Menangis Dahulu Mengambil Hikmah Kemudian

20 3 3
                                    


"Hikmah hanya datang pada orang yang siap menerimanya".

Itulah sebuah kalimat yang pernah saya baca entah di buku yang mana. Saat saya membacanya, kalimat itu terasa dalam sekali maknanya.

Biasanya ketika sedang membaca buku dan menemukan kalimat-kalimat dengan makna yang dalam saya selalu mencatatnya, tapi kali itu lupa.

Sepertinya memang tidak sedang dalam kondisi mudah mengakses buku catatan.

Sebagaimana kita tahu, masalah, musibah, bencana alam, kerugian, kecelakaan, atau segala jenis kemalangan lainnya, selalu membawa hikmah bagi yang mengalaminya.

Tidak hanya bagi yang mengalaminya, hikmah bisa juga dirasakan oleh orang yang menjadi saksi, atau orang yang hanya mendengar ceritanya.

Dan khusus bagi orang-orang yang mengalaminya, hikmah dari musibah atau kemalangan akan membawa nilai-nilai dan pemikiran baru dalam hidupnya, atau yang biasa kita sebut sebagai pencerahan.

Seseorang yang bisa mengambil hikmah dari sebuah masalah, biasanya akan terjadi perubahan dalam dirinya.

Berubah penampilannya, berubah kecenderungannya, berubah pola pikirnya, atau perubahan-perubahan lainnya.

Hikmah punya beberapa arti. Dalam Lisan al-Arab, Ibn Manzhur menyebut hikmah itu al-qadha, artinya memutuskan.

Sedang di al-Mu'jam al-Wasîth, hikmah berasal dari kata hakama, bermakna melarang atau menghalangi (mana'a). Hukum itu dikatakan tegak jika menghalangi seseorang berbuat kezhaliman.

Dalam Mafhum al-Hikmah fi al-Da'wah, Dr. Shaleh ibn Abdullah ibn Humaid menjelaskan, kata al-hikmah berasal dari kata al-hakamah. Yaitu tali kekang binatang yang dengannya orang bisa mengendalikan hewannya sesuai dengan keinginannya. Diharapkan, dengan hikmah, orang itu bisa terkendali dari akhlak-akhlak yang tidak terpuji.

Kata hikmah juga didapati dalam al-Qur'an. 


Sebut misalnya, "Dan yang telah diturunkan kepada kalian dari kitab dan hikmah untuk memberikan nasihat dan pengajaran kepadamu," (QS. Al-Baqarah [2]: 231). Hikmah di sini bermakna nasihat, seperti dikatakan ar-Razi mengutip pendapat al-Muqatil. (Tafsir Mafatih al-Ghaib).

Hikmah juga bermakna pemahaman. Seperti ditunjukkan dalam ayat: "Dan Kami memberikan al-hikmah (pemahaman) kepadanya (Yahya) ketika dia masih kecil." (QS. Maryam [19]: 12).Dan masih banyak pengertian hikmah lainnya.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hikmah bisa berarti kebijaksanaan, manfaat dan makna yang dalam. Jika sesuatu dikatakan berhikmah, maka artinya sesuatu itu berguna atau mengandung manfaat.

Hikmah akan datang setelah sesuatu ada atau terjadi.

Tapi bisa mengambil hikmah dari sesuatu itu seringkali bukan hal yang mudah. Ada proses yang biasanya membutuhkan waktu dan melibatkan berbagai macam emosi.

Misalnya, hikmah dari kita kehilangan harta dalam seketika melalui musibah kebakaran adalah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur dan gemar bersedekah.

Sebelum akhirnya kita mengikhlaskan semua yang hilang dan bisa menerimanya sebagai pelajaran dan mengambil hikmah yang di dalam peristiwa kebakaran itu, pasti sebelumnya ada perasaan takut, marah, kecewa, dan sebagainya.

Perasaan takut, khawatir, marah atau kecewa adalah sesuatu hal yang manusiawi, tidak bisa diingkari karena ada dalam diri kita.

Sebagaimana Allah mengatakan bahwa,

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155)

Tapi, kemudian Allah meminta kita untuk bersabar, tidak berlarut-larut dalam emosi yang akan merusak.

Sabar juga bukan sebuah hal yang mudah, memang mudah diucapkan, tapi sulit sekali dilakukan. Makanya dalam ajaran Islam, sikap sabar itu banyak sekali keutamaannya, salah satunya adalah Surga.

Allah menjanjikan surga untuk orang-orang sabar (QS Ar Ra'd : 22-24).

Setelah kita bisa melewati musibah dengan kesabaran, selanjutnya kita akan berserah (tawakkal).

Menyerahkan sepenuhnya diri kita kepada apapun kehendak Allah.

Lalu atas kasih sayang Allah, situasi berubah, menjadi lebih baik tentu saja.

Dan perasaan kita juga berubah, semua emosi yang pernah kita alami saat kejadian itu hilang, berganti dengan pelajaran, kebijaksanaan, dan rasa syukur.

Maka, bisa dipastikan saat itulah, saat kita siap menerima hikmah.

Tentu proses setiap orang bisa mengambil hikmah juga berbeda-beda. Ada yang hari itu juga, ada yang butuh waktu seminggu, ada juga yang butuh berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Tidak bisa disamaratakan.

Makanya, ketika kita sedang menemani seseorang dalam kemalangan, kita tidak bisa memintanya segera untuk tidak takut, tidak khawatir, tidak mengeluh atau tidak menangis.

Semua emosi itu ada dalam dirinya, jangan dikekang. Emosi yang ditahan dan tidak dikeluarkan akan hanya akan menumpuk, suatu saat akan keluar dengan membawa akibat yang lebih buruk.

Maka, biarkan ia berkeluh kesah dan menangis bahkan jika harus sampai meraung-raung..

Sebagai saudara atau teman yang baik, kita hanya perlu menemaninya dan mendoakannya agar Allah memberi kesabaran.

Nanti, ada saatnya dia berhenti menangis, lalu berserah, dan selanjutnya mengambil hikmah dari semua yang ia alami. Entah kapan.

Salam SayangUmmu Hafsah

Self Love and MotivationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang