Wangi harum khas bayi tercium hingga ruang tamu. Jelas saja, ke kedua adik kakak tersebut terus saja kejar-kejaran dari depan rumah hingga ruang tamu. Tidak ada capeknya, padahal baru dua puluh menit yang lalu mereka selesai mandi.
Jika orang dewasa yang melihatnya, mungkin akan terlihat sia-sia. Untuk apa mandi jika kembali berkeringat, tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Al dan El. Yang terpenting adalah kesenangan tidak perduli tubuh mereka kembali kotor.
"Ayo, tata kejal dong" setelah mengatakan hal tersebut El kembali berlari. Melihat kakaknya yang semakin dekat, El menambah kecepatan larinya.
"Hayo, benar lagi kamu ketangkap loh dek" Al terus mengejar adiknya. Sebenarnya jika Al benar-benar ingin menangkap sang adik. Dari tadi pun pasti sudah tertangkap. Karena langkah kecil sang adik akan kalah oleh langkah lebarnya. Tapi, Al hanya ingin menggoda adiknya. Adiknya itu terlihat sangat lucu ketika berlari sambil tertawa.
"Loh, kok malah kejar-kejaran sih ? Keringetan lagi nanti nak. Sudah sekarang berhenti ! Katanya tadi mau nungguin ayah di depan rumah. Kalau kayak gini, bunda telpon ayah supaya pesanan kalian enggak di belikan" mendengar acaman dari sang bunda Al dan El segera menghentikan kegiatan mereka. Mereka berjalan mendekati sang bunda.
"Jangan bunda, ini kakak udah enggak lari lagi. Tadi, adek yang duluan ngajak lari-lari." Al mengatakan hal yang sebenarnya, tadi memang sang adik lah yang mengajak berlari.
"Endak bunda, Tata yang ngajak tadi" El jelas tidak mau disalahkan.
"Bukan, adek duluan yang ngajak"
"Ih... Tata duluan bunda"
"Adek"
"Tataaaaa duluan" seperti tidak akan ada yang mengalah. Keduanya terus saja saling menyalahkan.
"Sudah, sudah sekarang kita ganti baju. Habis itu kita nungguin ayah di depan" Tanpa menunggu jawaban, bundanya langsung menggiring mereka menuju kamar dan segera menggantikan baju keduanya.
Selesai berganti baju mereka berjalan menuju halaman rumah. Baru saja keluar dari pintu, tubuh ayah mereka sudah terlihat. Segera, Al dan El kembali berlomba mendekati yang ayah. Kali ini, Al benar-benar berlari sang adik jauh tertinggal di belakangnya.
Setelah menyalami sang ayah, Al segera mengambil kresek yang dipegang oleh ayahnya. Karena kurang hati-hati, kaki Al tersandung. Tubuhnya terjatuh begitu pula dengan kantung kreseknya.
"Huaaaa" itu jelas bukan suara tangisan dari Al. Tangisan tersebut berasal dari sang adik yang tidak jauh dari tempatnya.
"Sudah, jangan nangis kakak baik-baik aja kok. enggak ada yang sakit loh dek. Kakak kuat kan ? " Bukannya berhenti El malah mengeraskan tangisannya. Al sangat terharu ternyata adiknya sangat mengkhawatirkan keadaannya.
"Huaaa,,, es klim nya jatoh. Tata halus ganti, bunda es klim ku jatuh." Kalau boleh, Al mau masukin adiknya kedalam karung. Ternyata, bukan keadaan Al yang ditangisi oleh adiknya. Adiknya, lebih menyenangi es krim tersebut ketimbang dirinya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
3. El Dan Tata (Completed)
General Fiction(Follow dulu ya) Kisah tetang batita cadel, yang tidak suka dengan nama panggilannya. Punya hobi ngerepotin sang kakak, sangat senang mengadukan kelakuan sang kakak kepada bundanya. Yang membuat siapa aja gemas melihat segala tingkah lakunya. Termas...