Al-Ghafur, adalah salah satu nama Allah dalam Asmaul Husna. Yang artinya Allah Maha pengampun. Akar katanya adalah ghafara ( غفر ) yang dalam bahasa Arab klasik, memiliki pengertian sebagai menutupi, menyelubungi, menyembunyikan, memaafkan, meluruskan, dan melindunginya dari kotoran.
Al Ghafur juga dapat diartikan sebagai rahmat Allah untuk menutupi dosa hamba-hambanya. Allah menyebut kata Al Ghafur sebanyak 91 kali dalam Alquran, salah satunya dalam surat Al-Fath ayat 14. Allah berfirman: "Dia memberi ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Fath: 14)
Ada satu lagi, nama Allah dalam Asmaul Husna yang memiliki arti yang sama, bahwa Allah Maha Pengampun, yakni Al-Ghaffaar. Seperti yang bisa kita lihat dalam QS Nuh ayat 10 yang berbunyi, "Lalu aku katakan kepada mereka, "Wahai kaumku, mintalah ampunan kepada Rabb kalian dengan bertobat kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha pengampun atas dosa-dosa orang yang bertobat kepada-Nya dari hamba-hamba-Nya."
Maha Pengampun dalam ayat tersebut di atas bentuknya adalah ghaffaaran.
Meskipun berasal dari akar kata yang sama, Al-Ghafuur dan Al-Ghaffara memiliki makna yang berbeda. Ghaffaara memiliki makna 'banyak' dan 'berulang'. Yang artinya Allah mengampuni dosa-dosa manusia secara berulang-ulang.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam keadaan memiliki potensi untuk bisa berbuat baik, juga buruk. Imannya naik turun, yang menyebabkan, ada saatnya ia taat, tetapi ada juga saat ia lalai. Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan dosa atau kesalahan.
Terkadang, meski telah bertaubat dan menyesali kesalahan, tak menutup kemungkinan bahwa manusia akan mengulangi hal yang sama. Namun, alangkah beruntungnya kita sebagai hamba, karena Allah Maha Mengampuni perbuatan-perbuatan dosa bahkan ketika kita tak henti-henti melakukannya—tentu dengan syarat jika kita sungguh-sungguh bertaubat dan memperbaiki diri.
Allah Maha Tahu, bahwa setiap manusia menusia memiliki potensi untuk menjadi taat/baik. Namun menjadi hamba yang baik dan taat membutuhkan proses yang terkadang amat panjang, karena itu, Dia berkehendak memberi kesempatan berulang-ulang. Selama hayat masih dikandung badan, selama rezeki masih ada dan ajal belum tiba, selama kita bertaubat dan mengakui kesalahan, Allah akan mengampuni dan tetap memberi kita kasih sayang-Nya.
Lalu, bagaimana dengan cara kita melihat diri sendiri hari ini?
Ketika diri kadung melakukan kesalahan dan merasakan penyesalan mendalam, mampukah kita memaafkan dan memberi kesempatan sekali lagi? Lalu, jika melakukan kesalahan lagi, akankah kita memaafkan dan memberi kesempatan yang lain?
Mengapa hanya karena satu kesalahan kita terus menghukum diri sendiri dan enggan memberinya kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya? Padahal Allah saja berkenan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita, secara berulang-ulang.
Dan juga, mengapa kita begitu mudah menyerah, padahal hanya baru mengalami satu atau dua kegagalan saja? Mengapa membatasi pikiran bahwa ikhtiar kita telah sampai pada ujungnya? Padahal bumi begitu luas dan karunia Allah begitu banyak. Jalan-jalan untuk meneruskan perjuangan (akan kebaikan) juga masih luas terbentang.
Salam sayang
quu_anfusakum
KAMU SEDANG MEMBACA
Self Love and Motivation
No FicciónRasa sayang pada diri sendiri adalah obat plaing manjur. _Theodire Isaac Rubin