P A R T - 8

2.4K 170 10
                                    

" Kadang rasa duka harus disamarkan dengan kebahagiaan yang hanya nampak di permukaan saja. "

Dengan undangan di tangan Inggrid bersama Gilang masuk ke ballroom hotel tempat resepsi Reiner diadakan. Beberapa sepupu Reiner yang mengenal Inggrid itu menyapanya walau hanya ditanggapi Inggrid dengan seadanya. Apalagi di samping Inggrid ada Gilang yang selalu menggenggam tanganya dengan erat. Bukan hanya itu saja, orang-orang yang menatap Inggrid itu selalu mendapatkan delikan tajam dari Gilang.

Gilang benar-benar tak mau melepaskan sang adik barang sedetik pun. Bahkan kini dirinya tidak hanya menggenggam tangan sang adik, melaikan sudah memeluk pinggang sang adik. Biar saja orang lain salah paham dengan perlakuaanya itu, toh mereka juga tidak mengenal Gilang sebagai abang dari Inggrid. Beberapa orang yang mengenal adiknya itu sampai berbisik-bisik keheranan karena Inggrid yang terus di tempeli olehnya.

" Bang, lo kagak capek apa nempelin gue mulu??" Inggrid yang sudah jengah dengan sikap sang abang itu, langsung bertanya pada sang pelaku yang terus membuat dirinya merasa risih.

" Salah sendiri lo pake baju yang kayak gini, ya harus gue jaga lah. Kalau ada apa-apa nanti gue juga yang repot." kelakar Gilang yang tak mau disanggah oleh Inggrid.

" Lo tuh ya, Bang, emang paling bisa bikin orang kesel. Tau gini tadi gue terima tawarannya mbak Jani." Inggrid yang sudah kesal dengan kelakuan sang abang itu tanpa sengaja membocorkan rencana sepupunya itu. Gilang pun langsung menatap tajam Innggrid setelah mendengar ucapanya itu.

" Rencana apa yang lo maksud itu, Ing, jangan coba-coba kalau gak mau lo abis di tangan gue." Gilang yang sudah mulai jengah dengan tingkah Inggrid itu pun langsung memberi ancaman pada sang adik yang mulai bandel ini.

" Kepo banget jadi orang." ucap Inggrid sebelum dirinya melenggang pergi ke stan makanan meninggalkan Gilang seorang diri di meja tamu.

Inggrid pun mulai membaur dengan para tamu supaya bisa menjalankan rencananya, jika Gilang tau tak akan pernah berhasil rencananya itu. Inggrid benar-benar berhasil mengelabui Gilang yang kini sudah kehilangan jejaknya. Dari yang Inggrid lihat Gilang tidak lah curiga, walau pun begitu Inggrid harus tetap waspada bukan. Lengah satu kali gagal sudah rencana yang sudah tersusun dengan rapi di kepalanya.

~~~

Rencana yang Inggrid buat tidak murni menghancurkan pesta resepsi ini, namun lebih tepatnya membuat Reiner di permalukan di hari bahagianya ini. Dengan langkah pasti Inggrid pun berjalan ke tempat ke dua mempelai berdiri menyalami para tamu. Banyak pasang mata yang menatap Inggrid dengan tatapan penuh kekaguman, bahkan pesona Inggrid lebih kuat di bandingkan kedua mempelai pengantin itu. Dengan penuh keanggunan dan percaya diri Inggrid  berjalan ke arah kedua mempelai.

Melihat Inggrid datang menghampirinya membuat Reiner lupa akan dirinya. Bahkan kini Reiner sudah tak bisa mengontrol lagi raut wajahnya.Dirinya di buat kagum dengan Inggrid yang jauh lebih cantik di banding biasanya. Bahkan kecantikan sang istri saja tidak dapat menandingi pesona Inggrid yang luar biasa ini. Inggrid yang melihat Reiner memandangnya dengan pandangan memuja itumembuatnya tersenyum  sinis. Hal itu menandakan rencana yang Inggrid buat sukses, tapi itu semua tidak berakhir sampai di situ.

Inggrid pun memulai aksinya dengan terlebih dahulu mengucapkan selamat pada kedua mempelai ini. Namun mata Inggrid malah salah fokus pada luka memar yang berada di wajah Reiner. Bahkan luka-luka itu masih sangat ketara, Inggrid duga luka-luka di wajah Reiner itu masih baru. Hal itu membuat Inggrid membuat rencana tambahan yang sebelumnya tidak ada dalam planingnya. Dengan berani Inggrid pun membelai luka yang ada pada wajah Reiner, sedangkan Reiner sendiri terkejut dengan tindakan yang dilakukan Inggrid.

" Apa yang terjadi dengan wajah tampan mu ini, Rei??"  bisik Inggrid  tepat di sebelah di telinga Reiner dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan mungkin orang lain akan salah paham dengan tindakan yang dilakukan oleh Inggrid ini. Bukan hanya jarak yang sangat dekat, namun tangan Inggrid yang juga memuluskan rencananya itu.

" Ing, jangan buat ini semua semakin rumit." ucap Reiner dengan lirih, bagaimana tidak Inggrid membuat dirinya dalam penyesalan karena telah mengambil keputusan ini.

" Kau sendiri yang membuat ini semakin rumit, Rei, jadi jangan coba menyalahkan oreang lain salah kan saja dirimu itu." perkataan yang keluar dari mulut Inggrid itu mampu membungkam Reiner sekali lagi.

Nyatanya Reiner tak bisa menjawab perkataan Inggrid itu, membuat Inggrid pun mendengkus kesal. Namun Inggrid masih punya banyak kejutan untuk Reiner, yang barusan itu hanya permulaan saja. Dari jauh Gilang menatap ngeri pada adiknya itu, dirinya hanya lengah sebentar adiknya itu sudah berhasil membuat suatu kekacauan. Tinggal menunggu kekacauan apalagi yang adiknya buat itu. Bahkan tuan rumah acara ini saja tidak mampu melawan sang adik yang sudah memasang mode iblis itu.

Belum juga Gilang berhenti berucap, adiknya itu sudah membuat kekacauan baru. Dengan sekali ayunan Inggrid membuat mulut Reiner kembali robek dengan bogem mentahnya itu. Baru saja bogeman itu mendarat pada bibir Reiner, kini bogeman itu mendarat pada hidung bangirnya itu. Puas dengan kekacauan yang di buatnya Inggrid pun langsung melenggang pergi meninggalkan kedua mempelai yang dilanda rasa terkejut itu.

~~~

Ibu Reiner tidak terima ketika melihat putranya itu  di permalukan di hari pernikahannya itu dengan wanita bar-bar yang sialnya adalah mantan kekasih anaknya itu. Dengan amarah yang  membara wanita paruh baya itu menghampiri Inggrid. Ibu Reiner akan memberi pelajaran pada wanita bar-bar itu. Berani-beraninya membuat ulah di pesta pernikahan anaknya. Sungguh benar-benar wanita tidak tahu diri.

Inggrid tidak menyadari akan bahaya yang akan menimpanya sebentar lagi, namun hal itu tidak terjadi berkat bantuan pria asing yang kini melindunginya. Pria asing itu melindungi Inggrid dari guyuran yang di berikan oleh mamanya Reiner. Bahkan pria asing itu tak segan menatap tajam pada mama Reiner. Wanita paruh baya itu pun langsung mengkerut ketakukan setelah mendapat tatapan tajam dari pria yang seusia dengan putranya. Berbeda dengan Inggrid yang mencoba mengingat wajah pria yang menolongnya ini.

Dengan terburu-buru pun Gilang menghampiri adiknya itu, hampir saja penyihir tua itu melukai adiknya. Beruntung ada pria baik yang mau membantu adiknya, jadi Gilang dapat bernafas lega. Setibanya Gilang di tempat kejadiam dirinya langsung memastikan Inggrid baik-baik saja, tak lupa dirinya juga menyampirkan jas yang dia kenakan pada pundak adiknya itu. Sedangkan pria asing itu sudah pergi entah kemana. Lagi-lagi Inggrid kehilangan jejak malaikat penolongnya untuk kedua kalinya.

Tidak Bersama ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang