Tahu Dean Schneider tidak? Seorang pria Swiss berusia dua puluh delapan tahun, yang mendirikan suaka hewan Hakuna Mipaka di Afrika Selatan.
Beberapa hari lalu dia membagikan beberapa foto masa kecilnya. Kalau tidak salah ada tiga foto, yang satu saat dia balita, satu lagi saat usia sekitar enam tahun, dan satunya lagi terlihat seperti ia menjelang remaja.
Persamaan dari ketiga foto tersebut adalah, dalam ketiganya, Dean terlihat sedang memeluk boneka Singa.
Lalu coba kita tengok aktifitas Dean di channel youtubenya, anda akan merasa luar biasa jika melihat apa yang dilakukan Dean saat ini.
Dia merawat banyak hewan liar Afrika Selatan di Suaka Hewan yang didirikannya, dan salah satunya adalah sekawanan singa atau yang biasa dia sebut The Pride.
Rupanya, selain Dean mencintai singa-singa tersebut, kawanan binantang liar itu juga sudah menganggap Dean sebagai bagian dari keluarga mereka.
Dean bercengkerama dengan binatang-binatang buas tersebut seperti layaknya bercengkrama dengan manusia saja. Memeluk singa seperti memeluk kekasih hati yang dicintainya.
Tapi Dean memang pria yang penuh cinta, terutama kepada hewan-hewan yang dipelihara dan dilindunginya. Pantas saja, cintanya telah ia pupuk sejak belia.
Saat usia dua puluh enam tahun, karena cinta yang sudah tak dapat ditahan lagi, ia menjual seluruh harta kekayaannya, meninggalkan kemapanan dan kemewahan, lalu memilih hidup bersama hewan-hewan liar jauh di pedalaman Afrika Selatan.
Padahal, saat itu Dean adalah seorang perencana keuangan yang sukses sekali di tempat asalnya.
Memang begitulah cinta, kemanapun kita pergi, dia akan selalu menghantui. Eh salah, kok menghantui sih, mengiringi mungkin lebih tepat ya.
Kemanapun kita pergi, apapun yang kita lakukan, cinta yang begitu dalam terpendam akan selalu hadir mewarnai hari. Bahkan, bisa menjadi alasan kita merubah arah jalan dan tujuan.
Seperti cinta saya kepada buku.
Berawal dari nenek saya yang punya banyak sekali buku. Saya jadi mencintai buku.
Buku-buku nenek, waktu itu saya tidak bisa baca, karena semuanya menggunakan aksara Arab gundul, selain itu buku-bukunya juga tidak menarik hati saya yang waktu itu masih usia kanak-kanak. Bagaimana tidak, hampir semua covernya berwarna kuning atau krem.
Tapi, sejak saat itu saya jadi punya mimpi memiliki koleksi buku saya sendiri. Biar saja kalau orang lain bermimpi punya berbagai macam harta dan pusaka, saya hanya ingin punya harta karun pustaka.
Tapi, rupanya bukan hal yang mudah. Orang tua saya datang dari keluarga menengah ke bawah. Jangankan membelikan anak buku, membeli beras untuk makan saja ibu saya harus menjadi kuli cuci dulu.
Makanya saya hanya bisa memendam saja cinta ini. Sambil terus berharap mimpi-mimpi dapat terwujud suatu hari nanti.
Di sekolah dasar, saat-saat yang paling membahagiakan adalah saat pembagian buku paket pelajaran, yang dilakukan setiap awal caturwulan.
Semua buku-buku pelajaran selalu saya rawat dengan baik, setelah digunakan ditaruh di tempat paling aman, dilap secara berkala agar tidak kusam karena debu.
Lalu saat saya remaja, kakak sulung perempuan saya menikah, dengan seorang pria yang memiliki apa saya impikan. Almarhum kakak ipar saya adalah pecinta buku juga.
Buku-buku berjejer di lemarinya, setiap pekan dia beli buku baru untuk menambah koleksi. Iri sekali rasanya.
Saya sempat pinjam satu dua untuk dibaca, tapi karena pernah menghilangkan satu buku, saya berhenti meminjam. Tidak enak sekali rasanya.
Lagipula selera bukunya jauh berbeda dengan saya. Ya iyalah, selera bapak-bapak, hehe.
Tapi, tahu tidak apa yang sudah Allah persiapkan untuk saya yang sekian lama mencinta tanpa daya ini?
Jodoh.
Ya, jodoh. Seseorang dengan banyak koleksi buku, sekaligus daftar harganya.
Ternyata jodoh yang sudah Allah persiapkan untuk saya adalah pedagang buku. Pemilik toko buku, dimana saya pernah menjadi karyawan selama satu bulan.
Rupanya, bos saya, si pemilik toko buku, alias suami saya sekarang, jatuh cinta pada saya karena begitu telaten mengurus buku-buku dagangannya.
Dia melamar saya setelah satu bulan bekerja. Tentu saja saya terima lamarannya, sudah kadung cinta pada buku-bukunya. Tapi, perlahan-lahan jatuh cinta juga pada orangnya.
Kini cinta saya sudah tersampaikan, Alhamdulillah.
Seperti Dean yang sekarang hidup dengan singa-singa kesayangannya, saya juga hidup dengan tumpukan buku-buku kesayangan saya.
Makanya, jangan menyerah pada cintamu ya. Kamu pasti bisa mewujudkannya.
Salam sayang
_Ummu Hafsah_
#catatanummuhafsah
KAMU SEDANG MEMBACA
Self Love and Motivation
Non-FictionRasa sayang pada diri sendiri adalah obat plaing manjur. _Theodire Isaac Rubin