P A R T - 11

2.1K 138 0
                                    


DAY6 ~ You Were Beautiful

" Lo hanya lupa yang tersakiti bukan lo doang, jadi anggap aja ini cuma hiburan agar perasaan lo tetap pada tempatnya. "

Kavindra

Kalau menunggu adalah kegiatan paling membosankan, namun itu tidak berlaku untuk sekarang. Inggrid bahkan lebih menikmati waktu menunggunya dengan menyeruput segelas ice coklat dengan satu novel yang menemaninya. Inggrid merasa seperti tidak ada beban lagi di pundaknya. Himpitan rasa sesak hilang lenyap entah kemana perginya. Benar-benar perpaduan keindahan dunia yang tak boleh dilewatkan oleh Inggrid.

Dengan langkah tergesa dan raut kepanikan yang tergambar jelas di wajah senior Inggrid itu membuat dirinya tersenyum kecil. Kavindra itu adalah nama seniornya yang sudah dianggapnya seperti abang sendiri, mirip lah dengan malika si kedelai hitam. Duda satu anak itu selalu seperti ini jika Inggrid berada dalam masalah. Hampir mirip dengan Gilang, namun yang membedakan itu Kavin jauh lebih pengertian.

Inggrid tak lupa menyuruh sang senior itu duduk, sebelum memesankan makanan. Rasa kagum Inggrid berkali-kali lipat ketika sang senior sudah membuka mulutnya itu. Bahkan di tengah-tengah kesibukannya saja masih bisa meluangkan waktunya untuk mendengarkan curahan hatinya. Andai saja Inggrid memiliki rasa lebih pada seniornya, udah sampe pelaminan mungkin. Siapa juga yang menolak pesona dari seorang Kavindra ini. Namun sayang seribu sayang, nyatanya duda yang satu ini lebih suka sendiri di bandingkan menjalin hubungan baru. Bukan tanpa sebab itu terjadi,pesona mantannya terlalu kuat hingga membuat sang senior ini susah sekali untuk sekedar lupa.

Pikiran Inggrid tentang duda tampan di depannya ini harus terhenti, karena orang yang sedang Inggrid bicarakan dalam hati sudah mengeluarkan pertanyaannya. Mau tidak mau Inggrid harus menyudahi pikiran konyolnya itu.

" Kamu ada masalah apa sampai manggil saya kesini, Ing??" tanya Kavin dengan bahasa yang terlalu formal untuk di dengar.

" Ya yang kayak lo tau lah, Bang, kalau gue manggil lo berarti gue lagi dalam masalah." jawaban yang Inggrid berikan memang terdengar santai, namun Kavin rupanya tau ada banyak kegelisahan di sana.

" Kali ini masalah apalagi yang kamu buat, Ing??" pertanyaan yang keluar dari mulut Kavin  itu seperti pertanyaan tentang pengakuan dosa yang sudah Inggrid buat. Sungguh sangat menakutkan seniornya yang satu ini, Bang Ali mah lewat dah.

" Gue bikin kacau di nikahan Reiner sampe masuk koran media dan sialnya lagi gue dapet surat SP dari kantor." dengan tersungut-sungut Inggrid menjelaskan kemalangan yang dihadapinya pada sang senior.

Kavin bukannya prihatin dengan kemalangan yang menimpa Inggrid, dirinya malah terkekeh pelan. Melihat sang senior tertawa itu adalah kejadian yang memang jarang terjadi. Bahkan selama beberapa Inggrid mengenal seorang Kavindra, dapat dihitung jari si seniornya itu tertawa. Sungguh keajaiban di tengah kemalangan yang Inggrid hadapi. Kini tawa itu terhenti berganti raut sendu dalam waktu sekejab saja. Ya alasannya masih tetap, apalagi kalau bukan mantan terindah seniornya ini.

" Lagi-lagi tanpa kamu sadar kamu mengingatkan saya pada seseorang, Ing. Tapi yang membedakan kamu dengan dia adalah, kalau dia hanya dengan tamparan dengan omongan tajamnya. Tapi kalau kamu pasti lebih dari itu bukan??" tanpa sadar ingatan Kavin kembali pada kejadian serupa, namun dia lah korban dari tindak kebrutalan dari wanita.

" Halah pake bawa-bawa mantan segala lo, Bang, ketauan belum move on nya ini mah. Dan gue mau negasin satu hal, Bang, kalau tamparan mah kagak kerasa lebih enak kasih tonjokan sekalian, kalau tonjokan kan rasanya lebih mantap." dengan tampang tanpa dosanya itu Inggrid malah melanjutkan meminum ice cokolat nya. Memang minim akhlak manusia yang satu ini.

" Saya bukan belum move on, Ing, memang keingat saja. Dan untuk masalah tonjokan itu mah terserah kamu. Brutal mah sudah melekat erat dengan kamu, Ing." sindir Kavin pada gadis bar-bar di depannya ini.

