19. SAKSI MATA

16 5 1
                                    

"Hiks...Hiks...Hiks..."

Rangga yang baru saja menginjakkan kaki di lantai Rooftop tiba-tiba mendengar suara tangisan, Ia tiba-tiba teringat Airin Ia pun langsung menghampiri sumber suara dan melihat Airin yang masih terduduk sambil menangis.

"Rin kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Rangga panik

"hiks....hiks....hiks..." Airin masih saya menangis


"dengerin ini baik-baik. Gue bakal buat Lo tersiksa dengan perasaan sepihak Lo ke gue"


Ucapan Raka terus terngiang-ngiang dikepalanya, entah kenapa Ia merasa sangat sakit Ketika mendengar perkataan tersebut

"kenapa bisa sesakit ini sih" Batin Airin

"Airin..."

Rangga memeluk Airin untuk menenangkan gadis tersebut

"hiks...hiks...hiks..."

"sstttt udah jangan sedih lagi ya, ada saya kok"

"hiks.... hiks...."

"Huft...." Rangga menghembuskan nafas berat, sejujurnya ia tidak suka Ketika melihat perempuan menangis

.

.

.

Beberapa menit berlalu, tangisan Airin mulai mereda meskipun masih sesegukan

Rangga melepaskan pelukannya, menatap Airin kemudian mengusap jejak air mata yang ada dipipi gadis tersebut, setelah itu Rangga tersenyum lalu menuntun Airin untuk berdiri.

"udahh ya nangisnya"

"Huft..." Airin menghembuskan nafas beratnya

"sekarang aku antar pulang ya? Udah mau larut"

Airin menganggukkan kepalanya yang tertunduk

Rangga tersenyum "udahh ahh jangan sedih lagi, itu lendir dari hidung kemana-mana loh"

Airin melebarkan matanya kemudian membersihkan wajahnya yang berantakan

"pft... saya cuman bercanda AHAHAHAHAHAHA" Rangga tertawa terbahak

"isshh Pak ngeselin banget sih" Ucap Airin sambil menatap tajam Rangga

"ohoooo ada yang udah berani sama bossnya ya.." Ucap Rangga berniat menggoda Airin

"ehhh" Airin membulatkan matanya "ma..maaf pak, saya ngak maksud gitu" Ucap Airin sambil menundukkan kepalanya

Rangga terkekeh "ngak ahh, saya bercanda kok, 2-0 berarti" Kemudian Ia tertawa

Airin menatap sebal Rangga "ahh tau ahh, bapak nyebelin" Airin berjalan meninggalkan Rangga

"eheyyy tungguin saya" Rangga berjalan menyusul Airin lalu menggandeng tangannya "dan ingat jangan panggil saya pak atau bapak kalau diluar pekerjaan, kamu bukan anak saya sampai harus manggil-manggil saya bapak"

tanpa Airin sadari dirinya dan Rangga berjalan sambil sesekali mengayunkan tautan tangan mereka layaknya orang yang sedang berpacaran.

Airin terkekeh "panggil big boss aja gimana?"

Kening Raka mengkerut "big boss? Kamu fikir saya Mafia?"

"hmmm kalau gitu... Sir?"

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang