airmata yang keluar karena cobaan yang datang bertubi-tubi. Setelah selesai ia mengangguk pada Ellena dan dibalas senyuman.

Max memakai sarung tangan medis lalu menghembuskan nafasnya kuat. Entahlah rasanya ini lebih berat dari biasanya. Jika biasanya ia akan dengan mudah melakukannya maka sekarang berbeda. Ini akan mempengaruhi masa depannya dan Ellena.

Max mengambil jarum infus lalu menusukkannnya dengan perlahan pada tangan mungil sebelah kanan Mika. Mika menunjukkan reaksi dengan dahi yang mengernyit merasakan sakit. Max lalu membalut tangan itu dengan perban yang cukup tebal hingga menutupi keseluruhan tangan mungil mika.

Max kemudian memberi isyarat pada Ellena untuk mendongakkan kepala Mika. Max mengambil alat berupa selang, lalu ia membuka mulut Mika dan perlahan memasukkan selang itu. Max terus memasukkan selang itu perlahan agar tidak melukai tenggorokan mika. Memastikan alat itu berada ditempat yang tepat dan melekatkan perekat agar alatnya tidak bergeser.

Max terus bekerja memasangkan alat pada tubuh mika. Dan setelah selesai ia menyuntikkan berbagai serum pada kantung infusnya. Dan menjalankan alat yang tersambung dengan selang itu.

Setelah selesai max menghela nafasnya kuat, melihat kearah Ellena yang memandangi mika yang kemudian beralih menatap max dengan mata berkaca-kaca.

"Kita akan berhasil kan max? " ellena bertanya dengan penuh harapan.

"Berdo'alah sayang. Kita telah berusaha semampu kita. Hanya takdir yang akan membuat ini menjadi baik atau buruk. Aku juga sangat menginginkannya"

"Aku akan terus berdoa untuk ini max. Aku telah lama menantikan semua ini"

"Ayo kita keluar. Semoga semuanya bekerja dengan baik pada mika. Semoga yang kita inginkan jadi kenyataan" Max mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh Ellena.

Ellena mengecup kening mungil mika dengan penuh kasih sayang.
"Aku menyayangimu dan aku menunggumu selalu sayang" Ucapan lirih itu terucap ditelinga mika.

Max dan ellena berjalan keluar dan berharap hasil yang terbaik. Semoga takdir berbaik hati pada mereka kali ini...

*******
Ini zaza tulis kilat cuma sedikit 600+ kata... Maafkan kalo ada typo ato ceritanya ganyambung ato ngebosenin 🙏
Ketemu lagi di chapter depan teman2🌷🌷

Baby Mikael Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang