Menanam kematian

1 0 0
                                    

Judul :Menanam kematian
Jumlah kata:262
Adhe Afrilia

Dia memang tak pernah mengakuinya, tapi aku tahu. Dia telah menanam kematian!

Yang aku maksud, dia telah menanamkan dalam hingga terlalu dalam dalam benaknya kematian.

"Apakah yang kau maksud adalah bahwa dia hidup dalam semu ... bahwa yang mati walau ditanam tak akan berbuah?"

Subur, justru sudah terlalu subur semu yang dia ciptakan!
Dia pikir yang mati itu tetap hidup!

KETIDAKTAHUDIRIAN

Kenyataan mungkin telah menghempaskan dia  ke lapisan bumi terbawah sehingga DELUSI dia anggap harapan!

Aku si jahat yang baik hanya izin bertanya, tentang kepantasan!
Pantaskah aku merobek semu miliknya? Sementara dia terus menerus meminjam  kampak milikku?
Aku melihat dia memukul pada pohon kertas yang dia gambar!

Haruskah aku menamparnya sebentar?
Mungkinkah jiwa yang sakit telah terbiasa sehingga sakit fisik tak pernah melukai lagi?
Lagi, aku melihat dia memukul pada pohon kertas yang dia gambar.
Hingga dia tersadar, gambar pohon di kertas itu tak akan menjadi tumpukan kayu!

"KEMBALIKAN KAMPAKKU!"

Baik! Aku sobek saja kertasnya,  habis perkara!
Tapi, apa aku sanggup menanggung pemandangan penuh buliran air mata?

Lelah, setiap hari aku memaki setiap tetes keringatnya.
Tetes sia-sia jatuh percuma menciptakan rasa asin yang masam.

Si Fulan mungkin tak akan pernah pandai.
Aku lelah melihat sakitnya jiwa orang-orang yang mengaku waras!
Hiduplah dalam semu subur dari kematian yang sudah kau tanam!

Nanti setelah waktuku habis karena kampak yang kau pinjam sudah berkarat. Berkarat oleh asamnya air mata juga tetes sia yang kau buang percuma!

Aku pasti mungkin akan menyobek kertas bergambar pohon itu.

Induk burung saja melempar anaknya dari sarang agar bisa terbang, biarlah aku menjadi si jahat yang baik. Aku hajar kamu!

Leinfelden-echterdingen April 03, 2013
Aa

Aufsatz LosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang