Hari pertama kakaknya pergi El merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa. Segala sesuatu dapat dirinya kuasai tanpa harus adanya perebutan terlebih dulu.
Tapi ketika hari semakin sore, entah mengapa tiba-tiba saja suasana hatinya terasa hampa. El merasa sangat kesepian. Saat makan, rasanya sangat sepi, jika biasanya El akan berebut dengan sang kakak untuk disuapi tapi ini, El hanya memandang makanya dengan tidak berminat.
Saat bermain pun begitu juga, jika tadi dia begitu bersemangat tapi sekarang berubah. Rasanya seperti ada yang hilang. Karena biasanya sang kakak lah yang akan menemaninya bermain.
El berjalan menuju kamar kakaknya, membuka pintu lalu masuk kedalam. Rasanya sama, malah didalam kamar ini sangat sepi sekali, jika bisanya mereka dia akan ikut tidur sang kakak. Tapi kali ini ia tidak bisa melakukannya. Haruskah El tidur sendiri disini. Pasti rasanya akan terasa sangat berbeda.
El kembali berjalan menuju ruang tengah, biasanya jika sore menjelang seperti ini mereka akan main mobil-mobilan. Biasanya mobil-mobilan mereka akan membereskan kemana-mana. Lalu setelah itu bundanya akan datang dan menyuruh mereka untuk membereskannya. Tapi kali ini siapa yang akan membantu El membereskan mobil-mobilan itu. Masa harus dia sendiri. Rasanya El ingin menangis agar kakaknya pulang.
El kembali berjalan menuju halaman rumah. Biasanya kalau sore sembari menunggu ayahnya pulang mereka berdua akan bermain bola bersama. Walau pasti di marahi bundanya tapi mereka berdua akan tetap bermain bola. Terus masa sekarang hanya El saja yang dimarahi, ah pasti tidak akan seru.
Air mata El akhirnya keluar juga, dia benar-benar merindukan kakaknya. Kalau tahu akan seperti ini lebih baik El ikut dengan kakaknya. Atau El mencegah kakaknya pergi. Karena ternyata setelah hari tanpa kakaknya membuat El merasa hampa.
"Tata pulang dong" El menangis sendirian. Enggak apa-apa asal jangan ada yang lihat nanti dia malu.
"Tata pulang, jangan lama-lama" El kembali berbicara seolah-olah kakaknya ada dihadapannya.
"Pokoknya halus pulang" kembali air matanya terus menetes.
"Adek" El seperti mendengar suara kakaknya betulkah itu.
"Adek kok nangis kenapa ?" Benar ternyata kakaknya ada dihadapannya sekarang. Sepertinya kakaknya datang bersama sang ayah. El segera memeluk kakaknya dengan erat.
"Adek kenapa ?" Kembali kakaknya bertanya tapi El tidak berniat untuk menjawab.
"Mana oleh-oleh" sebenarnya El hanya malu mengungkapkan rasa kangennya. Hingga hanya oleh-oleh saja yang dia ingat.
"Maaf, kakak enggak jadi pergi. Tadi kakak ikut ayah ke rumah sakit. Soalnya Oma Opa di sana lama banget jadi kakak enggak jadi ikut deh." Jadi kakaknya tidak jadi pergi dan malah membuatnya tidak bersemangat setengah hari ini. Tahu seperti itu sudah pasti El akan merengek kepada sang bunda agar bisa pergi ke tempat kakaknya. Tapi ya sudah lupakan saja.
"Tata ayo main" lebih baik main dari pada sedih-sedihan kayak tadi.
"Eh, udah sore ayo masuk mainnya di dalam rumah saja." Yah, akhirnya kedua kakak beradik itu pergi mengikuti ayahnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
3. El Dan Tata (Completed)
Ficção Geral(Follow dulu ya) Kisah tetang batita cadel, yang tidak suka dengan nama panggilannya. Punya hobi ngerepotin sang kakak, sangat senang mengadukan kelakuan sang kakak kepada bundanya. Yang membuat siapa aja gemas melihat segala tingkah lakunya. Termas...