Surga istri dua puluh ribu rupiah

0 0 0
                                    

Judul : Surga dua puluh ribu rupiah
Jumlah kata: 1161
#kisahnyata

Cerita ini adalah kisah nyata yang sudah pernah saya publis lima tahun lalu.Namun, waktu itu tulisannya masih sangat berantakan sehingga ceritanya saya benahi ulang tanpa merubah esensi ceritanya.

Seperti kebiasaan saya sekeluarga kala itu, setiap akhir pekan kami melakukan belanja mingguan. Kami berbelanja di sebuah gerai Superindo yang ada dalam perumahan komplek tempat kami tinggal.

Kereta troly yang saya dorong memang sudah penuh dengan hasil belanja mingguan saat kami melewati barisan rak biskuit. Keadaannya, waktu itu memang supermarket itu sedang dalam renovasi. Mungkin karena ini juga rak biskuit itu tersusun amat sangat rapat dan berdesakan.

Belum lagi para pengunjung yang lumayan ramai memenuhi supermarket tersebut layaknya kami sekeluarga yang juga melakukan kebiasaan belanja di akhir pekan. Hal yang membuat saya agak sedikit tidak leluasa mendorong troly belanjaan dalam kondisi yang demikian.

Saya yang sering melihat kondisi yang sama hampir di semua super market di Indonesia, sejujurnya merasa kesal. Sepanjang pengetahuan saya di Eropa, di Jerman tepatnya pihak management supermarket meng-hire sejenis EO atau pekerja lepas setiap bulan extra untuk mengurus masalah ini. Sehingga penyusunan rak tidak menjadi terlalu penuh atau berdesakan. Selain itu mereka memang memilih dan meletakkan harga dengan benar sesuai promosi yang berlaku. Jadi tidak akan ada prank ala YouTuber di depan kasir yang kamu harus malu mengembalikan barang karena harga yang tertera saat mengambil dengan harga saat mereka input berbeda, tak ada semua itu. Hak customer begitu dihargai undang-undang yang berlaku. Hal tersebut juga berlaku untuk mengecek kadar kadaluarsa pada masing-masing produk, sehingga semua produk yang waktunya mendekati expired akan segera disingkirkan. Entah itu menjadi produk sale mingguan atau di kembalikan ke pusat distributor.

Bagaimana saya bisa tahu semua itu? Saya dulu pernah sekali, ikut teman kerja lepas sebagai mahasiswa di era saya masih miskin di jamannya. Saat saya syuting simple life bersama Paris Hilton. Jadi saya tahu pasti apa yang saya bicarakan.

Di Indonesia saya tidak tahu apakah ada sejenis yang demikian? Tetapi karena sering melihat mba-mba dan mas-mas pekerja supermarket sendiri yang melakukan itu, maka bisa saya simpulkan hal itu tidak terjadi dengan baik. Kenapa? Ya karena berbeda, ketika anda meng-hire tim khusus mereka melakukannya dengan keilmuan marketing khusus pula. Juga karena dibayar untuk melakukan hal itu bukan bagian dari desk job yang bekerja disana.

Di Indonesia, pelanggan atau customer harus jeli sendiri, harus siap memastikan dan mengecek sendiri dengan teliti semua hal termasuk tanggal kadaluarsa. Bahkan pakai embel-embel, 'barang yang sudah dibeli tidak boleh di kembalikan!'
Sunda people bilangnya "pabalatak!"

Susunan rak yang terlalu penuh itu juga yang menyebabkan  tanpa sengaja, kelingking saya menyenggol Sarie regal di sebelah bungkus Sarie Roma. Semula memang saya mempertimbangkan untuk mengambil biskuit itu untuk anak saya. Namun karena saya ragu maka jatuhlah sebungkus Sarie Regal itu. Dia tidak jatuh dengan mengenaskan, dia jatuh dengan sangat elegan. Sehingga dengan santai dan penuh kelembutan pula saya letakkan itu sebungkus Sarie Regal pada Regal. Regal itu bahasa Jerman berarti rak pemirsa, saya merasa bak menjodohkan dia. Intinya saya mengembalikannya pada habitat si Sarie di rak semula.

"Ambil Momski!" ujar suami saya mengagetkan saja.

"Apa?" tanya saya bingung.

"Sarie Regal itu ambil masukin ke troly!" perintah suami saya kembali.

"Buat apa?" tanya saya semakin polos.

"Gak ah  dua puluh ribu pun gak ada yang suka!" bantah saya cuek bebek melenggang sempurna ke depan.

"Ambil, itu udah jatuh dan pasti udah ada yg patah!" perintah suami saya kembali. Okey, kali ini suaranya sudah agak naik berapa oktaf mungkin sejenis suara mami Berta si pengajar nada.