" Kalau gak brutal mah, yang ada gue nangis di nikahan mantan bukan bikin kacau kayak kemarin." sanggahan yang Inggrid utarakan itu  benar-benar sangat masuk akal.

" Lalu kamu berhasil keluar dengan selamat habis bikin kacau??" pertanyaan yang Kavin ajukan itu mengingatkan Inggrid pada malaikat penolongnya yang belum sempat dikenalnya.

" Ya kali gue bisa keluar selamat kalau ada lampir yang cegat gue, tapi untung aja sebelum lampir ngapa-ngapain gue ada cowok baik yang nolongin gue." Inggrid menjelaskan sambil tersenyum-senyum menjijikan.

Gerah melihat tingkah Inggrid yang semakin aneh itu Kavin pun menyudahi sesi curhat hari ini. Kalau di teruskan bisa-bisa dirinya akan tertular ketidakwarasan dari gadis brutal ini. Raut kecewa yang Inggrid tunjukan itu tak mampu membuatnya mendengar celoteh aneh dari gadis ini. Lebih baik Kavin menghadapi anak buahnya yang susah di atur di bandingkan dengan Inggrid yang sudah mulai menggila ini. Apalagi tinggal tunggu saja drama aneh yang akan di buat oleh gadis perusuh ini dan lebih baik Kavin segera kembali ke kantornya.

Benar saja, Inggrid pun mulai mengeluarkan keanehannya bahkan sebelum Kavin keluar dari kafe ini. Untung saja kafe ini tak terlalu ramai, kalau tidak sudah jadi masalah itu nantinya. Stok kesabaran Kavin benar-benar diuji kalau menemui Inggrid. Sebenarnya tega saja Kavin memberinya toyoran pada kepala gadis bar-bar itu. Tapi Kavin selalu kalah dengan prinsipnya yang tidak mau menyakiti perempuan. Jadilah Kavin harus memperbanyak stok kesabarannya saja.

~~~

Suasana kafe yang tidak terlalu rame ini membuat Garda memilih untuk pergi keluar sejenak. Ia sangat butuh angin segar untuk menetralkan pikirannya yang mulai kalut. Bersamaan dengan keluarnya Garda, Inggrid pun memutuskan untuk kembali pulang. Tanpa sengaja arah pandang Inggrid jatuh pada pria yang sudah siap mengendarai motor besarnya itu. Dengan langkah tergesa Inggrid pun menghampiri nya, tak lupa juga teriakan yang memekakkan telinga juga ikut serta dihadirkan.

" Mas,..., Mas tunggu sebentar..."

Garda yang mendengar ada yang memanggilnya mengurungkan untuk melajukan motor besarnya itu. Saat dirinya menoleh ke sumber suara dia terkejut dengan siapa yang memanggilnya itu. Gadis yang beberapa waktu ini sudah menginvasi pikiran nya ini kini muncul lagi dihadapan nya. Gadis itu buru-buru mengeluarkan sapu tangan miliknya yang beberapa waktu lalu dia berikan pada gadis itu.

" Mas, mas kan pemilik sapu tangan ini?? " Tanya Inggrid dengan ragu-ragu.

" Iya, itu sapu tangan milik saya. " Balas Garda dengan tenang, nyatanya dirinya menyembunyikan getaran yang ada di hatinya.

" Makasih loh mas, maaf baru bisa balikin sapu tangan ini sekarang. " Tak lupa Inggrid benar-benar mengucapkan terimakasih dengan setulus hatinya, pada malaikat penolong nya.

" Santai aja mbak, malah sebenarnya niat saya sapu tangan ini buat mbaknya aja. "

" Ya mana bisa kayak gitu mas, kan saya jadi gak enak. " Inggrid benar-benar seperti menjadi orang lain. Kali ini dia bertingkah sedikit normal lah.

Ketika tatapan mereka bertemu pada pertama kalinya, membuat Inggrid terdiam sejenak. Antara Inggrid yang sedang tak beres atau memang pria di depannya ini adalah pria yang kemarin menolongnya. Garda sendiri lebih fokus pada mata jernih gadis di hadapan nya ini. Mata itu mampu menyihir Garda tanpa perlu banyak mantra.

" Kayaknya bener deh Mas ini orang yang nolongin gue kemarin. " Gumanan Inggrid yang tanpa di sadari nya terdengar di telinga Garda.

Mereka berdua sama-sama terhanyut dalam pandangan yang menarik satu sama lain. Garda yang tanpa berkata pun hanya tersenyum simpul mendengarkan gumanan dari gadis di hadapan nya ini. Tapi tanpa sadar juga senyum simpul Garda mampu memporak-porandakan debaran jantung Inggrid. Efek yang luar biasa dari sebuah senyum simpul milik Garda.

Tidak Bersama ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang