Prolog

647 42 0
                                    

Aku memperhatikan Yara, membaca ekspresi wajahnya, jangan sampai kejadian kemarin terulang lagi. Sakit rasanya melihat Yara meraung raung sambil memukul dirinya sendiri.

Yara menatapku yang didepan pintu, lalu menggelengkan kepalanya. Ya Tuhan kenapa lagi? Kenapa usaha kami belum juga membuahkan hasil? Kenapa usaha kami tidak pernah dilihat olehmu?

Matanya berair tak sanggup berdiri, Yara menjatuhkan dirinya ke lantai sambil memegang dadanya. Apakah kejadian kemarin terjadi lagi Tuhan?

"Aku gagal ya, sayang? Aku gagal kan? Kenapa gagal terus? Kenapa? Apa aku tidak pantas? Aku harus merubah diriku seperti apa?" Yara terdiam selama beberapa detik lalu menatapku dengan intens. "Aku merasa gagal menjadi seorang istri. Aku merasa gagal menjadi seorang wanita. Dikepalaku selalu ada pertanyaan kenapa? Apa yang salah? Apaa?" ucapan Yara itu yang tidak bisa aku jawab karena aku pun berpikir demikian, apa yang salah dariku?

Yara memeluk kakinya lalu berteriak dengan kencang serta seluruh tubuhnya bergetar hebat, teriakan, isakan tangisan memenuhi rumah kami. Aku menjatuhkan diriku ke lantai untuk menemui Yara disebelah sana. Dia kaget lalu menghampiriku lalu memukulku tepat di lengan. Dia khawatir. Dia tidak suka hal itu.

"Aku udah bilang jangan suka jatohin diri kamu sendiri!" Aku memeluk dirinya lalu tangisnya pecah. Mulutnya tak berhenti dengan kata kenapa. Tangannya juga semakin kencang memukul dadanya. Aku mengambil tangannya dengan kencang aku genggam agar tak menyakiti dirinya lagi.

"Stop, Yara. Aku gak suka kamu pukul diri kamu sendiri. Aku mohon aku gak kuat lihat kamu begini. Maaf, maaf, sayang."

Tangannya begitu kuat meronta ingin dilepas dari genggamanku, tapi aku tau jika aku lepas dia akan kembali memukul dadanya.

Setelah beberapa menit Yara mulai reda tangisannya. "Maaf, sayang. Karena kamu menikah denganku kamu jadi seperti ini. Ini karena aku bukan karena kamu, gak ada yang salah dari diri kamu, sayang."

Yara menangkup wajahku lalu mencium bibirku dengan lembut. Ditempelkannya dahinya didahi ku. "Kita sama sama berjuang kan? Kamu gak akan tinggalin aku karena ini kan Andi? Kamu akan tetap disini sama aku kan? Jangan tinggalin aku, aku takut."

"Aku akan selalu disini, aku untuk kamu selamanya. Jangan pikirin hal aneh, kamu harus bahagia gak boleh stress."

"Seharusnya aku yang takut kehilanganmu tapi ternyata kamu lebih takut kehilangan laki laki cacat sepertiku. Bahagiaku cukup denganmu karena aku cuma punya kamu."

Aku mencium bibirnya, "Aku cinta kamu."

***

YEAYYYY SEQUEL ANDI DAN YARA!!!!

SELAMAT MEMBACA TEMAN2❤️✨

Ini dipublish tepat dihari ulang tahun aku.

29 November 2020.

SonaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang