#06

316 47 5
                                    

Tak

"Eh?!" Ino terlonjak kaget dari posisi duduknya. Membuat kedua orang tua nya menatap putri kesayangan nya itu penuh khawatir. Sedang yang dikhawatirkan hanya bisa linglung menatap kertas putih didepannya.

"Kau yakin baik baik saja Hime? Dokter, bagaimana ini?"

'Padahal cuma suara bolpoin diletakkan, tapi aku sudah kaget seperti ini. Aku ini kenapa?'

"Begini, mungkin kita bisa melanjutkan tes kognitif ini besok lagi. Sekarang putri anda boleh beristirahat di kamarnya. Dan untuk nyonya Inoichi? Bisa kita bicarakan soal ini lebih lanjut?"

Yang merasa dibutuhkan, yaitu ibu dari Ino sendiri akhirnya mengangguk. Ia menyuruh suaminya untuk mengantarkan Ino kembali ke kamar VIP nya meninggalkan dirinya sendiri di ruangan khusus tersebut.

'Padahal tesnya baru 10 menit. Dan aku baru saja menulis 2 pertanyaan kenapa tiba tiba sesuatu itu muncul begitu saja? cih'

Cukup pusing memang. Namun ia bisa apa? Seketika ingatanya yang entah sudah berapa tahun lamanya itu kembali ia ingat walau samar. Tapi, kenapa harus dimulai dari kenangan yang paling menyakitkan? Padahal dulu ia sangat berharap agar dirinya lupa ingatan saat itu juga.

Namun, kenangan tetaplah kenangan, semua hal yang sudah terlanjur terukir dalam serat takdir tidak bisa diubah walau sebagai mana berusaha menghancurkan nya sekuat tenaga. Mustahil.

Ino mengusap poninya kasar, membuat beberapa helai rambut pirangnya koyak dan kusut.

Melihat anaknya gusar seperti itu membuat Inoichi merangkul pundaknya erat, dengan lembut ia berkata "sudah lah, jangan terlalu dipikirkan. Pelan pelan saja kau pasti bisa kok."

Ino tak menjawab, aqua nya hanya menatap ubin koridor rumah sakit itu dengan pandangan kosong.

"Besok kami akan menemanimu mengikuti terapi lagi, jadi jangan takut dan khawatir. Terapi okupansi dan tes kognitif sepertinya paling efektif, namun kau juga harus mengikuti terapi elektrokonvulsi."

"Harus ya? Apa tidak bisa aku mengingatnya sendiri?"

Inoichi tertawa lebar, ia bahkan sampai mengusap wajahnya. "Bisa hime, tapi bukankah lebih baik jika kau konsultasi kan langsung kepada dokter? Kemungkinan kau akan mengingat memorimu kembali sekitar 2 minggu."

Ino menoleh cepat kearah nya. "Benarkah? Apa selama itu?"

Kini hanya sebuah bantingan nafas yang berhasil keluar dari mulut Inoichi. "Ya, maka dari itu tetap semangat ya, cepatlah sembuh hime"

Ino tersenyum pahit, ia memeras ujung bajunya dengan sangat kuat. 'Aku akan berusaha'

.

Dentuman klakson mobil merah yang berada tak jauh dari posisi duduknya membuat gadis bersurai merah itu menengok kearahnya. Merasa asing dengan mobil tersebut, Karin hanya menatapnya sinis lalu mengumpat dalam hati.

Kemudian mata merahnya kembali fokus pada handphone nya. Tak lama terpaku oleh handphone canggihnya tersebut, mata merahnya ia seret kearah pemuda yang tengah berlari kecil kearahnya. Sebuah seringaian tipis mulai menghiasi wajah cantiknya.

"Maaf menunggu, Karin"

"Tsk, kau lama Sasuke."

"Tadi macet jadi aku sedikit mencari jalan memutar"

Karin menghembuskan nafasnya panjang, "Yasudah apa boleh buat,"

Gadis bernama Karin tersebut bangkit berdiri lalu ia berjalan lurus menuju jembatan beton yang menjulang indah itu. Tak sendiri memang, lelaki yang baru saja datang itu ikut menyeret kakinya mengikuti langkah pendeknya.

𝐌𝐢𝐬𝐭𝐚𝐤𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang