Kemarin sore sang tante kesayangan El pulang ke rumah. Namun kali ini dia tidak datang sendirian. Sang tante ditemani oleh seekor anak kucing yang sangat lucu. Tantenya bilang kucing itu dia dapat dari salah satu teman kampusnya.
" Namanya sapa ya ?" El sangat gemas dengan anak kucing tersebut, inggin rasanya kedua tangan kecilnya ini memegang kucing tersebut. Namun sayang, anak kucing itu sepertinya takut kepadanya.
"Namanya Mimi aja" tiba-tiba Al, sang kakak kesayangan menyahut. Tapi El rasa tadi dirinya hanya berbicara sendiri saja, dan El juga tidak meminta pendapat sang kakak.
"No, jelek. Lala aja bagus" pokoknya yang berhak memberikan nama kepada kucing tersebut hanya dirinya saja.
"Ih... Mimi bagus yang besarkan Momo nah yang kecil harus Mimi" El memandang Al dengan kesal. Dapat dari mana aturan tersebut. Jelas saja dirinya tidak akan pernah menerima pendapat kakaknya.
Sepertinya perdebatan diantara mereka tidak akan selesai begitu saja. Bahkan sekarang kedua kakak beradik itu saling berteriak. Hal itu jelas mengundang Airin, kebetulan sekali jarak mereka tidak terlalu jauh. Jadi sedari tadi Arin mendengar perdebatan mereka. Bukannya, melerai Arin hanya membiarkan begitu saja. Inilah yang selalu dia rindukan ketika sedang tidak ada di rumah.
Tapi jika tidak dihentikan sudah dapat dipastikan salah satu diantara mereka pasti akan ada yang menangis. Bahkan lebih parahnya keduanya akan menangis, mengapa membayangkannya saja membuat kepalanya sakit.
"Adek sama kakak lagi apa sih" El langsung berlari kearah tantenya. Di situasi yang sulit ini El harus mendapatkan dukungan.
"Tata nakal, masa namanya Mimi jelek Tante. Aku Ndak suka" entah mengapa melihat wajah sang adik Al merasa begitu sangat sebal. Sok imut banget sudah bagus namanya Mimi. Masih saja tidak terima.
"Masa kasih nama Mimi aja nakal sih Teu, nakal mana sama yang ngasih nama Lala kan kasihan nanti, Momo pasti enggak akan mau ngajak main Lala" mendengar jawaban keponakan nya Arin merasa tidak ada yang nyambung sama sekali. Tapi, namanya anak kecil jadi Airin maklumi saja.
"Sudah-sudah karena Tante yang mengadopsi jadi hanya Tante yang berhak memberikan nama" ini hanya jalan satu-satunya agar kedua anak tersebut berhenti berdebat.
"Adopsi itu apa Teu" kini kedua keponakannya memandang Airin dengan penasaran. Kata adopsi terdengar sangat asing ditelinga mereka.
"Adopsi itu, pokoknya karena Tante yang bawa kucing ini ke rumah jadi Tante yang berhak ngasih nama." Al sudah akan menjawab tapi Airin kembali berkata.
"Mulai sekarang nama anak kucing ini Lami. La nya dari kata Lala dan mi nya dari kata Mimi adil kan" kedua kakak beradik itu hanya diam.
"Jelek" entah itu memang ikatan batin atau apa, Al dan El berbicara dengan kompak. Setelah itu mereka berdua meninggalkan sang Tante begitu saja.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
3. El Dan Tata (Completed)
General Fiction(Follow dulu ya) Kisah tetang batita cadel, yang tidak suka dengan nama panggilannya. Punya hobi ngerepotin sang kakak, sangat senang mengadukan kelakuan sang kakak kepada bundanya. Yang membuat siapa aja gemas melihat segala tingkah lakunya. Termas...