Belenggu Itu Bernama Rasa Bersalah

41 4 3
                                    


Ada yang membuat tulisan curahan hati tentang dirinya yang ingin sekali bunuh diri.

Dijelaskan  dalam tulisan tersebut, bahwa authornya memiliki perasaan bersalah yang amat sangat dan juga ada kejadian traumatis di masa lalu.

Lalu banyak yang berkomentar. Ada yang peduli, ada yang menasehati, ada juga yang mengolok-olok.

Salah satunya komentar seperti ini,“Bunuh diri karena putus cinta? Wkwkwk” katanya.

Membaca komentar tersebut saya jadi emosi sendiri, saya bahkan jadi menyalah pahami komentator lain.

Itu yang berkomentar mengejek membaca tulisan dengan utuh atau tidak?

Kalau kamu tidak mengerti situasi orang lain, lebih baik diam, jangan komentar yang justru menyakiti lebih dalam

Ketahuilah, bukan hal mudah mengatasi diri sendiri dengan masalah perasaan bersalah ini.

Saya pernah di posisi itu.

Perasaan bersalah yang begitu dalam, bisa menjadi sebuah belenggu di hati.

Menahan kaki kita untuk melangkah, menghalangi pandangan kita untuk melihat dunia.

Menghilangkan rasa percaya diri, membuat diri kita merasa tidak layak bahagia, tidak layak dicintai. Tidak layak untuk tetap hidup.

Dalam kondisi seperti ini, bukan hal mudah mencintai diri sendiri, jauh lebih mudah mencintai orang lain, jauh lebih mudah memaafkan orang lain.

Saya butuh bertahun-tahun untuk mengatasi ini.

Tidak selalu ada orang yang bisa diajak bicara. Bicarapun, terkadang dianggap mengada-ada,  dikatakan lebay (berlebihan), cemen, lemah, sakit jiwa.

Padahal sesungguhnya yang mengatakan semua itu tidak mengerti, dan  menolak untuk mengerti.  Mereka hanya peduli pada diri sendiri.

Setiap orang berhak mendapat kesempatan untuk lebih baik.

Dan kamu, berhenti menjadi manusia toxic!.

Salam Sayang
_Ummu Hafsah_
#CatatanUmmuHafsah #CurhatUmmuHafsah

Self Love and MotivationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang