Chapter 17

11.5K 879 49
                                    

Zaza gak nyangka bisa sampe sejauh ini...
Kemaren cuma iseng nulis dan ga yakin ada yang mau baca..
Tapi pas liat yang baca banyak banget zaza bersyukur berarti karya zaza ini layak buat dibaca...
Semoga tetep suka ya..
Pengen ngasih tau juga ya... Banyak yang nanya Mikael ini cewe or cowo kan.. Nah sekarang zaza jawab lagi mikael itu cowo di cerita ini... Karena zaza kurang suka kalo pemeran utamanya cewe.. Jadi udah jelas ya kalo mika itu cowo... Tapi kalo misalnya lebih suka cewe juga ga papa... 😁😁
Yaudah kita langsung ke ceritanya yaaa...
Maafkan jari zaza yang suka typo😅😅😅

******
Mata itu mulai mengerjap, berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya yang menyeruak masuk. Hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit ruangan yang putih. Mengernyitkan dahinya bingung, langit-langit kamarnya berwarna berwarna biru dan ada hiasan bintang.

Mengedarkan matanya meneliti setiap sudut ruangan. Sampai akhirnya matanya terhenti saat menatap kearah kanan dimana ssang mommy tercinta tampak tertidur.

"Mom... Mommyyy" Mika bersuara lirih, tubuhnya masih sangat lemas.

Ellena tersentak saat mendengar seseorang memanggil namanya. Mengedarkan matanya melihat sekeliling ruangan tidak menyadari sang anak telah terbangun.

"Momm.. " rengek mika. Menyadarkan Ellena yang langsung melihat ke arah sang anak yang telah membuka matanya.

"Baby sudah bangun sayang.. Mana yang sakit sayang" Ellena tersenyum senang akhirnya Babynya sadar.

Tangan Ellena menggenggam erat tangan mungil mika. Sesekali mengecup kening sang anak dan ia masih bisa merasakan sedikit hangat disana. Namun itu sudah berkurang banyak dari saat baru sampai di rumah sakit.

"Ni mommy cakit cekali. Ni juda cakit" mika menunjuk kepala dan perutnya.

"Uhhh sayang. Sebentar lagi sembuh ya baby" ucap Ellena yang diangguki oleh mika.

"Daddy mana mommy? Daddy ndak teman-teman mika? Ndak cayang mika lagi? "Mika bertanya saat tidak melihat atensi si daddy di ruangan ini. Matanya berkaca merasa jika daddy kesayangannya tidak menyayanginya lagi.

"Daddy sedang bertemu uncle Jack sebentar baby. Daddy pasti kesini sebentar lagi" Ellena menjawab untuk menenangkan Babynya yang sebentar lagi menangis. Sepertinya mika akan sedikit sensitif saat sakit.

"Benal? Ndak tipu-tipu mika kan mommy? " tanyanya lagi untuk meyakinkan.

"Iya sayang. Mommy tidak bohong" jawab Ellena.

"Eungh... Mau gendong mommy" mika merentangkan tangannya belum menyadari tangan kanannya terinfus. Melihat ke arah tangan kanannya yang mulai terasa berdenyut nyeri. Ellena meringis bersiap untuk mendengar tangisan dengan oktaf tinggi mika.

" Huaaaaa mommyyyy... Napa tucuk-tucuk tangan mikaa... Peyihhh ndak mau ndak cuka ndak likee hueee... Napa tali-tali sambung tangan mikaaaa... Ndak mau diiket hueee... Dadddyyyy" mika menjerit dengan tangisan menggelegar.

Ellena terdiam sejenak, suara anaknya sukses membuatnya tuli. Namun segera tersadar dan segera membawa sang anak ke dalamm gendongan ala koala. Menepuk-nepuk pelan punggung mungil anaknya dengan sesekali mengucapkan kalimat penenang.

Ceklekk...
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Ellena dan Mika. Max melangkah masuk dan melihat sang anak berada di gendongan istrinya. Merasa lega karena keadaan anaknya yang sudah membaik dan sadar.

"Heyy ada apa ini? Kenapa anak kesayangan daddy menangis heum? " Max bertanya saat telah berada di dekat Ellena berdiri.

"Tangan cakitt.. Tucuk-tucuk ada tali judaa... Peyih daddy" Si anak daddy mengadu sekarang.

"Tidak apa-apa baby. Hanya sebentar ya sampe baby tidak sakit lagi oke"Ucap max sambil mengambil alih gendongan mika.

Mika langsung mencari posisi nyaman. Menumpukan tubuhnya pada sang daddy lalu kepala yang menempel pada dada max. Keningnya mengernyit lalu menatap sang daddy membuat max kebingungan.

"Daddyyy ada suala dugdugdug.. Ndak cuka matiin sualanya" ucap mika. Max terdiam sedangkan Ellena tertawa keras di sofa.

"Anakku menyuruh menghentikan suara jantungku. Secara tidak langsung ia menyuruhku ke surga, itupun kalau aku diterima disana" batin Max miris.

"Tidak bisa baby"jawab max.
"Uhhh hayus bica daddy" kekeuh mika.
"Anakmu Ell, secara tidak langsung ia menyuruhku untuk meninggalkan dunia ini" gemas Max pada Ellena. Setelah itu ia langsung mencium wajah Mika dengan brutal melampiaskan rasa gemasnya. Tawa mika memenuhi ruang rawat itu sore ini.

********
Jam 02.43 malam..
Max dan Ellena tertidur pulas di sofa. Sedangkan Mika tertidur pulas di brangkarnya ditemani oleh boneka teddy bear yang diberikan oleh uncle Jack tadi sore.

Saking lelapnya Max dan Ellena tertidur mereka tidak menyadari pintu yang terbuka dan dua orang menyelinap masuk.

Ruangan yang gelap sangat membantu mereka melancarkan aksinya. Mereka berjalan mengendap kearah brangkar mika.  Berhenti sejenak saat sudah sampai di samping brangkar. Menatap wajah polos mika yang tertidur pulas.

"Sungguh malang nasibmu sayang.  Kau akan berakhir malam ini. Seharusnya bukan kau tapi setidaknya jika aku tidak bahagia. Maka mereka juga akan menderita sama sepertiku" batin salah satu diantaranya.

Mengeluarkan suntikan dari dalam kantung jaket. Membuka penutupnya lalu menekan sedikit hingga keluar.

"Katakan selamat tinggal pada dunia sayang. Tidur yang nyenyak dan jangan bangun lagi" batinnya dengan seringai kejam yang muncul. Tangannya bergerak menusukkan jarum pada infus dan perlahan menekannya.

"Heyyyyy...!!!"

******
Chapter 17 end...
Semoga suka dan jangan lupa buat vote dan coment yahhh...
Pencet ⭐ yahh...
Bentar lagi selesai cerita ini...
Sampe ketemu di chapter depan🌷🌷🌷🌷

Baby Mikael Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang