Nasihat dari langit

2 1 0
                                    

Judul: Nasihat dari langit
Oleh : Adhe Afrilia
Jumlah kata; 1735

Charita hampir menyelesaikan pekerjaannya. Semua dokumentasi kesehatan pasien, juga beberapa laporan serta catatan medis yang harus diberikan pada kepala dinas pagi hari ini. Sesaat gadis itu melirik jam di dinding, terlihat berpikir, mungkin dia merasa pagi cepat berlalu dan seorang pasien di ruang makan menoleh berkali kali ke pintu kaca ruang kerjanya, terburu-buru menghabiskan sarapannya hingga beberapa sisa selai masih menempel pada kumis berwarna abu-abu.

Kembali terlihat Charita bergegas menyudahi kalimat akhir yang sedang ia ketik namun gadis itu mendongak dengan wajah sepermili detik terlihat terkejut. Sepertinya dia terlambat menyadari kealpaannya menutup sempurna pintu kaca ruang kerja. Tuan Rudel mengenakan mantel winternya lengkap dengan topi sudah menerobos masuk lengkap dengan selai blueberry pada janggutnya.

" Hei sebaiknya kita bergegas, maksudku tidak elok membuang waktu! " ucap Tuan Rudel dengan terlalu bersemangat meskipun sorot matanya memperlihatkan keraguan.

"Ooh tidak sekarang Tuan Rudel, tidak sepagi ini !" jawab Charita tanpa bisa menahan sedikit senyuman di wajahnya. Jawaban absurd yang diberikan gadis itu seolah-olah dia mengerti apa yang Tuan Rudel katakan meskipun tak ada informasi apa pun.

Tuan Rudel tersenyum hangat seperti tidak terlalu peduli apakah gadis yang dia ajak bicara paham atau tidak, dia mendapat senyuman dan baginya itu lebih dari sebuah jawaban. Pria berumur banyak itu meraih tangan Charita dengan gaya elegan seolah menegaskan bahwa dia gentleman tua beretika, bahasa tubuh pria mengajak berdansa seperti yang di pahami para saksi perang dunia kedua, tapi tidak gadis milenial seperti Charita.

Seolah mendengar kata 'my lady' yang diucapkan bibir di bawah kumis dengan selai Burberry, Charita beranjak dari kursi mengikuti langkah Tuan Rudel seperti sedang menari Walzer. Mereka menyusuri lorong ruang utama yang terlihat panjang, melangkah rhytmis, bahkan bau disenfektan tidak mengganggu hidung mereka.

"Portugal rasanya aku baru tiba dari Portugal, tempat hangat untuk menghabiskan akhir tahun, kau tidak lupa memanaskan mobil Mercedesku, kan ? Bisnis selalu baik, tapi orang dalam bisnis tak selalu baik! Mobil Mercedesku berwarna biru, mobil yang gemuk di mata orang miskin dan aku harus segera ke Berlin dan di Portugal aku menghabiskan musim panas pada musim dingin dan sudah kau panaskan Mercedesku?"

Tuan Rudel selalu menceritakan cerita yang sama berkali-kali, dengan bahasa tidak teratur hingga sulit untuk dimengerti, tapi sebuah senyuman dipahami bahasa apa dan siapa pun.

"Aku berjanji kita akan melihat Mercedesmu di lain waktu, tapi aku harus pulang Tuan Rudel!"

"Ah kau menipuku, aku pelupa tapi tidak bodoh, tubuhku tahu kalau penjara ini sudah mengurungku, di musim dingin Mercedesku harus di panaskan, kau tau tidak semua orang memiliki Mercedes sebagus itu, tidak setelah perang, tidak semua orang memiliki uang, tidak setelah orang itu memenjarakan aku, Tuhan tahu kau berbohong!"

Mata birunya berkaca seraya menunjuk-nunjuk Charita dengan emosional. Nada bicara Tuan Rudel sudah tak terdengar penuh kemanjaan memainkan terbakar. Charita berusaha melunakkan dengan mengelus tangan putih keriput itu yang cepat ia tarik. Perempuan selalu berpikir kelembutan adalah senjata ampuh dan benar genangan di mata biru tua itu kini jatuh di pipi.

"Tak ada yang mengajakku keluar dari penjara ini, tidak ada yang peduli pada otak dan tubuh rusak, demi Tuhan kenapa dia membuat semua menjadi rumit!" Berkata seperti itu seharusnya Tuan Rudel pergi meninggalkan Charita tapi tidak. Dia terus berusaha pada gadis itu seolah baginya sangat penting keluar di tengah musim dingin ini hanya untuk melihat jalan yang belum tentu mempertontonkan Mercedez Benz.

Charita melirik angka pada dinding dengan jarum yang bergerak lambat. Seolah harus memikirkan pilihan yang tidak sederhana. Dua belas jam dia sudah bekerja dan mungkin saat ini tempat paling indah baginya adalah kasur setelah menurunkan semua roller di apartemennya.

Aufsatz LosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang