" Mengenalmu dari sudut pandang yang berbeda itu adalah suatu yang luar biasa. "
Mereka dapat dekat dalam waktu yang cukup singkat. Melalui pertemuan-pertemuan yang tidak terduga. Kebetulan yang selalu ingin mengikat mereka berdua. Inggrid sadar akan hal ini, tapi dirinya tak ingin cepat-cepat berkesimpulan. Siapa tau akhirnya dirinya salah, kan bisa timbul masalah yang ada.
Untuk kedua kalinya Inggrid duduk di jok motor besar Garda. Memang sedikit sulit untuk naik, tapi uluran tangan Garda membuat hal sulit itu jadi mudah. Pria asing yang mampir di hidup nya ini selalu menawarkan bantuan tanpa diminta. Memperlakukan Inggrid dengan sebaik yang dirinya bisa. Itulah mengapa Inggrid merasa nyaman berada di dekatnya. Pria ini sangat berbeda dengan beberapa pria yang sudah Inggrid kenal sebelum-sebelumnya.
Obrolan ringan di antara mereka berdua pun masih berlanjut. Entah membahas apa saja yang menurut mereka bagus untuk diperbincangkan. Hal sederhana ini membuat Inggrid mampu menilai, jika Garda adalah orang yang luar biasa. Jika beberapa teman Inggrid tak mampu mengimbangi Inggrid tentang buku bacaan, namun Garda ini berbeda. Benar-benar seperti kata pepatah don't judge a book by its cover , mereka akan menilai Garda orang yang tak terlalu tau tentang buku. Tapi saat mereka memulai obrolan, penilaian Inggrid pun langsung berubah. Bahkan pria ini tau beberapa buku yang jarang orang ketahui, tapi sangat bagus.
Seketika terselip rasa kagum pada Garda. Ya memang terlalu dini untuk diutarakan, namun hal itu cukup menjadi penilaian Inggrid sendiri. Sama hal nya yang dirasakan Garda saat bersama Inggrid. Di awali dengan pertemuan yang bisa dikatakan bukan pertemuan pertama yang baik. Tapi dari situlah ada rasa ketertarikan dalam diri Garda pada Inggrid. Segala jenis keunikan ada pada dirinya. Semuanya serasa terbaca jelas melalui ekspresi wajahnya. Hal itulah yang menjadi acuan Garda untuk maju di titik ini.
Untuk pertama kalinya Garda membawa seseorang ke kedai miliknya. Biasanya yang Garda ajak hanyalah rekan dekatnya dan tak kadang mitra bisnisnya. Namun kali ini Garda mengajak gadis yang membuat nya nekat. Di tambah dengan pesonanya yang memikat mampu menjerat Garda tanpa diminta. Sungguh hal yang tak terduga di kehidupan monoton Garda.
" Mau pesen apa, Ing, biar dibikinin Edgar. " Tawar Garda pada Inggrid yang baru saja duduk di bangkunya.
" Ice chocolate aja deh Mas. " Jawab Inggrid malu-malu.
" Loh gak mau nyoba kopinya, Ing?? " Garda yang mencoba menawarkan menu lain pada Inggrid.
" Enggak deh mas, itu aja. Soalnya aku juga gak bisa minum kopi. " Tolak Inggrid dengan halus. Jawaban yakin dari Inggrid pun langsung di anggukki oleh Garda.
Garda pun langsung beranjak dari tempat nya ke arah Edgar. Sedangkan Inggrid sendiri masih mencoba menenangkan degub jantung nya yang berdetak tak beraturan. Inggrid sebisa mungkin mengalihkan perhatiannya. Entah itu pada pemandangan cafe ini atau pun pada ponsel nya itu. Mengalihkan pikiran-pikiran nya tentang Garda yang dengan tiba-tiba merampas kewarasannya.
Di balik meja barista, Edgar pun menggoda sang bos yang rupanya sedang pendekatan. Baru kali ini Edgar melihat Garda membawa perempuan ke kedainya. Biasanya mana pernah Garda melakukan hal sepele seperti ini. Godaan itu tak hanya dari Edgar saja, bahkan beberapa pekerjaan lainnya pun ikut menggoda sang atasan. Mungkin si bos akan segera melepas masa lajangnya. Begitu goda mereka pada Garda. Hal itu pun hanya membuat Garda geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan para karyawan nya ini.
~~~
Reiner dibuat sakit kepala dengan kelakuan wanita yang menjadi istrinya itu. Mereka saja belum ada satu minggu menikah sudah hampir ribut setiap harinya. Ada saja masalah kecil yang wanita itu besar-besarkan. Wanita itu selalu mencoba memancing keributan di saat Reiner ingin bekerja. Ya Reiner sendiri tau, harusnya mereka melakukan bulan madu. Tapi apa Reiner bisa bersenang-senang di saat orang yang di cintai nya sedang tertimpa masalah, ya jelas tidak lah.
Mungkin itu lah yang membuat Deana selalu mencari-cari kesalahan nya. Benar-benar bukan seperti pernikahan pada umumnya. Andai saja dirinya tidak melakukan kesalahan pada hari itu, mungkin hidup nya tak akan sekacau ini. Semua ini juga bukan kesalahan orang lain, Reiner sendiri yang memilih jalan ini. Jadi siap tidak siap mau tidak mau ya harus Reiner terima.
Hari ini saja Reiner awali pagi dengan keributan. Bukan sapaan hangat yang Reiner dapat, tapi kalimat pedas yang keluar dari istrinya itu membuat Reiner geram bukan main. Tidak masalah kalau selagi yang dikatai adalah dirinya. Tapi kali ini rupanya istrinya kembali menyinggung Inggrid. Kontan saja Reiner merasa tidak terima.
" Saya sudah pernah mengingatkan, jangan pernah sekali-kali kau mengatai Inggrid. " Kendali diri Reiner benar-benar lemah jika menyangkut Inggrid. Seperti sekarang dirinya menatap sang istri dengan tajam.
Bukannya takut Deana rupanya benar-benar menantang Reiner, " Ya emang kan, wanita sialan itu yang membuat semuanya kacau. "
"Sialan, jangan pernah mengatakan Inggrid. " Emosi Reiner benar-benar terpancing.
" Kamu aneh Mas, wanita itu bukan siapa-siapa mu. Lalu kenapa kamu selalu emosi, sampai-sampai kau malah mengumpatiku. " Deana benar-benar tak menyadari posisinya. Entah apa tujuannya kali ini, yang pasti membuat emosi Reiner meledak.
" Itu urusan saya bukan urusan kamu." Masih mencoba menahan emosi nya agar tidak lepas.
" Bukan urusanku katamu Mas, kamu gila yaa!! Aku ini istrimu, tapi yang ada di pikiran mu hanya wanita sialan itu. Brengsek. " Kali ini Deana berteriak mengeluarkan emosinya yang sempat tertahan.
Mereka berdua sama-sama tersulut emosi. Dengan gemuruh amarah di dalam dada, Reiner berjalan maju untuk memojokkan Deana ke tembok. Kali ini Deana pun benar-benar takut dengan aura kemarahan Reiner. Matanya berkabut di selimuti emosi yang menggunung. Seperkian detik Deana di buat takut oleh suaminya sendiri. Bagaimana tidak, Reiner hampir menonjok nya. Untung saja kewarasan Reiner masih ada, dia tak menonjok istrinya. Dia melayangkan pukulan tepat di tembok persis di sebelah wajah istrinya.
Reiner pun segera keluar dari kamarnya, meredam emosi yang sempat membakar nya. Kontrol dirinya hari ini lepas, menunjukkan sisi liat yang selama ini dia coba sembunyikan. Sedangkan keadaan Deana sendiri begitu mengenaskan. Tubuh nya seakan tak lagi bisa menopang, luruh seperti kehabisan tenaga. Deana tak akan pernah mengira emosi Reiner akan semenakut kan ini. Dirinya salah mencoba memancing amarah Reiner. Karena sekarang yang di dapat bukanlah jawaban, namun rasa sakit akibat diabaikan.
Dadanya sesak menerima kenyataan, kalau yang ada di hati suaminya bukanlah dirinya. Deana hanyalah kesalahan yang tak sengaja Reiner ciptakan. Hadirnya tak pernah diinginkan oleh pria itu. Bahkan Reiner tak segan mengeluarkan emosinya untuk membela wanita itu. Lalu dirinya ini apa, Deana masih tidak dapat menemukan jawabannya. Seketika air mata pun luruh membasahi wajahnya. Memang menyakitkan jika tau orang yang dicintai masih menyimpan nama lain dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Bersama ✔
ChickLit|| COMPLETE || Seberapa lama pun kita bersama, jika pada kenyataannya kamu tidak bersamaku, aku bisa apa. Ngacak-ngacak di nikahan kamu?? Mungkin?? Inggrid Pramudhita