Ino menarik diri dari dapurnya yang sudah bersih, ia berniat untuk mengompres kembali tubuh Sasuke setelah ini. Dengan berjalan secara perlahan, ia mulai memasuki kamar pemuda tersebut dengan tangannya yang sudah membawa wadah berisi air hangat.
"Untuk saat ini aku akan mengompres nya dulu. Nanti malam baru pakai plester nya" Tak mengharapkan jawaban dari sang pemuda, Ino mulai memasukkan kain putih kedalam air hangat itu. Memeras nya sebentar lalu menempelkan nya tepat di dahi pucatnya. Sasuke tak bisa menolak, mau bagaimana pun jika ia bergerak maka rasa nyeri menjengkelkan itu tak segan menyerangnya tanpa ampun. Dan Sasuke tak suka itu. Hingga ia akhirnya hanya bisa pasrah.
Setelah selesai menempelkan nya, Ino segera beralih menatap pergelangan tangannya. Sedikit menatapnya kecewa namun ini bukan saatnya ia menyalahkan diri sendiri lagi. Ino menggelengkan kepalanya sedikit, kemudian ia mengambil pergelangan tangan Sasuke secara perlahan. "Sshh, sakit tahu"
"Ah, gomenne aku akan lebih hati hati"
Perlahan namun pasti, kini Ino berhasil mengangkat tangannya walau sedikit. Dengan cepat, ia melepas perban itu menampilkan luka sayat yang cukup dalam, membuat Ino menatapnya miris. Tangannya yang lain meraba meja kecil disamping nya, ia mengambil gel lidah buaya dan mengoleskan nya perlahan ke arah lukanya. Ia tahu Sasuke pasti tengah menahan sakit mati matian saat ini, dilihat dari bibirnya yang ia gigit sangat kuat itu. "Tak apa, setelah ini rasanya sedikit dingin karna ini hanya gel"Dan benar saja, setelah Ino selesai mengoleskan gel tersebut rata, rasa sejuk dan dingin mulai merayap ke pergelangan tangannya. Membuat Sasuke jauh lebih tenang sekarang.
"Biarkan seperti ini dulu. Nanti aku akan memberinya perban lagi." Ino mengambil segelas air dan satu pil obat pereda rasa nyeri serta 3 butir obat penurun panas. "Ini, minumlah"
Sasuke menerima keempat obat tersebut, dengan bantuan Ino ia akhirnya bisa sedikit terbangun dari posisi tidurnya, walau hanya bagian kepalanya saja. Selesai meminum obat tersebut Ino segera menidurkan kembali tubuh pucatnya.
Ino tersenyum lembut, "istirahat saja dulu" Kemudian ia bangkit berdiri dan meninggalkan Sasuke sendirian di kamarnya lagi. Tangannya setia membawa wadah bekas air hangatnya.
Sepi. Sangat sepi. Bukan hanya keadaan sekitar yang sepi, namun juga hatinya saat Ino pergi menghilang dari pandangannya. Entah mengapa ia merasa sangat nyaman diperlakukan seperti itu. Tentu saja, setelah hampir 2 hari dirinya terbelenggu oleh beratnya kehidupan yang ia jalani tanpa ada yang merasa simpati oleh dirinya, kini semua itu terasa mengembun di awang awang. Sangat ringan, walau masalahnya belum selesai tapi setidaknya ia merasa sedikit tenang karena masih ada seseorang yang peduli atas kondisinya. Padahal Sasuke tidak berharap, namun entah mengapa hatinya tidak bisa menolak untuk saat ini.
.
Ino membuka jendela dapur lebar lebar, semilir angin yang masuk tanpa permisi tersebut berhasil membuat mata birunya terpejam rapat merasakan hembusan dinginnya. Hari mulai gelap, matahari yang menjadi pusat perhiasan langit kali itu telah hilang digantikan oleh sang purnama dan teman kecilnya, si bintang. Selang beberapa menit semenjak segumpal angin tersebut berlalu, Ino menatap jauh langit diatasnya.
'Semakin kesini, semakin babak belur dihajar oleh keadaan'
Tangannya mengusap dahinya secara lembut, denyutan rasa sakit dikepalanya mulai terasa kembali. Sesekali ia bersin secara tiba tiba, giginya yang menggigil karena kedinginan membuat Ino kembali menutup jendelanya rapat. Ia mengambil obat flu yang ia sempat tadi siang, segera meminumnya dan memasukkan obatnya kembali ke dalam sakunya.
'Tidak apa. Asal kau melakukan nya dengan ikhlas, kau pasti bisa Ino, semangat!'
Dengan sekali hembusan nafas panjang, ia kembali memutar badannya. Langkahnya membawa tubuh kecilnya kembali menuju kamar sang pemuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐢𝐬𝐭𝐚𝐤𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ」
Teen FictionUcapan... mobil... pohon... ingatan.... ini semua hanyalah kesalahan kan? . . . . Pairing: 「Sasuke U, Ino Y, Gaara S」, 「Naruto U, Sakura H」