Intermezo pemirsa, saya ini bukan sejenis istri yang senang membantah suami. Catat baik-baik, tapi memang pada dasarnya karena saya mungkin besar dan tumbuh di eropa sehingga berargumen atau budaya berpendapat menjadi bagian dari kebiasaan yang sangat amat wajar.

"Buat apa sih yah..saya gak suka Sarie Regal ini tuh cuma menang merek, harganya gak masuk akal lebih dari dua puluh ribu, dan porsinya kebanyakan!  Kalau saya mau beli Sarie ya, if i wanna some, saya mending beli Sarie susu gandum Roma itu buat adek. Selain karena kandungan gandum itu lebih sehat lebih enak, harganya juga masuk akal!" oceh saya sok pinter panjang lebar

"Ambil bayar!"kata suami saya lagi. Nadanya sudah bukan oktaf tapi ngegas motor Ducati.

Saya manyun lah! Mana bisa Agnes Monica, dibentak? Drama.

"Ayah gak mau ya Momski merugikan orang lain ... Ayah gak mau ya hanya karena cuma dua puluh ribu rupiah, banyak banget nanti pertanyaan malaikat pada ayah di akherat!" ucap suami saya lagi dengan tenang. Cool calm and confidence.

"Loh, Momsky, kan tidak merugikan orang lain? Gak rusak pun, lagian ... bisa jadi aja memang sudah ada yang patah satu atau dua potek dari pabriknya sono? Belum tentu patah satu atau dua itu karena aku kan? Yang namanya big distibutor seperti superindo ini, barangnya kalau tidak laku dibalikin ke supliyer!" Saya menyerocos.

bla bla bla

"Lagi pula akadnya, kan belum mulai? Sudah menjadi resiko mereka dong sebagai distributor!" Saya masih menyerocos.

bla bla bla

Again sok pinter, saya menjelaskan sama suami saya panjang lebar kira-kira paling cepat setengah jam karena tempo saya bicara memang secepat motor ninja!

Suami saya masih terlihat tenang. Bapak itu bahkan sambil narik napas agak panjang. Seolah berat beban hidupnya begitu besar memiliki istri sekeren saya

"Momsky dengar ya ... first, kalau Momsky tidak membeli, terus ada yang beli sampai di rumah lalu dia buka dan mendapatkan isinya patah, dia pasti agak kesal. Dari kekesalan dia ada andil Momski!" Si bapak bernama suami itu mengatakan hal itu dengan intonasi alto masih selow!

"Walaupun belum tentu momski yang menyebabkan hal itu tetapi bila gara-gara Momski, how?" Ingin saya jawab saya ikan, tapi tidak mungkin jadi saya diam.

" Yang kedua, Okey let say ... Superindo tidak rugi, tak  ada yang beli lalu barang dibalikin ke pabrik, artinya pabrik tetap rugi kan? Dari kerugian itu ada andil Momski terlepas dari segala resikonya!"

Sebenarnya saya sudah sedikit lagi hampir menangis, tapi apa ada ibu-ibu nangis di supermarket? Jadi saya tahan saja bulir-bulir yang akan jatuh.

"Ayah cuma mikir, seandainya ayah pengusaha ... terus ada yang gak laku, terlepas itu resiko ayah sebagai pengusaha tetapi ayah akan tetap sedih karena ada yang mubazir!"

Saya hanya diam tapi cepat saya masukkan itu Sarie regal dua puluh ribu ke dalam keranjang. Otak saya tetap memikirkan semua ocehan nasehat suami saya tadi. Ocehan atau ceramah sama saja, kan?

Meskipun saya tidak mau mengakuinya atau memujinya secara langsung. Sebab memang sebaiknya suami saya tidak tahu bahwa di dalam hati saya yang paling dalam sebenarnya saya sangat- bersyukur, betapa dia begitu banyak berusaha untuk selalu menjaga saya.

Dia memberi saya banyak pemikiran-pemikiran baik karena saya sudah terlanjur tumbuh kurang perasa. Tidak peduli, bodo amat!

Sambil berjalan keluar saya menegur anak sulung saya yang saat itu masih berusia tiga tahun.

"Kakak hati-hati ya, jangan senggol macam-macam ya! Nanti satu Superindo ini bisa dibeli ayah semua loh!" ujar saya  seraya melirik kakanda di sebelah.

Suami saya sebaliknya hanya melihat saya Agnes monica sebal. Maka, nikmat Allah yang mana lagi yang kau dusta kan?

Demikian saya Agnes 22 November 2015!

Aufsatz LosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang