Ha Hyun Sang ~ A Book Of Love
" Tak hanya bahagia dan luka. Ternyata cinta juga bisa melahirkan dendam yang tak berkesudahan. "
Garda sudah bersiap untuk menjemput Inggrid. Untuk pertama kali nya mereka merencanakan untuk kencan pertama. Jika pada hari biasanya mereka hanya sekedar menjadi partner berkuliner. Tapi tidak dengan kali ini, Garda memberikan ajakan langsung untuk berkencan. Ini adalah hal baru untuk Garda. Mungkin saja ini sudah sering mereka lakukan, tapi semua akan terasa berbeda.
Dengan motor besarnya, Garda menjemput sang pujaan hati. Dadanya berdebar-debar tak beraturan. Walau pun ini bukan pertama kalinya Garda menjemput langsung ke rumah Inggrid, tapi entah mengapa detak jantung nya selalu memburu. Harusnya Garda tak merasa gugup,toh dia juga sudah akrab dengan keluarga Inggrid. Dalam ingatan Garda pun keluarga Inggrid adalah orang yang hangat. Bahkan beberapa kali Garda mengobrol ringan dengan Papa Inggrid. Bertukar cerita dengan Gilang, sampai makan bersama dengan keluarga Inggrid.
Semua kehangatan keluarga yang tak pernah Garda dapatkan, bisa dia rasakan ketika berada di dalam keluarga Inggrid. Bahkan itu semua tak pernah ada dalam bayangan Garda. Itu terjadi secara tiba-tiba di saat yang sudah di tentukan. Kini bahagia nya terasa lengkap, sampai menunggu waktu di mana dia dapat memiliki gadisnya secara resmi.
Bahkan kini senyum Garda tak pernah pudar. Inggrid yang melihat nya sampai terheran-heran dengan tingkah Garda. Biasanya Garda tak pernah senyum selebar ini. Kali ini bahkan senyuman nya sampai pada matanya. Sungguh hal yang jarang Inggrid lihat. Tapi tetap saja Inggrid akan bersemu jika bersitatap dengan mas Garda nya itu.
" Masuk dulu yuk, Mas. " Ajak Inggrid pada Garda yang baru sampai itu. Sambil memarkirkan motor besarnya di halaman rumah Inggrid.
" Iya sebentar, ini kasihkan ke tante. " Balas Garda sambil mengangsurkan paper bag ke Inggrid.
" Apa nih Mas??? " Inggrid yang bingung saat menerimanya itu langsung bertanya pada sang pemberi.
" Saya tadi beli kue, khusus buat tante. " Inggrid di buat terkejut, masalah nya sang Mama tuh ahli membuat kue, ngapain di kasih kue.
" Lah ngapain mas beliin Mama kue sih, kan Mas tahu sendiri kalau Mama tuh bisa bikin kue. " Ucap Inggrid dengan polosnya, hal itu membuat Garda gemas sendiri.
" Ya kan sekali-kali lah beli, toh tante sendiri yang pernah bilang. Gak ada salahnya dong saya belikan. " Garda juga tak mau kalah dari Inggrid, biar saja gadisnya ini sebal. Kan lucu juga melihat Inggrid yang mengerucut sebal.
" Kamu mah gak asik, Mama aja yang diinget. Aku mah mana pernah. " Inggrid tanpa sengaja meluapkan unek-unek dari hatinya.
" Mana ada sih saya lupa, saya juga belikan kesukaan kamu kok. Di dalam ada nastar dia toples. Nanti kalau kurang bisa beli lagi kok. Jangan marah lagi ya, Ing. " Bujuk Garda agar Inggrid tidak ngambek lagi. Bisa-bisa batal rencana kencan perdana mereka.
" Hehehe Inggrid gak marah kok Mas." Ucap Inggrid sambil menunduk karena pipinya sudah memerah.
Garda yang melihat nya pun langsung mengacak pelan puncak kepala gadisnya. Inggrid itu selalu terlihat menggemaskan kalau lagi malu-malu seperti ini. Inggrid yang sudah kembali sadar dari rasa malu-malu nya pun langsung mengajak Garda masuk. Di dalam sudah ada sang Mama yang sedang menyiapkan untuk makan malam. Dan Gilang yang sedang membereskan beberapa kue yang akan di antar nya ke rumah Bu RT. Namun kegiatan yang mereka lakukan terhenti saat mendengar sapaan Garda. Sang Mama maupun Gilang pun tersenyum hangat pada Garda.
Dengan sopan Garda menghampiri sang Mama dan menyalimi sang Mama. Jarang sekali melihat anak muda yang sopan seperti Garda ini. Bahkan anaknya saja mana pernah bersikap semanis Garda. Yang ada mah Inggrid dan Gilang selalu membuat nya pening. Sungguh beruntung sekali yang menjadi orang tua anak seperti Garda. Sudah tampan, rendah hati dan tak lupa selalu bersikap sopan. Perpaduan sempurna yang jarang Ratna lihat. Apalagi selama ini dia sudah menghadapi dua anak yang sama bandung nya.
