Selasa, 23 Juli di gedung Gajoen Tokyo
"Kau yakin ini semua akan berjalan lancar?" Ino mengeratkan cengkeraman di rok putihnya, ia menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan wajah penuh khawatir.
"Kau masih meragukan?" Gaara berjalan mendekat ia mengusap pucuk kepala pirangnya dengan senyum yang sangat tulus. Membuat Ino ikut tersenyum dibuatnya. "Apa boleh buat jika Gaara-kun yang menyatakan nya" Ino menghela nafas panjang ia kemudian memeluk Gaara dengan sangat erat. "Terima kasih atas segalanya" Ucapnya lirih.
"Hn. Seharusnya aku yang berterimakasih"
"Ken-"
"Ekhem!" Ino segera melepas pelukannya, dengan wajah yang sudah sedikit bersemu ia menatap Sakura penuh kejengkelan "maaf mengganggu tapi teman teman yang lain sudah menunggu lho?"
Gaara hanya tersenyum simpul "Ya, maaf merepotkan mu Sakura kami akan segera menyusul"
Setelah menerima jawaban yang sekiranya cukup memuaskan Sakura kembali memutar tubuh, meninggalkan kedua temannya itu didalam ruang tata rias.
.
Beberapa kali Sasuke melirik ke arah jam tangan yang bertengger manis dipergelangan tangannya, rasa degupan kencang yang ia rasakan didadanya itu berhasil membuat seluruh ujung jarinya dingin. Kenapa ia menjadi gugup sekali?
Dengan sekali hembusan nafas, Sasuke berjalan menuju mobil hitamnya. Baju setelan jas biru dongker yang menyelimuti tubuhnya membuat dirinya terlihat jauh lebih keren dan menawan daripada biasanya. Tak membutuhkan waktu lama, kini roda roda hitam itu sudah menggelincir jauh meninggalkan apartemennya. Tidak ada senyuman, hanya wajah datar seperti biasanya. Ia tidak tahu harus bahagia atau kecewa menghadiri pernikahan Ino hari ini. Sudah tentu perasaannya sangat campur aduk sekarang. Bahagia karena Ino sudah menemukan pasangan yang jauh membahagiakan daripada dirinya, kecewa pula karena dirinya telah melepaskan peri kecilnya ke genggaman orang lain. Benar benar ambigu.
Tapi mungkin ini adalah balasan yang ia dapat dari hasil karyanya sendiri. Kesalahan, semua orang punya porsi kesalahannya masing masing kan? Mau marah atau menyangkal takdir pun akan percuma, yang bisa ia lakukan adalah ikhlas dan melepaskan.
Yah, sudahlah cukup berargumen nya sudah saatnya Sasuke bersikap dewasa. Melihat gedung yang ia tuju sudah berada didepan mata, membuat Sasuke segera memarkirkan mobilnya didepan gedung itu. Tanpa basa basi ia berjalan mendekat, tak lupa kado pernikahan yang sempat ia beli sebelum tiba disana kini sudah bersemayam indah dibalik saku jas nya.
Memang, cukup ramai disini namun itu tak membuat Sasuke merasa terganggu ataupun keberatan walau dirinya terlihat sangat tidak nyaman. Seperti ada yang aneh.
Dan yap, sesuai dengan apa yang Sasuke kira. Ia seketika membulat kan kedua matanya sempurna kala kaki jenjangnya mulai memasuki gedung mewah itu. Bukan karena dirinya menatap sang calon pengantin disana, bukan juga karena tempatnya yang sedikit ganjal, namun-
'Kenapa?' batinnya dalam hati.
"Oi Sasuke! Kemari!" Kepala raven nya sontak menengok ke sumber suara. Ia melihat Sakura, Naruto dan yang lainnya tengah menatap dirinya dalam diam. Tak terhindarkan senyuman lebar sang Uzumaki yang merekah itu membuat hati Sasuke menjerit bertanya-tanya.
"Kenapa? Di undangan tidak mengatakan bahwa harus mengenakan baju serba putih?" Sasuke menatap kedua temannya itu dengan pandangan penuh menyelidik.
"Benarkah? Di dalam undanganku ada kok!" Sakura terlihat menerawang sedangkan Naruto hanya mengangguk menyetujui membuat Sasuke semakin mengernyit dalam. "Percayalah dalam undanganku tidak ada. Lagipula, dimana Ino? Kenapa ia tidak ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐢𝐬𝐭𝐚𝐤𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ」
Teen FictionUcapan... mobil... pohon... ingatan.... ini semua hanyalah kesalahan kan? . . . . Pairing: 「Sasuke U, Ino Y, Gaara S」, 「Naruto U, Sakura H」