" Loh nak Garda, mau jemput Inggrid tah?? " Tanya Mama nya Inggrid pada Garda.
" Iya, Tan, mau saya ajak jalan-jalan Tan, si Inggrid. "Jawab Garda dengan sopan.
" Ohh gitu, ya ajak aja sama, di banding di rumah ngerecokin mulu. " Wow si Mama malah nyindir Inggrid.
" Mama ishh, mana pernah aku ngerecokin Mama. " Jawab Inggrid tak terima.
" Halah pake gak ngaku segala, itu ngapain gak mau Mama suruh ngater kue ke rumah si Bu RT. " Sang Mama paling bisa kalau buka kartu. Kan Inggrid jadinya malu.
" Ya kan aku mau keluar, jadi abang aja lah Mam, yang nganterin kue nya." Sangkal Inggrid.
" Banyak banget alasan lo, Ing." Timpal Gilang tak terima karena Inggrid yang tak mau jadinya dia yang kena suruh.
" Kan Abang gak ngapa-ngapain juga gak papa lah nganterin kue sebentar ke rumah Bu RT. " Inggrid dengan seribu alasan nya itu masih bisa mengelak. Garda yang melihat nya pun hanya tersenyum geli.
" Yang sabar ya nak Garda, kalau ngadepin Inggrid mah harus ekstra sabar nya. " Nasehat Mama Inggrid itu membuat Garda tersenyum kecil, sedangkan Inggrid sendiri sudah mengerucut kan bibirnya seperti bebek.
" Dah ah Mama makin rese, aku sama Mas Garda langsung berangkat aja deh kalau gitu. Ohh iya Mam, hampir aja kelupaan. Ini dari Mas Garda. " Dengan menyerahkan paper bag yang berisi kue ke Mama nya.
" Ya ampun repot banget naik Garda, tapi terima kasih ya, nak. " Ucap Mama Inggrid dengan senang nya.
" Iya Tan, bukan suatu yang besar kok." Balas Garda dengan pelan.
" Kalau gitu Inggrid sama Mas Garda berangkat ya, Mam. " Pamit Inggrid pada sang Mama. Garda pun juga melakukan hal yang sama dengan Inggrid. Tak lupa sang Mama mengingat kan agar tak pulang terlalu larut.
Seperti biasa Inggrid selalu di bantu oleh Garda saat menaiki motor besar nya. Ya memang agak sulit sih, apalagi Inggrid yang tak begitu tinggi ini. Tapi semua itu akan terasa mudah jika bersama Garda. Bahkan tanpa di minta pun pria itu selalu sadar jika Inggrid tam bisa melakukan nya seorang diri. Nyatanya Garda adalah pria yang sangat gentleman sekali.
~~~
Deana yang telah sadar itu pun langsung meraba perutnya. Dia kaget kok perutnya sudah mengempis. Deana seketika panik, takut terjadi sesuatu dengan anak nya. Untung saja saat menoleh dia melihat Reiner yang sedang duduk di sofa. Dengan suara serak nya Deana memanggil sang suami.
" Mas... Mas... Mas... " Deana memanggil manggil sang suami yang tak kunjung menoleh. Saat akan memanggil lagu, Reiner pun menoleh ke arah nya.
" Butuh sesuatu, De?? " Tanya Reiner pada istrinya.
" Anak kita mana Mas?? Apa dia baik-baik saja. " Tanya Deana dengan suara seraknya itu.
" Anak kita masih di ruang bayi, dia baik-baik saja. Kamu mau bertemu dengan nya?? " Reiner menawarkan untuk bertemu dengan putri kecil mereka.
" Apa boleh Mas, aku bertemu dengan dia? " Ucap Deana dengan ragu.
" Tentu saja boleh, toh kamu ibunya. " Balas Reiner dengan yakin. Hal itu membuat Deana lega.
"Kalau begitu kamu tunggu sebentar, saya akan panggilkan suster untuk membawa nya kemari. " Ucap Reiner sebelum keluar dari ruang rawat Deana.
Deana pun tersenyum kecil, tak sabar melihat putri kecilnya. Apa lah wajah putri nya mirip dengan dirinya atau malah sebaliknya. Sungguh Deana tak sabar untuk menimang anaknya untuk yang pertama kalinya. Kini semua sedikit melegakan bagi Deana. Anak yang di kandung nya sudah terlahir, kini Deana sudah tak lagi sendiri. Dia sudah menjadi seorang ibu seutuhnya. Biarkan semua yang masih mengganjal belum terselesaikan, kini dia hanya ingin menikmatinya hari-hari bahagia nya menjadi seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Bersama ✔
ChickLit|| COMPLETE || Seberapa lama pun kita bersama, jika pada kenyataannya kamu tidak bersamaku, aku bisa apa. Ngacak-ngacak di nikahan kamu?? Mungkin?? Inggrid Pramudhita